Saya setuju dengan bung Jaya, memang si Aberson ini kayak anak kecil yang mau
walk out karena nggak di kasih permen.

Saya juga nggak habis pikir pola pikir orang orang seperti ini, sama sekali
nggak menghormati tata negara Indonesia. Kalau mau merubah system politik ya
jauh jauh hari sebelum pemilu, diatur, aturan mainnya itu bagaimana. Bukannya
sekarang ini setelah pemilu berjalan, aturan main sudah ada demikian rupa, mau
mbelot katanya aturan mainnya nggak bener.

yuni




FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Lha orang kayak gini kok dijadikan caleg nomor 4.
Kalau mau menghendaki rakyat benar-benar berdaulat dalam memilih presiden,
sudah barang tentu UUD45 juga mesti diganti. Biar saja rakyat memilih langsung
presidennya. Caranya ya sudah barang tentu ngganti dulu UUD yg ngatur.

Sekarang maunya nggak ngganti UUD, tapi mau meniadakan peran MPR. Lha
kalau MPR cuman jadi cap jempol ya sudah dibubarin saja. Ini baru melihat
peluang
kalah voting saja sudah sibuk. Nanti kalo voting menang baru kaok-kaok bahwa
bentuk voting adalah yg paling demokratis. Model-model bunglon kayak gini kok
ya masih ada.

Kemarin mereka-mereka sepakat kalo faktor pembagi suara berbeda-beda,
di mana suara di Jawa faktornya lebih besar. Waktu belum tahu bakal panen di
Jawa
lalu sibuk nuntut tentang pemerataan wakil rakyat dari luar Jawa. Giliran
dengan tata cara
ini disusul parte lain lalu sibuk menggunakan isu jumlah absolut 23 juta
pemilih....
Orang sudah mau masuk liang kubur kok ya nggak malu sama anak kecil yang
kalo eker-ekeran sama persis dengan dia.

Caranya gini mending PKB sama PAN ndak usah ikut-ikut dengan pemerintahan
PDIP sajalah. Biar saja PDIP menang....ndak apa-apa. Yang penting ndak usah
ikut-ikut dosa dan plin-plan kayak Aberson si lholhak-lholok ini......
Hih...ngisin-ngisini waris saja....



'--------------suara merdeka----------

Tolak Voting

Secara terpisah tokoh PDI Perjuangan, Aberson Marle Sihaloho, berpendapat PDI
Perjuangan sebaiknya menolak ajakan pemungutan suara atau voting, jika hal itu
ditawarkan
dalam sidang umum MPR mendatang.

'Kami akan menolak pemungutan suara, kalau mereka memaksa kami akan walk
out,''
katanya kepada wartawan di press room Gedung DPR, kemarin.

Tentang alasan penolakan, calon legislatif (caleg) nomor empat dari DKI
Jakarta (caleg jadi)
itu menjelaskan, sidang umum MPR mendatang seharusnya tinggal menetapkan
kehendak
rakyat mengenai calon presiden. ''Karena rakyatlah yang berdaulat, bukan
MPR,'' imbuh dia.

Kini rakyat yang berdaulat telah melaksanakan hak melalui pemilu, dan 23,5
juta memilih
Megawati sebagai calon presiden melalui PDI Perjuangan. Dia mengatakan, hasil
itu
merupakan suara terbesar dibandingkan dengan perolehan suara partai lain.
(D19,bu,nas-50g)


____________________________________________________________________
Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.

Kirim email ke