Wah, keasyikan nggangguin mbak Ida malah terganggu dengan
kemunculan si abang helson yang cemburuan. Padahal kan kita
cuman nggangguin dikiiiiit aja....hehehe...... Kok ya ributnya sampe
melebar kemana-mana. Ampun deh...... mbak Ida itu serasa
Sarajevo, jadi asal muasal perang dunia.....hehehe.....
tobat...tobat....

Sebetulnya acara muter-muter saya sejak seminggu lepas ini ada apa
sih? Sebetulnya kan kita ingin berbicara tentang bagaimana untuk
menjalankan program. Kalau identifikasi masalahnya sih sudah ada,
dan semua sudah ditampung oleh masing-masing partai. Bagaimana
dengan cita-cita atau arahan dari partai? Ya sudah jelas juga. Buat yg
punya masing-masing booklet dari tiap partai sih enak. Bisa langsung
baca dan mengerti. Saya kira banyak dari kita yang tidak mempunyai
kemewahan untuk memahami program partai. Cuman kira-kira sih
tidak atau belum mendalam bagaimana untuk mencapai cita-cita partai
yang sudah pasti sangat ideal itu....ya namanya lagi jualan....

Nah, kebetulan saya punya pendapat bahwa kesenjangan sosial
perlu diberantas terlebih dahulu. Benar tidaknya itu yang mesti dikaji.
Bukan lalu pada sibuk membicarakan bahwa yang dituju adalah negara
yang ramah tamah, toleransi tinggi, hukum berjalan dengan benar...
Weleh...kalau yg itu sih semua partai juga punya. Cuman carane itu
gimana tho?

Nah, agenda utamanya PAN kan berantas KKN, tuntut Suharto, federalism.
Kalau PBB sami mawon, dan bentuk federalisme diwujudkan dalam
sistem parlementer. Bagaimana dengan PDI-P dan PKB? Nah, yang ini
agak konservatif. Keduanya lebih menekankan bahwa semua kebrengsekan
ORBA adalah akibat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
partai (d/h golkar) dan pejabat, yang bermuara di Suharto. Secara umum
programnya di masa lalu sudah bagus. Dengan berbagai pertimbangan,
PDI-P lebih memilih bentuk NKRI (negara kesatuan RI), dan yang saya
tangkap dari PKB juga demikian. Nggak tahu kalau salah nangkep....
yang ketangkep ayam tetangga....

Bagaimana dengan para calon pencoblos? Nah ini dia.... Faktor utama
yang menjadi daya tarik suatu partai kan mestinya program. Baru
disusul oleh siapa yang akan jadi sopir truk pemerintahan. Biar jelas:
(1) Program partai
(2) Calon Presiden.

Nah, yang saya lihat, justru sebaliknya. Para calon pencoblos lebih
mendasari keputusan memilih partai idaman pada calon presiden yang
ditawarkan. Bila calon pemilih ini juga memahami apa yang ditawarkan
partai sih bagus. Yang lebih sering terjadi kan bukan begitu. Jadi yang
paling kelihatan kan ungkapan seperti "Saya pilih tokoh X karena dia
memihak pada rakyat, bebas KKN kalo nyerempet dikit nggak apa-apa,
dlsb....". Bagaimana caranya si calon presiden (atau partainya) mencapai
tujuan ndak mau tahu lagi.... Nah, inilah bibit dari kultus individu macam
'mati hidup nderek Sukarno', 'merah kata Sukarno, merah pula kata
marinir, hitam kata sukarno, hitam pula kata marinir'. Dan banyak lagi
jargon semacam yang sudah kita ketahui bersama lah...

Sudah siapkah kita berbicara masalah pencapaian program?
Apakah kita akan berkutat pada pendefinisian tujuan utama yang
sebetulnya sudah selesai itu?

--
Salam,
Jaya


--> I disapprove of what you say, but I will
    defend to death your right to say it. - Voltaire

               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke