http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/10/20/o2.htm
Untuk keluar dari kerumitan ini, ada baiknya SBY melakukan penilaian terhadap anggota kabinetnya berdasarkan ukuran-ukuran yang objektif, baik secara politis maupun fungsional. --------------------------------- Mengevaluasi untuk Keluar dari Kerumitan Oleh Aldan Fakry SETAHUN pemerintahan SBY-JK selama kurun 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2005 ini, agaknya dapat menjadi ukuran awal untuk mengevaluasi sejauh mana komitmen mereka kepada rakyat. Masalahnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) merupakan pemimpin pertama Indonesia yang dipilih secara langsung oleh jutaan rakyat Indonesia. Rakyat memilih mereka setidaknya menaruh harapan besar atas berbagai janji yang dikampanyekan dalam dua tahap pemilihan presiden pada Juli-Oktober 2004. ------------------------------------- Evaluasi Kabinet Bagaimana cara mengukur seorang anggota kabinet dinilai mampu bekerja secara profesional atau tidak, memang bukan perkara mudah. Bisa saja seseorang ditunjuk menjadi anggota kabinet karena profesionalismenya, tapi karena birokrasi di kementerian yang dipimpinnya tidak mendukung, ia sulit bekerja dan gagal. Sebaliknya mungkin ada anggota kabinet yang kurang profesional, tapi karena didukung birokrasi yang sudah mapan, ia bisa sukses bekerja. Kerumitan lain dalam menilai anggota kabinet, selain karena faktor birokrasi, juga menyangkut dukungan politik dari parlemen. Bisa saja, seorang menteri yang profesional gagal di bidangnya karena dalam menjalankan program-programnya dihambat oleh parlemen. Sebaliknya, ada menteri yang bukan dari kalangan profesional tapi karena mendapat dukungan dari parlemen ia relatif sukses menjalankan program kementerian yang dipimpinnya. Untuk keluar dari kerumitan ini, ada baiknya SBY melakukan penilaian terhadap anggota kabinetnya berdasarkan ukuran-ukuran yang objektif, baik secara politis maupun fungsional. Secara politis, keberhasilan seorang menteri bisa dilihat dari faktor dukungan parlemen dan opini publik. Sedangkan secara fungsional, ukuran didasarkan pada langkah-langkah berikut pencapaian-pencapaiannya yang berdampak langsung bagi kemajuan masyarakat, terutama jika dibandingkan dengan periode kementerian sebelumnya. Jika terpaksa memilih antara ukuran politis dan fungsional, maka ukuran fungsional yang harus dikedepankan. Dengan tolok ukur yang objektif, SBY tentu akan bisa menilik dengan jelas, siapa saja di antara anggota kabinetnya yang tergolong sukses atau sebaliknya. Terhadap yang sukses, SBY harus mendorongnya untuk terus bekerja keras, meningkatkan kinerja untuk kepentingan rakyat. Untuk yang gagal, sebaiknya SBY menyodorkan dua opsi pilihan: pertama, mengundurkan diri secara terhormat; kedua, bila yang bersangkutan tidak mau mundur harus berani diambil keputusan untuk menggantinya dengan yang baru, yang lebih profesional. Ketidaktegasan harus dibuang jauh-jauh dari seorang presiden, apalagi presiden dalam suatu negara "abnormal" seperti Indonesia. Terlalu mahal harga yang harus ditebus jika negara sesemrawut Indonesia dipimpin seorang presiden yang ragu-ragu. Tentunya ia harus bisa bercermin dari pedahulunya yang tidak tegas untuk memecat bawahannya yang dinilai gagal. Kegagalan bawahan yang dimaafkan sang leader akan menjadi kegagalan sang leader juga. Memimpin negara sebesar Indonesia, tak bisa didasarkan pada sikap menjalin "kebersamaan" dalam menanggung kegagalan. Ada dua pertimbangan mengapa reshuffle harus dilakukan. Pertama, SBY mengemban tugas yang berat. Tidak mungkin bagi SBY untuk menggantungkan pelaksanaan tugas-tugas pada anggota kabinet yang tidak becus. Sedangkan yang profesional saja belum tentu mampu mengembannya. Kedua, tugas pokok SBY adalah how to govern, bukan how to campaign. SBY harus konsentrasi pada tugas-tugasnya yang begitu banyak. Kemungkinan 'Reshuffle' Tantangan yang dihadapi kian hari kian berat. Bukan waktunya lagi memikirkan popularitas. Reshuffle kabinet, barangkali bukan langkah yang populer. Apalagi jika yang terkena reshuffle adalah anggota kabinet yang berasal dari partai politik yang sejak awal memberikan dukungan kepadanya. Bisa saja parpol yang kadernya digeser akan menarik dukungan. Kiranya ini tidak apa-apa, karena dari sisi legitimasi tak ada masalah, selain mendapat mandat rakyat melalui pemilu secara langsung, dukungan pada pasangan ini di parlemen juga sangat besar, terutama dengan tampilnya Jusuf Kalla sebagai ketua umum parpol terbesar. Menggeser satu-dua orang anggota kabinet dari partai-partai yang kecil atau sedang, tak akan berpengaruh bagi tingkat dukungan parlemen terhadap kabinet SBY. Jika yang di-reshuffle berasal dari partai besar, tentu akan lebih menguntungkan jika penggantinya juga berasal dari partai yang juga besar. Dengan begitu, reshuffle tidak berpengaruh bagi kemungkinan berkurangnya tingkat dukungan politik di parlemen. Yang tidak kalah penting, setelah melakukan reshuffle, sebagaimana pada awal perekrutan kabinet, anggota kabinet baru diharuskan menandatangani kontrak politik yang berisi antara lain siap mundur atau diganti yang lain, jika di kemudian hari juga terbukti gagal menjalankan tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Sebab jika nanti pemerintahan SBY-JK beserta Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) gagal, itu bukan hanya kegagalan SBY, tetapi adalah kegagalan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Namun masyarakat tetap berharap semoga SBY-JK mampu melihat momentum ini. Penulis, pemerhati kebijakan publik, alumnus Universitas Airlangga Surabaya [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/