Saya semakin tidak mengerti atas tulisan bung Dodo bahwa yang harus
ditakutkan adalah pemimpin yang tidak punya konsep . Semua capres yang ada
di INA ini kan punya konsep(?) Mengapa kita sering membuat kritikan yang
subjektif/destruktif? karena ( menurut saya) masih ada yang menganggap
ras/golongan/agama "saya" yang benar dibandingkan dengan yang lain dan
ditambah pola"parts par toto". Saya sebagai seorang yang kurang intelektual
ini sangat menyayangkannya.
    Indonesia ini masih dalam masa transisi....belum apa-apa dibandingkan
dengan negara lain ( cth: Filipina slah satunya), apalagi dengan negara -
negara barat. Jadi, tulisan bung Dodo itu masih dalam batas toleransi kok.

KT
-----Original Message-----
From: Dodo D. <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, April 29, 1999 11:47 AM
Subject: Re: Bukalah matamu wahai BUKAN pendukung Mega (Toleransi Ummat
Islam !)


>Ahaaa.....judulnya makin panjang, dan konteks diskusinyapun mangkin
>ngembang. Issue agamapun menjadi muncul lagi, dan prediksi saya...ini
>akan berkembang lagi menjadi lebih sengit, seperti biasanya. Mudah2an
>prediksi saya ini salah, dan mudah2an pula karena saya membuat prediksi
>ini, akhirnya issue agama nggak mengembang jadi perdebatan sengit.
>
>Menurut saya sih, ketakutan2 itu nggak perlu ada seandainya kita bangsa
>Indonesia yang sangat heterogen, multi cultural dan multi religion ini
>nggak terlalu sensitif, khususnya masalah agama. Seandainya dari dulu2
>kita bisa benar2 menerapkan saling menghormati dan saling menghargai
>antar agama, Insya Allah kita bisa hidup rukun berdampingan (dalam arti
>sebenarnya, bukan cuman slogan di Bhineka Tunggal Ika) dalam konsep
>politik apapun.
>
>Contoh yang disertakan Bung Rosadi juga menunjukkan, meskipun dalam
>negara Islam, tapi karena rasa saling menghargai dan menghormatinya
>sangat tinggi, akhirnya semua orang bisa hidup tentram tanpa adanya
>ketakutan ketakutan. Contoh yang berlawanan mungkin bisa dilihat juga
>di US. Meskipun mayoritas penduduknya adalah Nasrani (walaupun
>negaranya sendiri tidak berdasar pada konsep Kristen) tetapi penganut
>agama lain, termasuk Islam juga tidak mempunyai kekhawatiran. Itu
>karena masyarakatnya tidak terlalu sensitif terhadap masalah2 perbedaan
>agama.
>
>Jadi yah, nggak usah deh ada ketakutan atau kekhawatiran akan konsep
>politik yang dibawa partai2 yang ada sekarang. Justru menurut saya,
>kita harus takut kalau dipimpin oleh seorang pemimpin yang NGGAK PUNYA
>KONSEP.
>
>Apapun konsep politik yang akan dianut nantinya, saya rasa pemimpin
>yang akan datang tidak cukup bodoh dan berpikiran sempit untuk menjadi
>Slobodan Milosevic di Indonesia.
>
>
>--- Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> Erwin wrote:
>>
>>
>============================diapussssssssss===========================
>>
>> Dan jujur saja, konsep negara Islam (walaupun mau digembar-gemborkan
>> menghormati perbedaan), tentu saja mencemaskan orang-orang di luar
>> Islam/minoritas.
>>
>>
>===============================diapussssssssssss======================
>>
>> Menghormati dan bersikap baik thd non-muslim merupakan salah satu
>> perintah Allah swt (ajaran Islam) yang HARUS ditaati oleh setiap
>> muslim yang benar-benar beriman..., jadi TIDAK PERLU lagi digembar-
>> gemborkan. Kecemasan yang anda sebutkan tsb sangat tidak beralasan
>> dan
>> tidak lebih merupakan warisan dari pemerintah ORBA dulu ,yang
>> semestinya sudah harus dihilangkan.
>>
>> Kalo anda mau belajar ttg sejarah panjang ummat Islam (mulai zaman
>> Rasulullah saw dan sahabatnya hingga massa kini), maka Insya Allah
>> anda akan menemukan banyak FAKTA sejarah yg tidak terbantahkan ttg
>> penghormatan dan penghargaan kaum muslimin yg sedemikian besarnya thd
>> hak-hak non-muslim.., suatu penghormatan HAM yg mungkin belum ada
>> bandingnya sampai saat ini.
>>
>>
>> Berikut saya postingkan suatu tulisan menarik di majalah Sabili ttg
>> bukti sejarah toleransi kaum muslimin yg begitu tinggi thd umat
>> non-muslim. Semoga dapat membuka mata dan pikiran kita dalam memahami
>> Islam sebagai rahmatan lil alaminn (rahmat bagi seluruh alam
>> semesta).
>>
>>
>======================================================================
>>
>> SABILI: Non Muslim di Tengah Masyarakat lslam
>>
>>
>> Sejarah kekuasaan Islam, telah membuktikan kedamaian dan ketenteraman
>> hakiki. Mayoritas Islam yang menguasai pentas kekuasaan, justeru
>> memberi kedamaian dalam masyarakat plural dan heterogen.
>>
>> Dalam masyarakat lslami, tidak pernah ada vonis negatif bagi semua
>> unsur masyarakat lain yang memeluk agama non Islam.  Hubungan sesama
>> warga negara, sepenuhnya ditegakkan di atas asas toleransi, keadilan,
>> kebajikan dan kasih sayang.
>>
>> lnformasi objektif tentang perlakuan minoritas non muslim oleh
>> masyarakat Islam, dijelaskan oleh Will Durant, seorang orientalis,
>> dalam bukunya History of Civilization.  "Di masa pemerintah Bani
>> Umayah, kaum Nasrani, Zoroaster, Yahudi dan Shabi'i menikmati
>> toleransi amat tinggi yang tidak dapat kita jumpai bandingannya di
>> negara-negara Kristen.  Mereka benar-benar bebas menyelengarakan
>> aktivitas keagamaan.  Kaum Kristen tetap menguasai gereja dan biara,
>> dan tidak diwajibkan lebih daripada mengenakanpakaian dengan warna
>> tertentu, serta membayar pajak setiap pribadi yang jumlahnya
>> disesuaikan kadar penghasilannya.
>>
>> Pajak ini dikenakan atas orang-orang non muslim yang masih muda dan
>> berfisik sehat.  Sedangkan kaum pendeta, wanita serta anak anak yang
>> belu akil baligh, hamba sahaya, orang-orang lanjut usia, lemah, buta
>> dan miskin, tidak ada kewajiban pajak.
>>
>> Sebagai gantinya, mereka yang telah menyetorkan pajak itu dibebaskan
>> dari kewajiban militer.  Artinya, pemerintah Islam menjamin keamanan
>> mereka, dari serangan musuh.  Kelompok non muslim yang tergolong
>> dalam
>> ahlu dzimmah (terikat dengan perjanjian dengan kaum muslimin), juga
>> tidak dikenakan membayar zakat sebesar 2,5 % pertahun, sebagaimana
>> kewajiban kaum muslimin.  Kesaksian mereka tidak diterima di depan
>> pengadilan, namun mereka menikmati pemerintahan otonomi yang tunduk
>> pada pemimpin-pemimpin, peradilan dan perundangan mereka sendiri."
>>
>> Dr. Kharbuti, yang banyak merujuk pada buku sejarah tulisan kaum
>> orientalis rnenyebutkan, "Banyak tokoh besar yang lahir dari kalangan
>> non muslim pada masa pemerintahan Abbasiyah.  Contohnya, Bakhtaisyu
>> bin Gabriel.  Bakhtaisyu'adalah nama keluarga beragama Nasrani dari
>> Syiria, yang menjadi dokter pribadi Khalifah Abu Ja'far A]-Mansur.
>> Khalifah sangat percaya padanya.  "Siapa saja yang memerlukan sesuatu
>> hendaknya menyampaikannya kepada Gabriel, sebab aku akan meluluskan
>> apa saja yang diminta dariku." Gaji bulanannya, sebanyak 10.000
>> dirham.  Sejumlah warga non muslim oleh Harun Al Rasyid diberi
>> pensiunan 1000 dinar sebulannya, plus hadiah 20.000 dirham setiap
>> tahun.
>>
>> Para penulis Islam tidak berat sebelah terhadap berbagai kelebihan
>> yang memang dimiliki kaum non muslim.  Mereka memberi gelar Hunain
>> bin
>> lshak sebagai Kepala dokter di zamannya.  Bakhtaisyu bin Gabriel
>> hidup
>> di bawah kesayangan dan perhatian khalifah AI-Mutawakkil yang hampir
>> menyamai sang Khalifah sendiri dalam pakaian, cara hidup.
>>
>> Ketika dokter khalifah yang bernama Salmawaih dalam kondisi
>> sakit,-Khalifah AI-Mu'tashim mengutus putranya untuk menjenguknya.
>> Dan ketika akhirnya ia meninggal dunia, khalifah memerintahkan agar
>> jenazahnya dibawa ke istana kemudian diselenggarakan upacara
>> peruibadatan kaum Nasrani, dengan lilin dan dupa.
>>
>> Yunanna bin Masawaih melayani beberapa khalifah Bani Abbas sejak
>> Harun
>> A]-Rasyid, sampai Mutawakkil.  Selama itu, ia tidak pernah absen
>> makan
>> bersama mereka.  Para khalifah pun tidak mulai makan kecuali setelah
>> kehadiran Yunanna. Karenanya, hubungan Yunanna dengan Mutawakkil
>> sangat akrab.  Tidak ada keseganan sedikitpun antara mereka.
>>
>> Banyak pula di kalangan ahiu dzimmah yang berhasil menjadi tokoh
>> terkenal di bidang sastra dan seni.  Sejarawan Torton menulis,
>> "Hubungan-hubungan antara orang-orang Arab dengan penduduk
>> negeri-negeri yang telah mereka bebaskan, di bidang sastra dan seni,
>> amat baik, beriandaskan sikap saling menyayangi.  Banyak orang non
>> muslim yang bekerja di jawatan pemerintahan, baik sebagai insinyur
>> atau karyawan biasa.
>>
>> Banyak pula non muslim yang menimba ilmu dari para tokoh dan fuqaha
>> kaum muslimin.  Sebut saja Hunain bin lshak, tokoh Kristen yang
>> belajar pada tokoh sastra muslim, Khalil bin Ahmad dan Sibawaeh.
>> Hunain pun kemudian tumbuh menjadi tokoh ahli bahasa Arab.  Yahya bin
>> Adi bin Humaid, tokoh penting ilmu manthiq beragama Kristen, juga
>> berguru pada Farabi.  Tsabit bin Hurrah belajar pada Ali bin Walid
>> hingga menjadi tokoh terkenal di bidang seni tulis dan sastra. Contoh
>> tentang toleransi kaum Abasiyah terhadap ahlu dzimmah, diuraikan
>> oleh sejarawan Torton. la menulis, "Ibrahim bin Hilal boleh dijadikan
>> contoh bagakimana orang ahiu dzimmah dapat meraih jabatan tertinggi
>> negara. la memegang tugas penting hingga memperoleh pujian para
>> penyair. lzzud Daulah Bakhtiar bin Muizzud Daulah AI-Buwaihi, pernah
>> menawarkan pada lbrahim jabatan Perdana Menteri jika saja ia mau
>> memeluk agama Islam.  Tapi tawaran itu ditolak.  Antara
>> lbrahim dan Sahib lsmail bin Abbad sering melakukan surat menyurat,
>> serta tukar menukar hadiah, kendati mereka berbeda agama.
>>
>> Torton bahkan mengakui, toleransi yang diberikan para penguasa muslim
>> luar biasa kepada ahlu dzimmah.  Banyak gereja dan biara baru yang
>> dibangun di kota-kota Arab.  Tak ada kantor pemerintahan di manapun
>> tidak pernah kosong dari pegawai Nasrani dan Yahudi.  Mereka bahkan,
>> seringkaii mereka duduk di jabatan penting dalam struktur
>> pemerintahan. Tingkat kesejahtaraan mereka, bisa dikatakan setara
>> dengan para tokoh pemimpin muslim.
>>
>> Demikianiah gambaran singkat mengenai perlakuan non muslim oleh
>> masyarakat Islam pada masa pemerintahan khilafah Islam.  Bila kita
>> merenunginya, betapa toleransi umat Islam terhadap non muslim itu Dan
>> ini membuktikan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah bukan
>> isapan jempol.  Tapi bila kita tengok sekarang, khususnya perakuan
>> non
>> muslim pada umat Islam yang kebetulan mayoritas di suatu negara atau
>> daerah, keadaannya bertolak belakang.  Di Bosnia, Kosova, Kashmir,
>> bahkan di negeri kita sendiri di Ambon, keadaan kaum muslimin
>> tertindas.  Darah kaum muslimin seperti hewan. Lronis.
>>
>> lchsan Solichuddin
>>
>> SABILI NO. 20 TH.  VI 21 APRIL 1999/ 5 MUHARRAM 1420
>> www.sabili.co.id (artikel ini discan, bukan dari website)
>>
>>
>>
>>
>> ______________________________________________________
>> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>>
>
>_________________________________________________________
>Do You Yahoo!?
>Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Kirim email ke