No            :03/Ekstern/State/EN-LMND/Mei/06
Hal            :Pernyataan Sikap
Lampiran      :--


Pemerintahan SBY-Kalla Gagal melindungi Rakyat dari
Bencana Alam!
      Gempa dahsyat yang terjadi di Aceh, 26 Desember 2004
lalu, telah menewaskan ratusan ribu rakyat Indonesia
di Aceh dan Sumatera bagian Utara. Setelah itu
rentetan gempa terjadi diberbagai daerah di Palu,
Timur Laut Tarutung, Barat Daya Gunung Sitoli, barat
laut Bandar Lampung, Desa Cimari, Kecamatan Cisewu,
Kabupaten Garut, Km Barat Daya Kota Baubau, ibu kota
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Pulau Nias (Sumatera
Utara) dan Pulau Simeulue (Nanggroe Aceh Darussalam).
      Setelah itu, pagi, 27 Mei 2006, pukul 05:50, gempa
dengan kekuatan 5,7 richter dan frekuensi hampir 1
menit, terjadi di selatan. Hasil perhitungan BMG
menunjukkan gempa berada 25 km sebelah selatan Pantai
Parangtritis. Kedalaman gempa diperkirakan BMG 33 Km.
Sejauh ini, korban gempa tercatat oleh Palang Merah
Indonesia sebesar 3.115 .
      Rentetan Gempa ini secara obyektif seharusnya sudah
dapat diantisipasi oleh Pemerintahan SBY-JK.  Karena,
posisi Pulau-Pulau di Indonesia memang rawan terkena
goncangan Gempa dan Tsunami. Dilihat dari posisi,
Indonesia terletak pada Cincin Api (Ring Of Fire) atau
daerah rawan gempa. Baik Gempa Tektonik maupun Gempa
Vulkanik. Pemerintah sendiri mengakui kesimpulan
tersebut. Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek)
menyebutkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan daerah
rawan bencana gempa karena merupakan daerah tektonik
aktif tempat berinteraksinya Lempeng Eurasia, Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Carolina/Pasifik, dan Lempeng
Laut Filipina.
      Meskipun kesimpulan-kesimpulan Geologis tersebut
diakui oleh Pemerintah akan tetapi upaya penanganan
secara dini tidak terlihat sama sekali grafik
perkembangannya. Sama sekali tidak ada upaya yang
lebih maju dari kasus –kasus gempa yang terjadi
sebelumnya. Jumlah korban yang tinggi dalam kasus
Gempa Yogya ini membuktikan lemahnya antisipasi dari
Pemerintah SBY-Jk.
      Lemahnya pengantisipasian terhadap persoalan laten,
Gempa Bumi, di Indonesia. Tidak dapat dipisahkan
dengan rendahnya Tekhnologi Sistem Mitigasi
(Pencegahan) Gempa Bumi. Di California, Amerika
Serikat, pada tahun 1994 pernah mengalami Gempa Bumi
dengan kekuatan lebih besar dari Gempa yang terjadi di
Aceh. Akan tetapi jumlah korban hany berkisar 60 orang
saja. Hal ini, dapat terjadi karena adanya Sistem
Litigasi yang modern. Jepang, setelah Gempa yang
terjadi di Kobe pada 17 Januari 1995, dengan kekuatan
7,2 Magnitude, selanjutnya membangun lebih dari 300
sensor gempa bumi yang secara langsung mengirimkan
informasinya ke enam buah pusat data regional di
seluruh Jepang. Melalui alat ini, hanya dalam waktu 4
– 5 menit informasi akan terjadinya Gempa ataupun
Tsunami dapat diantisipasi. Selain itu, sosialisasi
mengenai bahaya gempa dan pendidikan untuk antisipasi
gempa dilakukan secara intensif. Propaganda penanganan
Gempa dan Tsunami juga dilakukan secara massal.
Benteng-benteng pertahanan untuk menahan laju
gelombang, baik dengan pembangunan dinding-dingding di
tepi pantai ataupun penanaman pohon Manggrove di tepi
pantai, apabila terjadi Tsunami dibangun secara
matematis. Proses Evakuasi daan Pemulihan serta
rekonstruksi Infrastruktur  terprogramkan secara
sistematis.
      Lain halnya di Indonesia, meski sama-sama di daerah
rawan gempa, akan tetapi antisipasi penanganan Gempa
sebagai bencana Laten tidak ditunjukkan secara serius.
Setelah gempa Aceh, Stasiun Pengamat Gempa yang saat
ini berjumlah 31 stasiun belum ditingkatkan secara
signifikan. Pendidikan akan bahaya Gempa dan Tsunami
belum menjadi pendidikan darurat terhadap masyarakat
yang berada didaerah-daerah rawan Gempa. Begitupun
propaganda Informasi cara mengantisipasi apabila
terjadi Gempa dan Tsunami. Sistem Informasi darurat
baru sekedar rencana yang belum secara cepat
dimatangkan.
      Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta, tidak dapat
dilepaskan dari rendahnya “Niat Baik Politik Anggaran
Pemerintahan SBY-JK”. Sejauh ini politik anggaran
Pemerintahan SBY-JK lebih ditekankan pada pembayaran
utang luar negeri. Bukan pada pengantisipasian bencana
alam. Ini terlihat dalam Neraca APBN, bantuan bencana
alam yang merupakan bagian dari Bantuan Sosial hanya
mendapatkan porsi 0,9% PDB.
      Dari situasi ini, Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi (LMND) mensimpulkan Bahwa Pemerintahan
SBY-JK telah Gagal melindungi Rakyat dari Bencana
Alam.
      Dalam hal ini, LMND Menuntut :
1.      Tangkap, Adili, dan Sita Harta Soeharto dan
Nasionalisasi Industri Pertambangan untuk Pembangunan
Teknologi Sistem Peringatan Dini (Early Warning
System)
2.      Hapuskan Utang Luar Negeri
Dalam hal ini pula, LMND Menyerukan:
1.      Kepada Seluruh Gerakan Demokratik, mari
bersama-sama membangun Komite Solidaritas Bencana Alam
dan Posko Solidaritas Bencana Alam.
2.      Kepada Seluruh Gerakan Demokratik, mari
bersama-sama mengorganisir bantuan-bantuan sosial
kepada rakyat. Dan memberikan Pendidikan Pencegahan
Bencana Alam.
3.      Kepada Seluruh Rakyat, Bersatu dan bersama-sama
menolong Korban Bencana Alam

Jakarta, 29 Mei  2006
Bentuk Dewan Mahasiswa, Rebut Demokrasi Sejati!!

Eksekutif Nasional
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
( EN LMND )





Lalu Hilman Afriandi                                 
                       Paulus Suryanta G
       Ketua Umum                                    
                          Sekretaris Jendral


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke