06.10.2005 Pengembangan Obat Secara Efisien
Perang melawan penyakit merupakan perlombaan yang amat menegangkan. Jika tidak dapat ditemukan metode pembuatan obat yang efisien, manusia akan dikalahkan oleh bibit penyakit. Bermacam penyakit baru datang menyerang dan membunuh manusia. Sejak beberapa dekade terakhir ini disadari, manusia akan semakin sulit untuk memenangkan perang melawan bibit penyakit. Pada saat virus HIV belum berhasil ditundukan, tiba-tiba menyerang virus flu burung. Ketika para pakar kesehatan berjuang memberantas malaria, tiba-tiba muncul penyakit TBC varian baru yang kebal anti-biotika. Baru 10.000 Jenis Penyakit Dapat Diobati Sejarah ilmu kedokteran memang merupakan sejarah obat-obatan dan metode pengobatan. Sejak beberapa abad para dukun, tabib atau kemudian para dokter terus berusaha mencari penyebab penyakit dan menaklukannya. Kadang-kadang sukses, tetapi lebih sering merupakan perjuangan panjang yang belum diketahui pemenangnya. Dari sekitar 30.000 penyakit yang merugikan manusia, yang sudah diketahui sampai saat ini, baru sepertiganya yang boleh dikatakan dapat diobati secara memuaskan. Dua pertiganya masih merupakan penyakit yang sedang dicoba diperangi. Tapi bagi banyak penderita penyakit, perang itu berlangsung terlalu lama. Banyak yang kalah, dalam arti meninggal, sebelum ditemukan obat atau metode pengobatan yang efektiv. Penyebab panjangnya perang melawan penyakit adalah lamanya penelitian bahan aktiv untuk memberantas penyebab penyakit. Seperti pada kasus virus HIV, para peneliti sudah kehabisan siasat untuk terus mengikuti mekanisme mutasi virus HIV yang amat cepat dan beragam. Penyakit Bergerak Lebih Cepat Dari Pengobatan Dewasa ini untuk mengembangkan satu macam obat, dari mulai pencarian unsur aktiv, penelitian, uji coba sampai dapat dijual di pasaran, rata-rata diperlukan waktu 10 tahun. Terlalu lama untuk mengatasi penyakit mematikan, yang dapat mengalami mutasi setiap pergantian musim. Contoh paling ekstrim adalah kasus flu burung. Penyakit mematikan ini seolah-olah muncul begitu saja dari peternakan unggas dan babi di Asia, kemudian melompat menyerang dan membunuh inang baru, yaitu manusia. Jika tetap menggunakan metode klasik pembuatan obat, manusia akan kalah oleh mikro organisme pembunuhnya. Karena itu sejak beberapa tahun terakhir para pakar menggunakan pendekatan baru, yakni pengembangan obat dengan cara rekayasa genetika dan biologi molekuler. Didukung dengan pengembangan chips komputer generasi baru, metode tersebut diharapkan dapat mempercepat pengembangan obat-obatan baru. Teknologi Farmako Genetika Konsep dasar dari teknologi yang disebut farmako-genetika itu adalah pemanfaatan biochips berkinerja tinggi, konfigurasi DNA serta chips yang dikembangkan untuk memilah unsur aktif, apakah bersifat racun bagi tubuh manusia atau tidak. Dengan begitu dapat dilakukan ujicoba genome secara akurat. Sebab disadari bahwa sifat genetika di antara populasi dapat bervariasi. Jadi pendekatannya adalah mengembangkan obat baru berdasarkan konfigurasi spesifik genetika. Biochips memungkinkan pemetaan karakteristik dari jaringan yang amat rumit interaksi antar gen. Salah satu lembaga penelitian Jerman, yang secara intensif mengembangkan metode baru itu adalah Institut Fraunhofer untuk toksikologi dan obat eksperimental-ITEM di Hannover. ITEM memiliki data basis toksigenomik dari 150 produk farmasi yang sudah dikenal. Dengan memanfaatkan data basis tersebut, pengembangan obat baru dapat dipercepat sekaligus ditingkatkan keamanannya. Dengan bantuan biochips komputer dan rekayasa genetika, kendala utama dalam pengembangan obat baru diharapkan dapat disingkirkan. Berdasarkan statistik, perusahaan-perusahaan farmasi sejak tahun 1992 lalu telah melipat duakan anggaran penelitiannya, namun sayangnya penemuan unsur aktif baru dari tahun ke tahun terus turun. Bahkan antara tahun 2000 hingga 2002 jumlah penemuan unsur aktif sebagai bahan dasar obat merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir. Jalan Panjang Penemuan Obat Baru Pencarian unsur aktif hanyalah bagian awal dari penelitian dan pengembangan obat-obatan baru. Banyak unsur aktif, yang setelah menjalani penelitian panjang dan biaya mahal, ternyata tidak dapat dijadikan bahan obat. Seperti dilaporkan oleh aliansi ilmu-ilmu kehidupan dari Institut Fraunhofer, dari lima ribu senyawa baru yang diteliti, hanya lima senyawa yang biasanya dapat lolos ke tahapan uji klinik. Dari lima senyawa diuji klinik, hanya satu yang lolos untuk dijual sebagai obat komersial. Masalah lainnya dari pengembangan obat baru adalah, bagaimana caranya memproduksi obat eksperimental secara ekonomis dalam jumlah yang cukup untuk uji klinik. Terlebih lagi dalam kasus obat baru yang dibuat dengan cara rekayasa genetika. Proses produksinya memerlukan peralatan amat canggih dan membutuhkan biaya sangat besar. Dalam metode pengembangan cara pengobatan baru, sel memainkan peranan kunci yang amat menentukan. Sebab semakin diketahui bahwa unsur aktif obat-obatan bekerja di tingkat molekuler. Akan tetapi sayangnya hingga kini, belum semua mekanisme di tingkat molekuler dapat dimengerti, bagaimana inter-relasi antara aktivitas gen, proses fisiologi dan penyakit. Karena itulah para peneliti terus memantau setiap tahapan dari reaksi sel atau gen terhadap pemberian obat baru. Dengan begitu para peneliti dapat membandingkan aktivitasnya, dengan pengaruh obat-obatan yang sudah dipasarkan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur secara akurat, sejauh mana senyawa kimia aktif mempengaruhi metabolisme sel pada manusia. Perang Harus Tetap Dilanjutkan Walaupun para peneliti, terus melakukan kerja tidak kenal lelah untuk menemukan obat-obatan baru dengan dampak samping minimal, akan tetapi kendala masih terus menghadang. Dengan berkembangnya rekayasa genetika, semakin disadari bahwa efek obat-obatan tidak sama pada setiap individu. Membuat obat generik saja sudah sulit, apalagi obat yang dapat disesuaikan dengan karakteristik individu. Di sisi lain industri farmasi dipaksa untuk menekan ongkos produksi agar obat yang dibuatnya juga laku di pasaran. Melihat berbagai aspek itu, mereka yang pesimis mungkin akan mundur teratur. Tapi ancaman penyakit yang terus meningkat tidak bisa dihadapi dengan pesimisme. Apalagi dalam situasi di zaman ini, dimana interaksi antara manusia dan binatang menjadi semakin erat dan dimana penggunaan obat anti-biotika sudah tidak terkendali. Jika para peneliti menyerah, ibaratnya nasib umat manusia diserahkan kepada wabah penyakit. Karena itulah pengembangan obat baru dengan memanfaatkan rekayasa genetika diharapkan membuka cakrawala baru untuk mendukung perang melawan mikro-organisme pembunuh. _______________________________________________________ Sandy Dwiyono PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk. Plaza Bumidaya Lt.4 Jl. Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat __________________________________ Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/