Megawati Soekarnoputri pernah menjabat sebagai Presiden, padahal ia adalah anak 
perempuannya mantan Presiden Soekarno, apakah itu merupakan praktik Nepotisme ?.
 
Demikian juga jika kita melongkok ke belahan bumi lain yang nun jauh disana, 
George Walter Bush bahkan pernah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat 
selama dua periode.
 
Dua contoh diatas itu tentulah menyadarkan kita bahwa tak bisa semena-mena 
menuduh sesuatu itu sebagai implementasi dari praktik Nepotisme, lalu apa yang 
disebut sebagai Nepotisme itu ?.
 
 
Susah juga menjabarkannya, tapi dalam penghakiman terhadap sesuatu sebagai 
sebuah praktik nepotisme atau bukan itu memang haruslah dikaitkan dengan 
perkara 
kapabilitas dari diri pribadi si seseorang tersebut.
 
Contohnya tak usah jauh-jauh. Negara kita mengenal mantan pemimpin yang sampai 
hari ini oleh banyak kalangan disebut sebagai pemimpin dengan gayamemimpin yang 
sarat dan kental aroma KKN-nya (Korupsi Kolusi Nepotisme), yaitu mantan 
Presiden 
Soeharto.
 
Sebagaimana diketahui, mantan Presiden Soeharto itu pernah berkuasa selama 
lebih 
dari 30 (tiga puluh) tahun.
 
Namun selama masa lebih dari 30 (tiga puluh) tahun berkuasa itu, ia telah gagal 
menghasilkan kader pemimpin yang mumpuni dari kalangan anak keturunannya.
 
Barangkali saja itu erat kaitannya dengan soal kapabilitas anak-anak 
keturunannya mantan Presiden Soeharto yang memang tidak bisa dipaksakan, karena 
tidak memenuhi syarat alias dibawah standar.
 
 
Berkait dengan soal syarat dan kapabilitas itu, tentulah teramat jauh berbeda 
dengan cerita tentang anak-anaknya mantan Presiden Soeharto dibandingkan dengan 
anak-anaknya Presiden SBY.
 
Sebagaimana diketahui, Presiden SBY sampai hari ini terhitung barulah berkuasa 
selama kurang lebih 6 (enam) tahun.
 
Namun dalam kurun waktu yang belum seperlima dari masa berkuasanya mantan 
Presiden Soeharto, menunjukkan bahwa prestasi yang diraih oleh anak-anaknya 
Presiden SBY itu sungguh berbanding terbalik dengan anak-anaknya mantan 
Presiden 
Soeharto.
 
Hal yang wajar saja, mengingat anak-anaknya Presiden SBY itu sangat bisa jadi 
mempunyai kemampuan diri dan kapabilitas yang jauh berada diatas anak-anaknya 
mantan Presiden Soeharto.
 
 
Sebagaimana diketahui, salah satu dari anaknya Presiden SBY, yaitu Ibas, dalam 
usia yang tergolong masih sangat muda sudah mampu menjadi anggota DPR dengan 
raihan suara terbesar se Indonesia.
 
Bahkan tak tanggung-tanggung, juga sudah mampu meraih dan menduduki jabatan 
bergengsi, yaitu sebagai Sekjen (Sekretaris Jendral) dari partai Demokrat.
 
Suatu prestasi yang tentunya tak mampu ditandingi oleh anak-anaknya mantan 
Presiden Soeharto, walau partai Golkar pada waktu itu juga sangat tergantung 
dari figurnya Presiden Soeharto.
 
 
Berkait dengan prestasinya itu, lalu apa salahnya jika kemudian di Pilpres 2014 
nantinya itu Ibas dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden ?.
 
Tak ada salahnya, sepanjang ada partai politik yang mencalonkan dan 
mendukungnya.
 
Tak ada salahnya juga jika kemudian ia terpilih, lantaran mayoritas rakyat 
Indonesiakemudian memilihnya.
 
 
Hal yang sama juga berlaku untuk pencalonan Ibas sebagai Gubernur propinsi 
Banten.
 
Sebagaimana diketahui, PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dikabarkan telah 
mencalonkan Ibas sebagai calon Gubernur Banten.
 
Mengapa tidak ?. Apa dan dimana letak salahnya ?.
 
Ndak ada khan ya ?. Memanglah begitu, mengingat kata sebagian orang, hanya 
orang-orang sirik saja yang akan mempermasalahkan soal pencalonan Ibas sebagai 
Gubernur Banten.
 
Dan, kata orang, yang namanya sirik dan iri serta dengki itu tanda penyakit 
hati 
serta tanda tak punya kemampuan diri.
 
Jadi, apa salahnya Ibas jadi Presiden ?.
 
Wallahualambishshawab.
 
 
*
 
Artikel lainnya :
 
...peran politik TNI dipasung dan bisnis tentara dikikis habis, namun otoritas 
politik sipil yang dipimpin oleh mantan tentara itu ternyata tidak sanggup 
mengatasi permasalahan bangsa secepat TNI melakukan reformasi dirinya... klik 
di sini .
...TNI dan Polisi dapat memakai logika yang sama guna menyakinkan pemerintah 
atas pentingnya peran dan fungsinya... klik di sini .
...habis eranya orde Dwi Fungsi ABRI terbitlah orde Dwi Fungsi Polri ?... klik 
di sini .
...apa hasil reformasi selama 12 tahun ini selain repot nasi saja ?... klik 
di sini .
...siapa sangka kumpulan bocah ingusan itu mampu tumbangkan kekuasaan yang 
telah 
menggurita selama 30 tahunan ?, Nasution ketuk palu, Soekarno jatuh. Harmoko 
ketuk palu, Soeharto jatuh. Amien Rais ketuk palu, Gus Dur jatuh. Taufiq Kiemas 
ketuk palu, siapa jatuh ?... klik di sini .
...9 manifestonya kolonel Adjie Suradji ini akankah dapat menjelma menjadi 
embrio dari manifesto politiknya kalangan para perwira menengah TNI ?.... klik 
di sini .
 
...modal Ibas untuk memenangkan Pilkada Gubernur Banten... klik di sini .
...sementara kalangan ada yang mengatakan bahwa sosoknya Juki (Marzuki Alie) 
dan 
Poltak (Ruhut Sitompul) adalah reinkarnasinya Bung Klimis (Harmoko)... klik 
di sini .
...pak Aulia Pohan bukan koruptor, dia besan SBY loh harus kita hormati, dia 
korban penzaliman, kata Ruhut Sitompul... klik di sini .
...berkait dengan bisnis keluarga pejabat, bagaimanakah sikap Presiden SBY 
berkaitan dengan relevansinya di buku tentang Gurita Cikeas ?.... klik di sini .
...andaikan didekritkan untuk kembali kepada UUD 1945 yang asli maka pembatasan 
masa jabatan Presiden maksimal 2 periode secara otomatis akan terhapuskan, maka 
mengapa tak dilakukan saja referendum untuk itu ?... klik di sini .
...partai Demokrat di Pilpres tahun 2014 akan mengajukan Pramono Edhi Wibowo 
sebagai Capres dan Susno Duadji sebagai Cawapresnya ?... klik di sini .
 
 
*
Ibas Jadi Presiden, Apa Salahnya ?
http://birokrasi.kompasiana.com/2010/09/08/ibas-jadi-presiden-apa-salahnya/
http://politikana.com/baca/2010/09/08/ibas-jadi-presiden-apa-salahnya.html
*
 
 
 
 
Edhie Baskoro Yudhoyono didukung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai 
calon Gubernur Banten. Ibas, sapaan akrab Edhie Baskoro, dinilai memiliki 
kompetensi yang pas untuk memimpin Banten. 

 
Kecerdasan putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini dibuktikan dengan 
terpilih sebagai anggota DPR periode 2009-2014, dengan usia muda. 

 
 
Selain Ibas, Walikota Tangerang Wahidin dan Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya juga 
masuk dalam bursa calon Gubernur Banten dari PPP.
 
 
Pencalonan Ibas ini akan menjadi berita yang ramai sebab dia Putra 
PresidenRIyang namanya laku dijual untuk kepentingan politik pro dan kontra. 

 
Sebelumnya, pemberitaan juga diramaikan dengan komentar Ibas yang menilai 
kemampuan militer Indonesia, bukan Ibas namanya kalau tidak menuai reaksi 
padahal hal senada sudah banyak diontarkan pihak lain. 

 
 
Kali ini PPP menggadangkan Ibas sebagai calon Gubernur Banten karena Ibas 
dinilai sudah terbukti kecerdasanya. 

 
 
Tetapi memang sesungguhnya Ibas adalah pemuda yang cerdas, setidak2nya mampu 
memanfaatkan moment yang terbuka lebar setelah ayahnya terpilih menjadi 
PresidenRI. 

 
 
Lain halnya dengan Puan Maharani, berhubung  Ibundanya adalah mantan Presiden, 
kiprahnya tidak menarik pemberitaan padahal apa yang dijalani oleh puteri 
Megawati ini kurang lebih sama dengan Ibas.
 
 
Kita harus memaklumi, nepotisme, koncoisme atau apapun istilahnya masih kental 
di negeri ini. 

 
Itulah sebabnya orang berlomba menuju pusat kekuasaan, dan orang2 yang 
telah berada disekeliling pusat kekuasaan akan banyak dipentingkan untuk 
membuka 
akses menunju kekuasaan itu. 

 
 
Seperti halnya Ibas, bagi partai Demokrat yang kelahirannya dibidani oleh 
ayahnya, adalah hal yang lumrah mendapat kedudukan sebagai Sekjen baik dalam 
kapasitas sebagai wakil ayahnya maupun sebagai akses komunikasi. 

 
Tidak  ada yang tertulis, tetapi secara moral mengikat, tahu sama tahu, 
begitulah istilah yang kita kenal. 

 
Ketua Partai tak lain sebagai boneka untuk memenui syarat anggaran dasar semata 
sedangkan dalam putusan2 masih meminta restu Godfathernya. 

 
 
Keadaan seperti ini memang dengan sendirinya terjadi sebab parpol yang 
bermunculan dalam era reformasi ada yang membentuk, ada yang memodali dan modal 
itu tentunya akan menentukan besar kecilnya partai. 

 
Partai yang memiliki modal kuat akan lebih mampu melakukan sosialisasi 
partainya. 

 
Karena modal itu menjadi yang terpenting, maka tidaklah mengherankan jika 
terjadi serombongan anggota dewan terjerat kasus suap yang dibela partainya. 

 
Demikian juga halnya para peminat kedudukan yang diharuskan menyediakan dana 
yang tidak kecil dengan alasan untuk kampanye. 

 
Menduduki jabatan harus berpikir mengembalikan modal, apalagi kalau tidak 
menyiasati anggaran. Kompromi2 dengan wakil rakyat, semua mendapat jatah. 

 
Dengan keadaan seperti ini, bagaima mungkin untuk memberantas korupsi. 
Pemerintahan yang bersih, itu cuma omong kosong, tak ada yang bisa diperbuat 
untuk memberantas korupsi karena systemnya memang sudah diatur untuk membuka 
peluang korupsi.
 
Disamping itu, system yang terbangun juga memungkin muncul dynasti kekuasaan, 
baik di daerah maupun di Pusat karena systemnya tidak menutup kemungkinan itu. 

 
Bapaknya Presiden, anaknya Gubernur, Bapaknya Gubernur, anaknya Bupati. 
 
Di Lampung terjadi seperti itu, Ayah Gubernur, anaknya Bupati bahkan ada yang 
Bapaknya Bupati, anaknya juga Bupati. 

 
Yang terpenting saat ini adalah punya uang cukup untuk maju untuk perebutan 
kekuasaan.  

 
Namun kita juga harus mengakui, orang yang memeliki uang banyak adalah orang 
yang pintar, paling tidak lebih pintar dari orang yang tidak punya uang. 

 
Adalah sudah menjadi sifat manusia, orang banyak uang tidak mau diatur orang 
lain. 

 
Karena yang mampu maju ketampuk kekuasaan adalah orang2 yang punya modal besar, 
jangan berharap dapat diatur. 

 
Oleh karena itu, kalau kita tidak punya uang, maka harus terima nasib diatur 
oleh penguasa, teriak juga percuma karena dunianya sudah terbentuk seperti itu. 
 

 
Contoh yang paling mudah kita jumpai, majikan akan marah diatur oleh 
pembantunya 
sebab majikan pasti lebih banyak uangnya. 

 
Dalam dunia yang lebih luas akan sama saja, penguasa tidak suka diatur2 
rakyatnya, apalagi dikritik.
 
Banyak aktivis politik yang vokal, tetapi ketika sudah terlibat dalam kekuasaan 
biasanya menjadi pendiam. 

 
Artinya banyak yang teriak mengkritik pemerintah yang koruplah, yang tidak peka 
terhadap penderitaan rakyat, hal itu hanya melakukan taktik mencari perhatian, 
 namun setelah diajak dalam lingkar kekuasaan berbalik menjadi pembela 
kekuasaan. 

 
Dari prilaku politik di negeri ini, jelas terlihat bahwa untuk mencapai 
kekuasaan biasanya menempuh dua jalan, yang tidak punya uang memakai cara 
berteriak2, yang punya uang menyuap rakyat. 

 
Tapi prilaku akan sama ketika sudah dalam lingkar kekuasaan, korupsi !.
 
 
Lain halnya dengan Ibas, modal yang dimiliki adalah namanya ayahnya sehingga 
tidak perlu banyak keluar uang uang untuk sosialisasi namanya. 

 
Ibas akan menjadi gubernur yang bersih karena tidak perlu memikirkan 
pengembalian modal, ini akan lebih baik dari pada yang merebut kekuasaan dengan 
money politics.  

 
Goodwill yang sudah ditanamkan oleh ayahnya itu, jika Ibas mampu 
memnggunakannya 
secara baik, dia akan menjadi pemimpin bangsa yang bersih.
 
 
***
Ibas Calon Gubernur Banten
http://politik.kompasiana.com/2010/09/08/ibas-calon-gubernur-banten/
***


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke