PEACE
Saya bukanlah seorang umat KRISTEN yang taat, tetapi posting itu membuat
Saya semakin bodoh  jika ayat ALKITAB itu dipakai untuk politik pragtis
yang salah. Mengapa Saya mengatakan untuk menjelajah terus pengetahuan
Supaya yang menulis dan Saya tidak terus saja  membenarkan yang salah,
walaupun Saya dan si penulis tau bahwasanya salah.
Mungkin jawaban Saya ini kurang berarti, tetapi Saya tidak akan mengulangi
sikap Saya yang  masih membenarkan prinsip Saya daripada  prinsip orang
lain.
"INDONESIA KITA TERCINTA"
:-)))
Jabat erat
FRAREV SITORUS
On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote:

> Hehehe..... lalu saran anda yg berkenaan dengan isu yg dibawa apa sih?
> Ini kalo ane bole tahu. Mangsude supaya orang terus meng-explore pengetahuan
> gitu? Mengapa pula anda bisa menarik kesimpulan bahwa si penulis hanya
> mengetahui kitab-nya secara sepenggal-penggal? Dengan menyatakan seperti
> itu, anda telah meng-imply bahwa pengetahuan anda lebih baik (sedikit atau
> banyak) dari si penulis posting tsb. Bila memang begitu, apa pendapat anda?
> - Al Quran memang memuatnya?
> - Bible memang memuatnya?
> - Apakah Al Quran menjelaskan tentang kepemimpinan di ayat-ayat yg lain?
> - Apakah Bible menjelaskan tentang kepemimpinan di ayat-ayat yg lain?
> - Apakah dapat ditarik kesimpulan bahwa Al Quran melarang wanita menjadi pemimpin?
> - Apakah dapat ditarik kesimpulan bahwa Bible melarang wanita menjadi pemimpin?
> - Ataukah keduanya atau salah satu dari kitab memberikan PRIORITAS kepada
>   pria menjadi pemimpin?
> - Bila memang demikian, lalu apa suggestion anda? Meninggalkan kedua kitab tsb?
> - Bila memang demikian, apakah anda suggest agar ilmu pengetahuan overrule kitab?
> - Ilmu pengetahuan yg mana yg pas untuk mempelajarinya?
> - Berapa tahun batas minimum mempelajari kitab suci agar dapat dianggap mampu
>   memahaminya, dan dianggap tidak menerapkan budaya instant?
> - Mengapa pula dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya instant adalah produk
>   rejim sebelumnya? Lalu rejim yg mana? ORLA atau ORBA? Atau warisan Jepang atau
>   Belanda? Atau memang ini budaya asli kita? Atau bahkan sebetulnya ini bukan budaya
>   kita? Bukankah cara deduksi anda ini yang justru merupakan buaya, eh, pencerminan
>   budaya instant?
>
> Mungkin dengan menjawab pertanyaan ini kita akan paham dengan issue yg
> dibawa oleh si empunya original posting. Ane sendiri udeh bosen beropini, pengen 
>lihat
> opini orang aja ah....
>
>
> '----------------
> Frarev Sitorus wrote:
>
> > Dari posting ini, saya tidak tau dari mana asalnya, Saya menjadi ingat
> > akan definisi sikap Proaktif oleh STEPHEN R. COVEY,  bahwa sikap yang
> > proaktif yaitu sikap yang dapat menciptakan alternatif solusi dan
> > memilihnya kemudian. Sikap yang reaktif merupakan sikap manusia yang tidak
> > efektif menurut dia. Dimana solusi yang diberikan ditentukan oleh situasi
> > lingkungan di luarnya atau dari luar ke dalam. Jadi, kalau dibilang orang
> > " Kamu orang yang tidak bebas" ( cermin sosial ) maka orang yang reaktif
> > pun menerima pendapat itu sehingga membuat dia tidak melebihi dari sifat
> > binatang, bukan sifat manusia yang dianugerahi oleh SANG PENCIPTA.
> > Kelebihan manusia dari binatang adalah kemampuan manusia untuk memandang
> > atau "melihat" diri dia sendiri, sebelum melihat diri orang lain. Manusia
> > yang proaktif adalah manusia yang mempunyai visi pribadi yang bermula dari
> > dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.
> >         Untuk itu, Saya memberi saran kepada yang mengirim posting itu
> > untuk terus menjelajah pengetahuan yang telah disediakan oleh TUHAN.
> > Apakah manusia yang tertindas karena dia sudah ditakdirkan tertindas?
> > Tidak, karena manusia itu sendiri yang memberikan kepada manusia lain
> > untuk menindas dia.
> >         Sama halnya, dengan membandingkan kitab suci yang berbeda dan
> > menghubungkannya dengan dunia realita bukanlah dengan waktu yang singkat,
> > bahkan bertahun -tahun. Apalagi memahami kedua kitab hanya dengan
> > sepenggal - sepenggal. Budaya ini adalah bukan kesalahan siapa - siapa ,
> > melainkan kesalahan terdahulu yang menaburkan budaya "INSTAN".
> > "Berikanlah yang terbaik untuk NEGARA INDONESIA"
> > :-)
> >
> > Jabat erat
> > FRAREV SITORUS
> >
> > On Thu, 3 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote:
> > >
> > > No  59
> > > Tanggal  15-Apr-99
> > > Nama  Paulus Hendriyanto
> > > E-mail  [EMAIL PROTECTED]
> > > Alamat  Keuskupan Semarang
> > > ------------------------------------------------------------------------
> > > BIBEL & QUR'AN TTG KEPEMIMPINAN WANITA.
> > >
> > > Sebagai seorang Nasrani yang taat, sejak lama saya mendengar kalangan ummat
> > > Islam tidak bisa menerima pemimpin mereka bila berasal dari kaum wanita.
> > > Dasar mereka (kalangan Islam) adalah Al-Qur'an, yaitu Surat An-Nisaa ayat
> > > 34,
> > > yang berbunyi :" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
> > > karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
> > > yang lain(wanita)". Tampaknya hal inilah yang menyebabkan Gus Dur mengatakan
> > > belum lama ini seperti pernah dikutip Asia Week, bahwa sulit bagi Megawati
> > > untuk bisa diterima kalangan muslim kalau dia memaksakan diri untuk menjadi
> > > Presiden kelak. Seandainya yang naik adalah Guntur, kakak laki-laki mba
> > > Mega,
> > > saya rasa mereka tak berkeberatan untuk mendukungnya. Bagaimana dengan
> > > Iman-Kristiani? Ternyata Kitab BIBEL memerintahkan hal yang senada dengan
> > > Qur'an, yaitu menolak wanita bila dijadikan pemimpin dikalangan ummat
> > > ummatnya. Dasarnya adalah Kitab Perjanjian Baru yang dicantumkan dalam Kitab
> > > BIBEL : I Timothius 2 :12 yang berbunyi : "Tiada Aku mengizinkan seorang
> > > perempuan mengajar atau MEMERINTAH atas laki-laki, (tetapi) hendaklah ia
> > > berdiam diri". Dengan keterangan Al-Kitab ini menjadi jelaslah bagi kalangan
> > > ummat Nasrani, bahwa Tuhan Yesus dan Tuhan Bapak melalui firman-Nya telah
> > > melarang ummat-Nya untuk mengangkat wanita sebagai pemimpin untuk memerintah
> > > mereka. Ayat ini juga otomatis menjadi pedoman yang jelas bagi ummat
> > > Nasrani,
> > > bahwa ajaran iman mereka menolak bila wanita dijadikan pemimpin ummat,
> > > siapapun dia dan darimana pun datangnya. Oleh sebab itu sangat musykil bagi
> > > kami (ummat Nasrani) menerima kalau wanita dijadikan pemimpin Bangsa
> > > Indonesia untuk kalangan ummat Nasrani, karena kalau menerima beliau sama
> > > saja kami durhaka atau kafir dengan perintah Tuhan. Dan kami sangat
> > > menyadari
> > > betapa besarnya dosa bila ummat Nasrani mendurhakai perintah-Nya itu. Dengan
> > > pandangan keimanan yang diberitakan Al-Kitab untuk ummat Nasrani dan
> > > Al-Qur'an untuk kalangan muslim, berarti secara statistik ummat beragama di
> > > negeri ini mayoritas menolak bila wanita diangkat sebagai pimpinan mereka
> > > (bukankah ada 85 persen muslim plus 10 persen nasrani di Indonesia sekarang
> > > ini?). Bila ada ummat Nasrani ataupun ummat Islam yang tetap setuju bila
> > > pemimpin mereka diambilkan dari kalangan wanita, berarti mereka tidak
> > > memahami betul akan hakikat iman dan isi Kitab sucinya yang seharusnya
> > > mereka
> > > pedomani. Dalam hal sudah menjadi tugas dan tanggung-jawab kaum Rokhaniawan
> > > untuk menyadarkan ummatnya masing-masing, sebab mereka kelak pasti diminta
> > > pertangungan jawab oleh Tuhan akan kesungguhan mereka membawa domba-domba
> > > mereka ke arah jalan Tuhan Yang Esa. Saran saya untuk DPP PDI Perjuangan
> > > sebaiknya anda memperhatikan aspirasi yang berkembang dikalangan bawah ini.
> > > Selagi Habibie yang dianggap oleh sebagian kecil elit kekuasaan dan elit
> > > massa saja tidak 'legitamed' itu sudah kesulitan menjalankan roda
> > > Pemerintahan, apalah lagi kelak bila Bu Megawati dipaksakan naik jadi
> > > Presiden, pasti kerepotannya bisa luar biasa ..... bahkan bisa-bisa PDI
> > > Perjuangan mereka habisi ke akar-akarnya seperti PKI dulu. Meskipun UUD'45
> > > tidak mensyaratkan seorang Presiden RI harus beragama tertentu karena RI
> > > bukan negara agama, tetapi akar budaya setempat tidak bisa kita abaikan. Di
> > > Amerika Serikat saja tak ada larangan kaum kulit hitam jadi Presiden AS,
> > > tetapi bisakah mereka memilih dan beranikah mereka mengangkat orang kulit
> > > hitam sebagai kepala negaranya? Sama halnya di Inggris, beranikah mereka
> > > mengangkat seorang katholik menjadi Perdana Menterinya meskipun UU disana
> > > tidak mensyaratkan seorang PM Inggris harus beragam kristen-protestan?
> > > Demikian pula di Indonesia, UUD kita tak ada mencantumkan calon Presiden
> > > harus beragama Islam dan Pria, tapi beranikah kita memaksakan kehendak yang
> > > naik jadi Presiden RI seorang non-muslim dan wanita?
> > >
> > > Paulus Hendriyanto, Keuskupan SEMARANG, Jawa-Tengah, Indonesia.
> > >
> > > ----------------------------------------------------------------------------
> > > --
> > > --
> > >
> > > kunjungi :www.icmi.or.id
> > >
>
> --
> Salam,
> Jaya
>
>
> --> I disapprove of what you say, but I will
>     defend to death your right to say it. - Voltaire
>
>                \\\|///
>              \\  - -  //
>               (  @ @  )
> ------------oOOo-(_)-oOOo-----------
> FNU Brawijaya
> Dept of Civil Engineering
> Rensselaer Polytechnic Institute
> mailto:[EMAIL PROTECTED]
> --------------------Oooo------------
>            oooO     (   )
>           (   )      ) /
>            \ (      (_/
>             \_)
>

Kirim email ke