Dear Mas Ifan,
Ini pribadi pendapat saya.
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Refanidea Y." <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Orang-orang Muda tentang Ahmadiyah
> 
> Saya tidak mengerti pemikiran anak-anak muda Islam sekarang yang
> mengatakan bahwa Ahmadiyah sesat dan tidak berhak hidup di 
Indonesia.> Entah apa yang tidak berhak hidup, ajarannnya atau 
orangnya. Sejak> dulu sekali sebelum orang-orang muda Islam ini 
lahir, Ahmadiyah telah> ada di Indonesia. Mungkin usia Ahmadiyah 
sama dengan kakek-nenek> mereka. Apakah orang-orang muda Islam benar-
benar mengerti tentang> Ahmadiyah atau hanya ikut-ikutan berpendapat 
begitu karena khawatir> bila tidak menyatakan sesat, maka akan 
dianggap bukan termasuk aliran> Islam mainstream? Apa sih itu Islam 
mainstream?

Lina:
Setelah membaca beberapa buku karya Mirza Ghulam Ahmad, termasuk 
Tazkirah (kumpulan wahyu Tuhan kepada MGA) dan beberapa tanggapan
atasnya dan membaca sejarah berdirinya Ahamdiyah sebagai suatu 
gerakan di India, saya berpendapat ajaran Ahmadiyah (Qadian) adalah 
sesat. Namun saya termasuk orang yang tidak menyetujui kekerasan 
meskipun itu terhadap orang yang saya anggap sesat ajarannya. 
Apalagi dalam kehidupan bernegara dimana kita harus mematuhi hukum 
yang ada. Kalaupun Ahmadiers mau menganggap saya sesatpun welcome 
saja buat saya. Itu sudah menjadi hal biasa dan wajar.
*****
> 
> Saya pikir orang-orang muda Islam di Indonesia hanya latah. 
Seharusnya> mereka berpikir lebih dalam, mencari tahu lebih banyak, 
baru berpendapat.
> 
> Sejak dulu Ahmadiyah hidup tenang dan tidak terusik kehidupan
> beragamanya. Lalu kenapa sekarang mereka terusik? Apakah Ahmadiyah
> berbeda antara dulu dan sekarang? Saya kira tidak. Kalau sama, 
lantas> apa yang membuat mereka menjadi begitu terancam 
eksistensinya oleh> orang-orang muda Islam yang teramat bersemangat? 
Kita patut bertanya,> Ahmadiyah yang berubah atau sikap hidup dan 
level kemanusiaan> orang-orang muda Islam yang mengalami degradasi? 
Tidak mengertikah> mereka tentang nilai-nilai humanisme universal?

Lina:
Dahulu, di jaman orba, rezim pak Harto tidak memberi angin 
sedikitpun kepada gerakan2 spt Ahmadiyah [apalagi FPI] untuk tumbuh. 
Meskipun belio tidak memberangus. Hanya dibuat impoten. Pak Jendral 
itu berpendapat,"elo buat kacau di negara gw, gw berangus!"

Sekarang ini, orang baru melek mata akan demokrasi. Pemerintahannya 
tidak bersikap tegas atas perundangan dan hukum yang ada. Situasi 
spt ini dipergunakan dgn baik oleh orang2 termasuk oleh Pemerintah 
sendiri.
*******
> 
> Saya pikir orang-orang muda yang merusak tempat ibadah, membakar
> rumah-rumah pengikut Ahmadiyah, dan main pukul itu sama sekali 
tidak> mencerminkan Islam mainstream! Mereka itu hanya berbeda tipis 
dengan> teroris. Mereka menebar teror pada saudara-saudaraku 
Ahmadiyah.> Bedanya, mereka tidak pakai bahan eksplosif sejenis 
mercon besar, C4> atau TNT.
> 
> Di beberapa maling-list (milis) orang-orang muda Islam saling 
berlomba> menyebar artikel tentang Ahmadiyah. Ada yang pro dan 
kontra tentang> FPI, pro-kontra tentang Ahmadiyah, pro-kontra 
tentang aliran> fundamental dan moderat. Konyol!

Lina:
Saya tidak menganggap ini suatu yang konyol karena saya berusaha 
mengambil hikmah dan pelajaran dari keduanya. Karena ini juga 
merupakan fakta yang ada yang merupakan kemajuan jaman pada bidang 
media. Bergantung bagaimana kita membacanya. Hanya saja saya 
berharap hal2 ini tidak menguras energi terlalu banyak sehingga anak 
muda tdk punya energi untuk berkarya yang positif lagi. Hmm ini 
mungkin yang mas Ifan masuk dgn konyol ya?...:-)
> 
> Mereka hanya ingin menunjukkan dirinya masuk dalam kategori atau
> kelompok tertentu dengan menyebar artikel yang menurut mereka 
sesuai> dengan cara berpikirnya. Mereka hanya mampu menyodorkan 
wacana dari> tokoh tertentu, dari ulama ini, ulama itu, sedang 
dirinya sendiri> tidak punya dan tidak berani menuliskan sesuatu 
yang menunjukkan> kemandirian sikap dan pendapatnya tentang 
Ahmadiyah.

Lina: 
Pada akhirnya anak muda anak muda ini akan mempunyai pendapat 
sendiri dari pengalamannya masing-masing, bukan? Biarkan saja. Namun 
yang perlu dicegah adalah tindakan kekerasan dan pengurasan energi 
utk hal2 yg tdk perlu.

****** 
> 
> Kekhawatiran orang-orang muda Islam saat ini tentang Ahmadiyah 
yaitu> jika keyakinan dan ajaran Ahmadiyah terus berkembang dan 
semakin> besar. Itu bukan? Kenapa khawatir tentang Ahmadiyah yang 
rekam> jejaknya tidak pernah menunjukkan singgungan, perselisihan, 
dan> gangguan pada umat agama yang lain termasuk Islam mainstream.
> Saudara-saudara kita Ahmadiyah beraktifitas, bekerja, berwirausaha,
> melaksanakan sholat, berzakat, mendirikan SMU PIRI di Yogyakarta.
> Masjid yang mereka dirikan juga menjadi sarana ibadah umat Islam 
yang> lain.

Lina: 
Memang ada ketakutan seperti itu, nampaknya. Sebetulnya memang tak 
perlu. Namun, saya pernah baca di Republika bahwa kaun ahmadi ini 
melakukan 'misionaris' yang tidak elegan alias dengan "pemaksaan 
terselubung" dalam menarik awam agar menjadi ahmadiers. Ini yang 
perlu diwaspadai krn akan memicu permasalahan dalam situasi rawan 
spt ini.
> 
> Kenapa kita begitu menaruh curiga bahwa pengakuan mereka tentang 
Quran> dan Muhammad adalah ungkapan di bibir saja. Toh kalau mereka 
tidak> mengakui Quran dan Muhammad --karena meyakini dan berpedoman 
pada> diktat lain dan nabi terakhir yang lain-- mereka tetap warga
> Indonesia, bagian dari bangsa ini. Kalau penderita HIV/Aids yang
> jelas-jelas bisa menular saja tidak kita kucilkan, mengapa kita 
tidak> adil pada saudara-saudara Ahmadiyah. Apakah mereka `penyakit' 
menular> yang `membunuh' perlahan-lahan.

Lina:
Kalau mereka curiga, itu karena mereka punya pengalaman sendiri. 
Yang terlihat oleh mata kita adalah pengalaman pemimpin ahmadiyah 
dengan Bakorpakem. Awalnya menyetujui, namun sesudah ditandatangani 
kesepakatan Ahmadiyah melanggar kesepakatan itu. Apalagi yang tidak 
dibuat kesepakatan. Mereka bisa bicara apa saja, dan dibelakangnya 
mereka bisa melakukan yang berbeda toh? 

Terlepas dari Ahmadiyah (karena saya tidak menyamakan ahmadiyah dan 
aids), Betulkah penderita HIV/Aids tidak dikucilkan?
> 
> Saya sempat berpikir sebaliknya. Kalau saya tinggal di suatu 
daerah di> mana status agama, suku, ras, atau ideologi saya adalah 
bagian yang> minor, sementara bagian mayoritasnya tidak memberi saya 
ruang untuk> hidup dengan rasa tenang dan aman, tentu saya akan 
memilih eksodus,> pergi ke daerah lain yang menerima kehadiran saya 
dengan baik.

Lina:
Itu hak pribadi setiap orang dan itu berarti negara tidak bisa 
menjamin rakyatnya merasa aman dan tenteram.
******
> 
> Mungkin saya kecewa dan sakit hati karena menjadi kaum minoritas 
dan> karena alasan itu saya diusir dari tempat tinggal saya yang 
dulu.> Mayoritas memang lebih sering dan mudah menang, menjadi 
superior bagi> minoritas.

Lina:
Kalo saol mayo dan mino, idealnya, Mayoritas (yang kuat) itu harus 
bisa melindungi minoritas (yang lemah). Minoritas harus tau diri. 

*****
> 
> Saya was-was kalau saudara saya yang Ahmadiyah tidak bisa hidup 
tenang> dan nyaman di negeri sendiri karena kesewenang-wenangan kaum
> mayoritas. Saya jadi was-was kalau mayoritas Islam merasa was-was 
juga> pada perkembangan dan penyebaran keyakinan Ahmadiyah. Akhirnya
> semuanya jadi was-was. Kita mau menjadi bangsa yang curiga dan
> was-was. Tapi kenapa baru sekarang was-was, sejak dulu Ahmadiyah 
hidup> tenang dan tidak ada yang was-was pada Ahmadiyah. Ahmadiyah 
sendiri> juga tidak was-was pada siapapun. Apakah orang-orang muda 
Islam> mainstream sekarang lebih pandai dan mengerti soal agama, 
lebih berani> menyatakan kebenaran, atau sedang ingin menunjukkan 
tingginya keimanan> mereka lewat klaim-klaim tertentu.

Lina:
Saya juga gak tau apa yang membuat mainstream sekarang meradang lagi 
soal Ahmadiyah. Apakah betul pemerintah memulainya untuk menutupi 
masalah BBM dan Korupsi2 lainnya? Ato memang pemerintah memerlukan 
kisah2 semacam ini karena menjelang pemilu sehingga perlu ada 
pembetukan image?. Tapi dua stream yang bertentangan memang 
diperlukan...:-)). Gossipnya akan ada lagi "sinetron" yang akan di 
buat yang bertemakan soal penggusuran rumah, seperti yang terjadi 
pada perumahan2 di Meruya. Gak tau daerah mana yang akan dipilih...:-
))

> 
> Jalan menuju iman bukanlah jalan instan, lebih-lebih melalui
> klaim-klaim dangkal seperti itu. Seharusnya kita memiliki nilai-
nilai
> humanisme universal, yaitu menghargai keragaman kultur, perbedaan
> ideologi, perbedaan pendapat, sebagai wujud kedermawanan sikap kita
> pada sesama manusia juga sebagai wujud tafakur dan syukur kita atas
> keberagaman yang diciptakan Tuhan sang Maha Kaya. Dan Islam tidak
> menolak nilai-nilai humanisme. Muhammad mengajarkan nilai-nilai
> humanisme melalui hal-hal konkret. Tapi mengapa pengikut Muhammad 
ini> jadi kehilangan nilai-nilai itu sambil berteriak bahwa 
Ahmadiyah tidak> layak eksis. Mungkin kalau Muhammad masih hidup 
saat ini, beliau akan> marah melihat sikap yang tidak toleran ini. 
Beliau juga malu karena> umat Islam Indonesia dipenuhi rasa curiga, 
was-was, dan melarang> kebebasan berkeyakinan. Apakah Muhammad 
mengajarkan cara pandang hidup> yang demikian wahai pengikut 
Muhammad?

Lina:
Masalahnya (yang sengaja dibuat, mungkin?), Kasus Ahmadiyah ini bagi 
sebagian orang bukan sekedar PERBEDAAN PENDAPAT atau OPINI, tapi 
sudah MENODAI.Perbedaan pendapat dan opini itu tidak berakibat 
merobah identitas/akidah agama, namun kalau menodai itu sudah 
merobah identitas, sehingga Ahmadiyah tidak berhak memakai identitas 
Islam lagi krn sudah merubah.

Akhir kata, yang menjadi permasalahan adalah Ahmadiyah Qadian. Tidak 
pernah bermasalah dengan Ahmadiyah Lahore. Saya pribadi mengambil 
sikap bila Ahmadiyah mengucapkan syahadatain sama seperti Islam 
lainnya, maka mereka dalah Islam juga. Bila dalam hati, mereka 
menganggap bahwa dalam syahadatain mereka itu adalah MGA, itu urusan 
mereka dengan Allah SWT. Biarlah Allah SWT yang menghukum mereka 
karena ini sudah urusan hati, dimana manusia tidak bisa menilainya. 
Seperti Kusplus bilang,"Hati orang siapa tauu; mungkin dia baik 
hanya dimuka, dibelakang dia menipu"

Sekali lagi, saya juga mengecam kekerasan dalam hal ini. Dan saya 
juga pengagum Nasrudin Hoja. Saya copas kan kisah belio yang 
berhubungan dengan wacana yang sedang terjadi di negara ini;

PERUSUH RAKYAT

Kebetulan Nasrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar 
biasa di istana. Karena ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu 
istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah.

"Menjauhlah engkau, hai mullah!" teriak pengawal. [Nasrudin dikenali 
sebagai mullah karena pakaiannya]

"Mengapa ?" tanya Nasrudin.

"Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini 
sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah !"

"Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?"

"Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar 
tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !"

"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada 
di dalam sana ?" kata Nasrudin sambil beranjak dari tempatnya.

Wassalam,





Kirim email ke