Masih ingat dagelan penggrebekan gembong teroris
asal Malaysia (Dr. Azahari) setahun setelah SBY jadi
presiden? 

Ya betul, dagelan itu. Dagelan untuk mengalihkan atau
menggembosi gejolak akibat duakali menaikkan harga BBM
pada tahun yang sama, Maret & Oktober 2005. 

Pernah ada yang coba mengungkap berapa banyak anggota
kepolisian daerah Jawa Timur & resort Malang yang
dikorbankan dalam dagelan mematikan itu, baik anggota 
yang pengintai maupun yang "disusupkan" ke dalam gerombolan 
"Dr. Azahari". 

Tetapi jangankan korban yang anggota polisi, jenazah "Dr.A" 
yang jelas-jelas buronan saja ditutup-tutupi kepada publik 
(jenazah siapa sebenarnya yang digotong itu? atau, "Dr.A" & 
"NMT" teroris asal Malaysia itu memang fiktif adanya?). Gelap. 
Apalagi upaya pengungkapan ini segera basi oleh ribut-ribut 
reshuffle, Desember 2005. 

Barangkali betul kata orang, era teror bom telah usai
seiring tamatnya kepresidenan Bush cilik. Berganti teror
bentuk lain di era presiden penggantinya yang lebih
membutuhkan TNI ketimbang Polri untuk kepentingan mereka
di Asia-Pasifik. 


--- Bambang Tribuono <bambang_tribuono@...> wrote:

> Teror & Penembakan Pada Polisi Dilakukan Oleh Polisi Sendiri ???
>
> http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2013/09/medianusantara-teror-penembakan-pada.html
>
> Ini Dia Bukti Densus 88 Pelaku Teror Polisi
>
> Tidak tertutup kemungkinan, pelaku teror terhadap kepolisian, yang
> marak belakangan ini, justru aparat antiteror kepolisian sendiri.
> Aparat antiteror itu tidak lain adalah Detasemen Khusus Antiteror
> Polri (Densus 88).
>
> Analisis itu disampaikan Direktur The Community of Ideological
> Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada itoday (16/09)
> menanggapi aksi teror terhadap aparat kepolisian belakangan ini.
> Harist menunjuk teror di salah satu Mapolsek di Sulteng, Juli
> 2013, sebagai dasar analisis untuk menguak teror itu.
>
> “Bukan tidak mungkin aksi teror justru pelakunya adalah aparat
> antiteror sendiri. Kita bisa belajar dari kasus teror penembakan di
> salah satu Mapolsek Sulteng pada bulan Juli 2013. Dan peristiwanya
> tidak begitu terekspos media,†ungkap Harits.
>
> Berdasarkan penelusuran CIIA, pihak kepolisian sebenarnya telah
> menemukan pelaku teror penembakan di Mapolsek Palu Selatan. Teror
> pada 17 Juli 2013 itu pelakunya tidak lain adalah oknum Densus 88
> yang berinisial “YWâ€.
>
> Setelah hal itu terbongkar, CIIA mencatat, Kepolisian Daerah
> Sulawesi Tengah mengakui bahwa penembakan yang dilakukan “YWâ€
> adalah sebagai bentuk uji kesiagaan Mapolsek setempat terhadap
> ancaman aksi terorisme.
>
> Ketika itu, Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Soemarno menyatakan
> peristiwa itu sesungguhnya bukan aksi terorisme seperti yang diduga
> selama ini. “Itu bukan aksi terorisme, namun memang hanya sebagai
> bentuk uji kesiagaan,†tegas Soemarno di depan awak media.
>
> CIIA mencatat, pihak kepolisian sebenarnya telah mengungkap kasus
> itu pada 18 Juli 2013. Pelaku yang berinisial  “YW†telah
> berhasil ditangkap oleh personel Brimob yang berinisial “R†di
> arena STQ Palu.
>
> Namun, agenda mengumumkan keberhasilan penangkapan pelaku
> diurungkan setelah diketahui pelaku adalah oknum anggota Densus
> 88 yang bertugas di Poso. Bahkan sebaliknya anggota Brimob yang
> berinisial “R†diciduk dan dibawa ke Mabes Polri untuk sebuah
> kepentingan.
>
> Harits Abu Ulya, menegaskan, dari fakta itu masyarakat harus sadar
> bahwa teror dan terorisme sudah mengalami pergeseran sedemikian
> rupa.
>
> “Dan betapa bahayanya jika ‘teror’ dilakukan oleh aparat
> dengan memuntahkan peluru hanya untuk kepentingan memberantas
> terorisme. Dan alasan ‘teror’ dibuat hanya untuk menjadi triger
> kesiapan aparat, menjadi sangat klise sekali. Ini menjadi sampel
> penting,bukan tidak mungkin teror-teror yang menjamur di Indonesia
> adalah produk dari sebuah “rekayasa†untuk mencapai target-
> target tertentu,†pungkas Harits.
>

Kirim email ke