saya setuju banget dengan 3M dari Aa Gym, tp koq harus ada kata maaf ke kaum 
hawa yah?
klo misalnya Aa Gym berselingkuh kayak Mr YZ dan Mrs ME trus drekam pake HP 
barulah kita minta maaf ke kaum hawa


sori OOT  

 



----- Original Message ----
From: esa siswanto <[EMAIL PROTECTED]>
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 6:43:15 PM
Subject: Re: [PPIBelgia] Alumni AS hancurkan RI, gmana dengan alumni Belgia???


sebetulnya gampang saja..mulyani dan budiono kan lulusan amerika.mereka 
tentunya juga ingin dilihat "berjasa" dengan menerapkan sistem keuangan di 
indonesia.kan klo keliatan berjasa ma paman sam,nanti bakal didukung abis2an ma 
paman sam.klo udah didukung, kekuatan amerika yg cukup menkutkan misalnya 
kekuatan intellegent mereka ga bakal ganggu yg berjasa.dalam jangka panjang 
mungkin ketika budiono dan mulyani ingin bermain di tataran eksekutif,legislati 
f atau pun yudikatif, mereka akan mudah meluncur...ibarat pake oli...nah... 
begitu deh kira2 suudzon nya.tapi yg jelas bukan sistem saja yg ngco,banyak hal 
terutama pelaku2 ekonomi maupun sektor lain yg memble juga.karena sebaik2nya 
sistem tapi pelakunya memble,ya... percuma.begitu pun sebaliknya.. .sejelek2nya 
sistem tapi pelakunya jempolan, tentu akan ada hasil walaupun tidak 
signifikan.. banyak yg perlu dipelajari dan dibenahi oleh kita 
semua...sebagaimana pepatah bah iwan...jangan tinggalkan negara
 kita,walaupun bendera kita lusuh dan tertunduk... terutama kawan2 yg nanti 
sudah lulus nanti jgn lp kacang akan kulitnya...
saya setuju dengan jangan mengekornya kita ke paman sam.mereka memang punya 
segalanya, tapi bukan berarti mereka adalah segalanya... kita pasti bisa 
menjadi seperti mereka...bahkan lebih...tapi tentu tahapan "3M" aa gym (maaf 
kepada kaum hawa...) yang cukup terkenal :
mulailah dari diri kita
mulailah dari hal yg kecil
mulailah dari sekarang
harus sudah kita gadang-gadang dari sekarang
tataran konsep apapun akan mentah jika 3M tersebut tidak terlaksanakan. ..
 
VIVA INDONESIA!!! !


--- On Thu, 10/9/08, Furqon Azis <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Furqon Azis <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: [PPIBelgia] Alumni AS hancurkan RI, gmana dengan alumni Belgia???
To: [EMAIL PROTECTED] ps.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 11:26 AM


Alumni AS Hancurkan RI

   
Boediono dan Sri Mulyani
(inilah.com/Wirasatr ia)   
INILAH.COM, Jakarta - Sri Mulyani Indrawati dan Boediono hanya dua dari banyak 
tokoh yang memberi pengaruh dalam berbagai kebijakan di Indonesia. Mereka 
menjadikan sistem ekonomi AS sebagai salah satu acuan. Kini, semua jadi 
bumerang. 
Sebenarnya, masih banyak lagi alumni AS di Indonesia yang berpikir sama dengan 
mereka. Yang pasti, mereka menyebar di semua instansi pemerintah maupun swasta. 
Mereka inilah yang meracuni cara pikir yang seharusnya objektif tentang AS 
menjadi subjektif. 
Di antara para alumni itu, tanpa mereka sadari, ada yang menjadi promotor aktif 
agar Indonesia selalu memperhitungkan faktor AS. Peran global AS seakan terus 
berlanjut sampai dunia kiamat. Sangat sulit menemukan orang elit yang berani 
berkata mari kita menjauh dari AS. Atau lepaskan kehidupan kita dari 
bayang-bayang AS. 
Bangsa Indonesia, kadang tidak punya nyali, terjebak budaya penakut dan pemalu 
terlalu dominan. Elit pemimpin tidak berani bersikap seperti pemimpin 
negara-negara lain yang berani bersikap apalagi menyatakan ‘no’ kepada AS.
Padahal contoh-contoh keberanian ada di hampir semua benua: Asia (Malaysia, 
Korea Utara), Afrika (Libya), Timur Tengah (Iran) dan Eropa (beberapa negara 
Balkan). Contoh terbaru Venezuela (Amerika Latin). Sebelum krisis ekonomi 
menimpa AS, Venezuela sudah menerima permintaan Rusia untuk melakukan latihan 
militer bersama. 
Sikap Venezuela ini sebuah tamparan bagi AS. Karena AS di Eropa sedang 
gigih-gigihnya mendiskreditkan Rusia dalam invasinya di Georgia. Alasan itulah 
yang dijadikan AS hadir di depan pintu rumah Rusia. 
AS ingin mengganggu rasa nyaman Rusia. Kini berbalik Rusia yang mengganggu AS 
dengan cara hadir di Venezuela melalui latihan perang bersama. Tapi kehadiran 
militer Rusia di Venezuela sebetulnya merupakan bentuk pembangkangan Venezuala 
terhadap AS. 
Perubahan sikap pemimpin Venezuela ini menarik. Sebab selama beberapa dekade 
Venezuela menjadi semacam sekutu AS di Amerika Latin. Tapi pemimpin Venezuela 
era sekarang jauh lebih kritis dan berani bersikap (terhadap AS). 
Kehidupan masyarakat Venezuela sendiri mirip Indonesia. Pernah makmur karena 
bantuan luar negeri dan investasi asing yang dimotori AS. Tapi belakangan 
negara penghasil minyak ini, seperti halnya Indonesia, juga mengalami kesulitan 
ekonomi dan terjerumus dalam pinjaman luar negeri. 
Venezuela korban lahan laboratorium berbagai ilmu dan teori kotor AS di Amerika 
Latin. Yang menyedihkan, di Indonesia, sangat sulit menemukan elit pemimpin 
yang berani bersikap seperti pemimpin di Venezuela. Apalagi menjadi seperti 
Kuba, negara dan potensinya lebih kecil dari Venezuela, tetapi keberaniannya 
melawan AS luar biasa. 
Hanya satu kali manuver saja militer AS sudah bisa menguasai Kuba. Sekali 
kepung saja armada kapal perang AS sudah dapat mengisolir Kuba. Ditambah letak 
geografis Kuba yang hanya beberapa puluh kilometer dari Miami, Florida, sangat 
mudah bagi AS.
Posisi Indonesia yang begitu jauh dari daratan AS. Tapi, Indonesia sepertinya 
sangat ketakutan terhadap ancaman armada AS. Seolah-olah AS akan dengan mudah 
menduduki seluruh wilayah Indonesia. Itu sebabnya kita harus terus berbaik-baik 
kepada AS. 
Jika mau jujur, di luar sistem ekonomi, sebetulnya sistem politik di kehidupan 
demokrasi kebablasan ini, tak lepas dari campur tangan agen-agen AS. Sejak 
kejatuhan Soeharto, tidak sedikit agen-agen demokrasi AS yang beroperasi di 
Indonesia dengan memakai emblem aktivis penegak demokrasi. 
Istilah populernya warga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Sejumlah LSM asal AS 
sudah sejak awal 2000 membanjiri Indonesia. Mereka berperan aktif mensponsori 
konsep UU Politik dan Pemilu, bahkan ikut membiayai keperluan yang mereka 
kategorikan pekerjaan house keeping. 
Mereka bekerja seperti relawan dan terkesan ingin membantu Indonesia. Padahal 
yang terjadi campur tangan atau pun bantuan mereka itu yang kemudian justru 
membuat sistem politik kita menjadi aneh dan terjebak dalam situasi yang tak 
jelas mengarah ke mana. 
Coba, berapa triliun rupiah biaya yang harus disediakan untuk penyelenggaraan 
Pemilu Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden. Padahal krisis keuangan kita 
sedang parah-parahnya. 
Lalu, ada 38 partai politik yang boleh ikut Pemilu Nasional, tapi ada juga yang 
6 partai politik (di Aceh) yang hanya boleh ikut Pemilu Lokal. Aceh, katanya, 
tetap bagian dari NKRI. Tetapi nyatanya diberi perlakuan khusus dalam 
penyelenggaraan Pemilu. 
Sebaliknya Yoygakarta yang status Daerah Istimewa-nya sesuai dengan konstitusi 
justru sedang diobok-obok. Sri Sultan Hamengkubuwono X yang tidak lagi 
meneruskan dinastinya, dituding ingin menerapkan sistem pemerintahan monarki 
absolut. 
Kita punya Pilkada di lebih dari 460 Kabupaten dan Kotamadya. Perlu uang? 
Tentu. 
Demi transparansi, semua calon pejabat mengikuti fit and proper test oleh DPR. 
Hasilnya kita memiliki sistem politik yang tidak karuan. Sistem yang bukan 
hanya melelahkan, tapi menguras dana masyarakat dan pemerintah. 


Pertanyaan saya, Alumnis dari Belgia gmana yah? 



 
    


      

Kirim email ke