http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=13346
2010-01-27 Kasus Century dan Arena Balas Dendam Siapa yang mengira kasus talangan dana ke Bank Century menjadi timah panas bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Bailout Century yang tadinya sayup-sayup terdengar kini telah menjadi tontonan gamblang rakyat Indonesia setiap hari. Beberapa televisi swasta menyiarkan secara terus-menerus jalannya sidang pansus dari Gedung DPR bagaikan sinetron berseri. Kasus Century terkuak berawal dari adanya kecurigaan, bahwa dana talangan (bailout) Bank Century mengalir kepada partai politik tertentu dalam pemilu 2009. Sejalan dengan perkembangan politik yang terus memanas, akhirnya dibentuklah yang disebut dengan Tim Sembilan dari kalangan DPR. Tim ini mengusut tuntas Kasus Bank Century. Dengan dukungan dari berbagai tokoh dan ketua partai politik akhirnya ada usulan penggunaan Hak Angket. Penggunaan Hak Angket disetujui oleh sidang paripurna tanggal 1 Desember 2009, yang didukung oleh 503 anggota DPR dari sembilan fraksi. Rakyat melihat secara jelas, apa dan bagaimana reaksi serta aksi para anggota dewan dalam menangani kasus bailout Century. Rakyat jadi bertanya-tanya, benarkah ini wakil rakyat hasil pemilu tahun lalu? Mengapa di antara mereka ada yang memiliki etika rendah? Dalam sidang menghadapi saksi yang statusnya tidak bersalah, main tunjuk jari, main bentak, main potong terhadap keterangan saksi, bahkan kata-kata kotor keluar, menjadi tontonan jutaan pemirsa. Kalau dicermati, wakil rakyat ini minim sekali peran untuk mewakili rakyatnya, porsinya lebih besar mewakili kepentingan partainya, memaksakan agenda politik tertentu. Dalam rapat pansus penyelidikan bailout Century, sangat jelas tercermin siapa membela siapa dan untuk kepentingan siapa. Kasus Century terkesan hanya sebagai arena balas dendam partai politik yang kalah pada pemilu tahun lalu. Kalau benar demikian, maka rakyat telah salah memberikan kepercayaan kepada mereka yang duduk di parlemen. Apabila tidak ada perubahan sikap yang mendasar dan tidak bersedia menanggalkan agenda politik kelompoknya, jangan berharap di pada pemilu-pemilu mendatang rakyat akan bersimpati menentukan pilihannya kembali. Riris Herawati Kp Utan, CIputat, Tangerang [Non-text portions of this message have been removed]