TERNYATA politisi Indonesia dan tim sukses masih belum dewasa dalam berdebat. 
Mereka masih suka menyerang orangnya bukan pemikirannya.
Dan sayangnya itu ditunjukkan oleh Rizal Malarangeng yang merupakan tim
sukses anggota tim sukses SBY. Entah bagaimana ceritanya Rizal
Malarangeng justru malah ‘menyerang’ pribadi Prabowo. Padahal forum itu
awalnya untuk menangkis tuduhan Boediono sebagai antek neolib. Mari
kita perhatikan pernyataan Rizal Malarangeng seperti yang dilansir detik.com:
Kepada Pak Prabowo dan timnya, ekonomi kerakyatan seakan-akan ini hanya untuk 
mereka. Ini kan hanya perbedaan istilah saja. Yang
jelas, ekonomi kerakyatan baru bisa dipimpin oleh orang-orang yang
tidak punya kepentingan yang tidak memiliki cacat dalam track record-nya,” ujar 
salah satu tim sukses SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng.
“Tentang ekonomi kerakyatan, orang punya track record
seperti apa yang bisa berbicara seperti itu. Pak Prabowo punya 98 kuda,
sampai-sampai ada tiga kuda yang dibelinya seharga Rp 3 miliar.
Taruhlah Pak Boediono. Dulunya dia hidup di sebuah desa kecil di
Blitar, anak seorang guru. Jadi jangan cuma retorikalah,” sindir adik
kandung Andi Mallarangeng tersebut.
Rizal mengungkit karir Prabowo semasa di TNI. Menurutnya, Prabowo telah dipecat 
saat di TNI. “Jadi tanyakan kepada Pak Prabowo, sejarah hidup anda bagaimana 
sehingga anda bilang pro ekonomi kerakyatan. Kalau Pak SBY dan Boediono kan ada 
buktinya,” dalih Rizal.
Apa yang dilakukan oleh Rizal Malarangeng akrab kita sebut istilah ad hominem. 
Apa itu ad hominem? Mari kita lihat definisi yang diberikan Wikipedia:
replying to an argument or factual claim by attacking or
appealing to a characteristic or belief of the source making the
argument or claim, rather than by addressing the substance of the
argument or producing evidence against the claim.
Intinya ad hominem adalah menyerang atau mengejek pribadi orang yang punya ide 
bukan isi dari idenya.
Sebuah perbuatan yang biasanya dilakukan oleh orang yang kalah dalam
diskusi. Nah pernyataan Rizal Malarangeng itu langsung dibalas oleh
Fadly Zon. Bedanya Fadly Zon tidak menyerang jualan Rizal Malarangeng.
Fadly Zon jauh lebih cerdas karena tidak terjebak ad hominem juga. Ia
sadar Rizal Malarangeng berbuat blunder dengan tindakan offensive-nya. Dengan 
tenang menjawab pernyataan Rizal dan sedikit ‘menembak’ kebodohan Rizal. 
Berikut ‘counter attack‘ dari Fadly Zon, seperti yang dilansir salah satu 
harian:
“Kami melihat pernyataan Rizal Mallarangeng sebagai pernyataan orang yang 
panik, bagi kami ini menyenangkan. Karena
orang yang panik logikanya tidak utuh sehingga tidak rasional
menanggapi isu-isu. Seharusnya tidak menyerang pribadi tapi pada konsep
yang diusung. Saya tidak tahu Rizal Mallarangeng
kemarin berbicara kapasitasnya sebagai apa? Apakah sebagai tim sukses,
apakah sebagai owner Fox Indonesia yang memang kita ketahui dipakai
jasanya oleh salah satu pasangan capres itu yang harus kita
minta klarifikasi. Pada kenyataannya pemerintah sekarang lebih memilih
ekonomi liberal contohnya antara lain impor bahan pangan yang sampai
tarifnya dinol-kan misalnya impor susu. Kita lihat secara keilmuwan
yang menurut ekonomi neoliberal adalah itu privatisasi, liberalisasi
dan pencabutan subdisi yang menyebabkan harga mahal. Bahkan Rizal melalui 
Freedom Institute mendukung kenaikan harga BBM.”
Permadi, kader Gerindra yang lain juga turut menambahi dan membela
Prabowo. Sama seperti Fadly Zon, ia juga mengomentari ketidakjelasan
pernyataan Rizal Malarangeng. Berikut pernyataan Permadi:
“Saya tidak tahu kudanya Prabowo. Tapi apa salahnya sih!” keluh Permadi dalam 
dialog tim sukses capres-cawapres di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 
(27/5/2009).
Permadi pun menolak anggapan orang kaya tidak boleh bicara mengenai
ekonomi kerakyatan. “Apa salahnya sih orang kaya mikirin orang miskin,”
kata eks politisi PDIP ini.
“Di Amerika presiden sudah kaya duluan. Jangan miskin terus korupsi. Jadi 
daripada korupsi mending presiden kaya,” cetusnya.
Ternyata resistensi atas pernyataan Rizal Malarangeng itu juga
datang dari pendukung SBY sendiri. Sadar hal itu akan mengurangi citra
positif SBY Heru Darsono langsung meminta Rizal Malarangeng
menghentikan serangan ke lawan politik SBY. Berikut pernyataan Heru
Darsono seperti yang dilansir dari detik.com:
“Rizal Mallarangeng harus menghentikan
komentar-komentar yang tidak santun terhadap lawan-lawan politik SBY.
Hadapilah dengan data dan fakta,” kata pengurus Jaringan Nusantara Heru 
Dharsono kepada detikcom, Selasa (26/5/2009).
Menurut Heru prilaku SBY yang santun dan cerdas harus menjadi
pegangan bagi semua pihak yang mengklaim sebagai pendukung dan tim
susksesnya. Karena dengan cara itulah, citra SBY sebagai satu-satunya
capres yang santun dan beretika akan tetap dapat dipertahankan.
Adhyaksa Dault malah lebih keras lagi menyikapi rebut-ribut ini. Ia
meminta para tim sukses untuk berhenti ‘ngebacot ga jelas’ dan
menghormati para capres-cawapres. Berikut pernyataan Ahyaksa Dault seperti yang 
tertulis di Kompas:
“Sebagai Menpora, saya minta juru kampanye tidak
‘ngebacot’ (asal omong), apalagi di televisi yang menjelek-jelekkan
(capres lainnya). Tidak etis. Sarkasme yang ditunjukkan,” kata Adyaksa kepada 
wartawan di Jakarta, Rabu (27/5).
Menurut mantan Ketua KNPI itu, yang akan maju sebagai calon
presiden pada pemilu presiden 2009 adalah presiden dan wapres yang saat
ini masih menjabat dan juga mantan presiden. “Mereka adalah
lambang-lambang negara sehingga harus dihormati,” katanya.
Oleh karena itu, Adhyaksa meminta para juru kampanye tidak
mempertajam persaingan dengan kata-kata yang kasar dan tidak sopan,
misalnya saat memanggil nama capres dan cawapres. “Cara-cara seperti
itu menjadi kontra produktif dan bisa merugikan capres yang
didukungnya,” katanya.
Padahal, lanjut Adhyaksa, para capres-cawapres itu tidak pernah
saling serang dengan menggunakan kata-kata yang tidak etis. “Tidak ada
kandidat saling jatuhkan,” katanya.
Menpora mengatakan, ada kelompok pemuda yang mengamati hal-hal
tersebut sehingga mereka sangat risau dan meminta dirinya untuk
mengambil sikap terhadap cara-cara yang tidak benar tersebut. “Saya
banyak mendapat keluhan dari pemuda, dan diminta harus mengambil sikap.
Sudah banyak yang marah. Kita tidak rela presiden kita, wapres kita,
dan mantan presiden dibegitukan, ditunjuk-tunjuk. Apa sih yang pernah
dibuat para jurkam itu? Jika mereka masih seperti itu
(menjelek-jelekkan calon lainnya) akan berhadapan dengan pemuda,” ujarnya.
Kampanye belum dimulai tapi suasana sudah sangat panas. Akankah saat
kampanye nanti suasana akan bertambah panas? Atau yang ada justru malah
semakin mendingin? Kita tunggu saja..

source: http://yasiralkaf.wordpress.com/2009/05/28/ad-hominem-rizal-malarangeng/



      

Kirim email ke