Dari republika lagi....

======================================================================

                'Di Sini Khurafat, di Sana Syirik'


"Bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan" [QS Al Jin:6]

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila
datang waktunya. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan " [QS Al Munaafiqun:11]


Candu ilmu kebal membuat beberapa anggota dan tokoh masyarakat prihatin.
Begitu juga para ulama hanif. Muchson Ischak, warga Taman Wisma Asri, Teluk
Pucung, Bekasi,menilai ilmu kebal tak membawa banyak manfaat. Ia kemudian
mengambil contoh saat peristiwa Banyuwangi terjadi. ''Saat itu juga terjadi
kondisi rame-rame mengisi kekebalan. Tapi ternyata mereka juga tidak dapat
menolong saudaranya yang terbantai.''

Apakah ilmu semacam ini diperkenankan oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW? Kalau kita menelusuri perjalanan hidup Nabi
Muhammad SAW, ternyata beliau sering mendapatkan luka-luka akibat
penganiayaan kaum kafir. Rasulullah juga mengalami luka-luka dan berdarah
saat dilempari oleh penduduk kota Thaif. ''Begitu juga saat Perang Uhud,
beliau pun pernah patah gigi,'' jelas Muchson.

Bagaimana pula dengan para sahabat Rasulullah yang syahid di
medan pertempuran. Hamzah, paman Rasulullah, gugur dengan
wajah remuk dan perut terbelah. Lalu, khulafaurrasyidin Umar
bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Tholib. Mereka
semua meninggal akibat pembunuhan.

''Jika Allah SWT mengizinkan ilmu kekebalan tentu manusia-manusia jaminan
surga itu lebih dulu mendapatkan ilmu kekebalan demi untuk menegakkan Dinul
Islam. Tidakkah semua ini menunjukkan tidak adanya syariat yang mengajarkan
ilmu kekebalan tubuh?''

Keprihatinan juga diungkap Dini, seorang mahasiswa UI. Ilmu
kebal, menurutnya, termasuk ke dalam syirik. ''Kayak kita tak
percaya dengan kekuatan Allah saja,'' ujarnya. Dengan
mempelajari ilmu-ilmu seperti itu berarti kita mempercayai
adanya kekuatan yang menandingi kekuatan Allah dan itu berarti
syirik.

Diyah Astuti (20), salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi
swasta di Jakarta Selatan, mengaku pernah ditawari belajar ilmu
tersebut di pengajiannya, namun ditolaknya. ''Saya sendiri suka
mendengar cerita tentang kesaktian seperti itu, tapi untuk
mempelajarinya saya ragu. Takut menjadi sombong dan   takabur.''

KH Aunur Rafiq Lc, pengurus Yayasan Kesejahteraan Ummat
dan pemilik Rabbani Press di Pasar Rebo, Jakarta, menilai
ilmu-ilmu kebal banyak mengandung khurafat dan unsur
syiriknya. Yang ajarkan seolah-olah ada ayatnya. Tapi sebenarnya sudah
dicampuraduk dengan mantra dan jampe-jampe. Adakalanya susunan ayat dibaca
secara terbalik. ''Begitulah cara jin dan syetan memperdaya kita tuntunan
yang seolah-olah dari ajaran Islam.''

Menurutnya, dalam situasi serba sulit ini mestinya kita tidak
melakukan hal-hal yang justru mengotori akidah. Sebagai orang
beriman, mestinya kita dengan penuh keikhlasan berserah diri
kepada kekuasaan Allah. Jika telah ikhlas, Allah telah berjanji
akan menjaga bahkan meninggikan martabat kita. ''Bukankah
mati syahid lebih baik ketimbang mati dalam bau khurafat dan
kemusyrikan?''

Pemberian ilmu kebal, menurut Ketua Yayasan Salamullah Lia
Aminuddin, umumnya memang dilakukan dengan cara mencampur air putih dengan
jarum dan gotri disertai lafaz ayat-ayat atau mantra.

''Ayat-ayat Allah yang dijadikan mantra untuk mendapatkan
perlindungan jin, maka ayat-ayat itu tak akan membawa berkah.
Sebaliknya, ayat-ayat itu akan bersaksi betapa ayat-ayat suci itu
telah dipalingkan dan dijadikan pengundang jin.''

Lia berpendapat, tindakan membekali diri dengan ilmu kebal
merupakan gejala yang membahayakan. Menurut dia, ilmu kebal
bukan ilmu Allah, melainkan ilmu jin. Karenanya, kata dia, ini
merupakan perbuatan syirik.

Fenomena ilmu kebal dan ilmu gaib lainnya tidak hanya marak di
Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Menurut Dr Deddy
Mulyana, pakar komunikasi antar budaya UNPAD, bahkan
beberapa tahun lalu, Nancy Reagen pun pernah menggegerkan
Amerika karena mempunyai dukun pribadi tempat di mana dia
sering berkonsultasi.

Sementara itu, menurut KH Abdullah Abbas, sesepuh dan
pengayom Pondok Pesantren Buntet di Cirebon, Jabar,
ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren itu berisi doa-doa ma'rifat.
''Itu ada kitab-kitabnya. Yang menyangkut ilmu hikmah. Sudah
ada pedomannya.''

Hal senada diungkap Rais Am PB NU KH Ilyas Ruhiyat.
Menurutnya, apa yang dilakukan para kiai di Jatim itu sekadar
ikhtiar atau upaya mempertahankan diri, Bukan untuk gagah-gagahan. ''Semua
itu ada syarat-syaratnya, tak sembarangan orang bisa. Kalau niatnya jahat
malah bisa batal.''

Mencari ilmu kebal, menurut KH Ibrahim Hussein, Ketua
Komisi Fatwa MUI, adalah gejala musiman. ''Ilmu-ilmu tersebut
sah-sah saja jika tidak membawa orang pada perbuatan
menduakan Tuhan (syirik), dan tidak mengganggu orang lain.''
Syirik tidaknya ilmu kebal, menurutnya, tergantung dari niat
orang yang menginginkannya.

Tetapi, ulama Partai Keadilan punya pendapat lain. KH Didin
Hafiduddin MSc menilai itu merupakan langkah mundur masyarakat. Pendekatan
atau jalan pintas itu salah dan tidak bisa  dipertanggungjawabkan secara
moral dan agama.

''Perilaku itu tak mendidik,'' kata calon presiden PK tersebut.
Pemilu, katanya, jangan terlalu dipolakan sebagai pesta
kerusuhan dan huru-hara sehingga orang-orang berbuat seperti
itu. Jika memang benar orang-orang partai politik atau satgasnya
sengaja mengebalkan diri, itu sama sekali tidak mengajarkan
masyarakat untuk berpolitik secara rasional.

KH Dr Habib Salim Segaf Al Jufri, Ketua Dewan Syariah PK,
fenomena itu sebagai langkah yang tidak Islami. ''Kalau mencari
perlindungan ya kepada Allah, bukan seperti itu caranya.''
Mereka yang mendapatkan ilmu kebal, katanya, yakin bahwa
ilmu-ilmu tersebut menjadi bentengnya. ''Ini mengarah pada
perbuatan syirik,'' tegasnya.

Menurut Salim Segaf, ilmu-ilmu kebal tersebut telah ada sejak
zaman Rasulullah. ''Kalau memang dianjurkan, akan digunakan
Rasulullah. Kenyataannya Rasulullah tidak menggunakannya,''
tegasnya. Kalau semangat Al Quran dalam surat Al Jin ayat 6
dan Al Munaafiqun ayat 11 disimak baik-baik, langkah mencari
kekebalan itu jelas tidak perlu.

Dilihat dari segi agama, kata Ketua MUI H Drs Amidhan, upaya
mencari kekebalan itu tak dapat diterima, karena meminta
pertolongan selain kepada Tuhan adalah hal yang keliru.

Aminudhin juga memberikan imbauan agar masyarakat tidak
meneruskan hal-hal seperti ini. ''Motivasinya tidak jelas. Hal-hal
seperti ini menggeser nilai-nilai keimanan, dan dapat mengarah
pada perbuatan syirik,'' jelasnya.




______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke