Namanya dagelan ya harus lucu. Semakin dibuat meyakinkan, 
semakin lucu. Apalagi selama ini serah-terima mayat atau potongan 
badan teroris (kepala, kaki, tangan) kepada keluarganya tidak 
pernah disiarkan bukti visualnya. 

Beberapa waktu sebelum menemukan NMT, polisi lebih dulu 
meneror masyarakat dengan foto buronan tsb lengkap berikut 
contoh samarannya: 
http://us.images.detik.com/content/2009/09/25/10/Noordin-M-Top-%28Parwito%29-dalam.jpg

Ketika sarang NMT diganyang (tak jauh dari Cikeas), kita dapati 
mayat tambun berjenggot panjang yang samasekali berbeda dengan 
foto NMT dalam selebaran. Dan, mayat tambun berjenggot itu hanya 
disebut "mirip NMT" - sambil entah ke mana hasil tes DNA yang 
dijanjikan. 

Taruhlah kedua mayat itu betul Dr.A & NMT. Artinya, teroris asal 
Malaysia itu nyata. Maka SBY harusnya mengerahkan unit-unit 
antiteror yang dimiliki TNI. Sebab, keduanya adalah warga asing 
yang melakukan serangan terhadap RI. Semakin polisi (Densus-88) 
dibuat meyakinkan, dagelan semakin lucu. 

Dalam skala besar, diruntuhkannya WTC sangat meyakinkan untuk 
membangun stigma & menggelar perang terhadap suatu kelompok. 
Sah untuk membabibuta mengacak-acak negara lain tanpa izin PBB. 
Bila perlu menggunakan orang dari negara tetangga maupun warga 
dari negara yang diacak-acak. 


--- thameffendie@... wrote:

> Weeleeeh, kalo bangkai dr.A itu fiktif lalu kok ada bukti (visual) 
> keluarganya (di Malaysia) yang menerima, yak?
> Yang dagelan, yang mane neh? 
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -----Original Message-----
> From: ajeg <ajegilelu@...>
> 
> > Masih ingat dagelan penggrebekan gembong teroris
> > asal Malaysia (Dr. Azahari) setahun setelah SBY jadi
> > presiden? 
> >
> > Ya betul, dagelan itu. Dagelan untuk mengalihkan atau
> > menggembosi gejolak akibat duakali menaikkan harga BBM
> > pada tahun yang sama, Maret & Oktober 2005. 
> > 
> > Pernah ada yang coba mengungkap berapa banyak anggota
> > kepolisian daerah Jawa Timur & resort Malang yang
> > dikorbankan dalam dagelan mematikan itu, baik anggota 
> > yang pengintai maupun yang "disusupkan" ke dalam gerombolan 
> > "Dr. Azahari". 
> > 
> > Tetapi jangankan korban yang anggota polisi, jenazah "Dr.A" 
> > yang jelas-jelas buronan saja ditutup-tutupi kepada publik 
> > (jenazah siapa sebenarnya yang digotong itu? atau, "Dr.A" & 
> > "NMT" teroris asal Malaysia itu memang fiktif adanya?). Gelap. 
> > Apalagi upaya pengungkapan ini segera basi oleh ribut-ribut 
> > reshuffle, Desember 2005. 
> > 
> > Barangkali betul kata orang, era teror bom telah usai
> > seiring tamatnya kepresidenan Bush cilik. Berganti teror
> > bentuk lain di era presiden penggantinya yang lebih
> > membutuhkan TNI ketimbang Polri untuk kepentingan mereka
> > di Asia-Pasifik. 
> > 
> > 
> > --- Bambang Tribuono <bambang_tribuono@> wrote:
> > 
> > > Teror & Penembakan Pada Polisi Dilakukan Oleh Polisi Sendiri ???
> > >
> > > http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2013/09/medianusantara-teror-penembakan-pada.html
> > >
> > > Ini Dia Bukti Densus 88 Pelaku Teror Polisi
> > >
> > > Tidak tertutup kemungkinan, pelaku teror terhadap kepolisian, 
> > > yang marak belakangan ini, justru aparat antiteror kepolisian 
> > > sendiri. Aparat antiteror itu tidak lain adalah Detasemen 
> > > Khusus Antiteror Polri (Densus 88).
> > > 
> > > Analisis itu disampaikan Direktur The Community of Ideological
> > > Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada itoday (16/09)
> > > menanggapi aksi teror terhadap aparat kepolisian belakangan ini.
> > > Harist menunjuk teror di salah satu Mapolsek di Sulteng, Juli
> > > 2013, sebagai dasar analisis untuk menguak teror itu.
> > >
> > > “Bukan tidak mungkin aksi teror justru pelakunya adalah 
> > > aparat antiteror sendiri. Kita bisa belajar dari kasus teror 
> > > penembakan di salah satu Mapolsek Sulteng pada bulan Juli 2013. 
> > > Dan peristiwanya tidak begitu terekspos media,†ungkap 
> > > Harits.
> > >
> > > Berdasarkan penelusuran CIIA, pihak kepolisian sebenarnya telah
> > > menemukan pelaku teror penembakan di Mapolsek Palu Selatan. 
> > > Teror pada 17 Juli 2013 itu pelakunya tidak lain adalah oknum 
> > > Densus 88 yang berinisial “YWâ€.
> > >
> > > Setelah hal itu terbongkar, CIIA mencatat, Kepolisian Daerah
> > > Sulawesi Tengah mengakui bahwa penembakan yang dilakukan 
> > > “YW†adalah sebagai bentuk uji kesiagaan Mapolsek 
> > > setempat terhadap ancaman aksi terorisme.
> > >
> > > Ketika itu, Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Soemarno menyatakan
> > > peristiwa itu sesungguhnya bukan aksi terorisme seperti yang 
> > > diduga selama ini. “Itu bukan aksi terorisme, namun 
> > > memang hanya sebagai bentuk uji kesiagaan,†tegas Soemarno 
> > > di depan awak media.
> > >
> > > CIIA mencatat, pihak kepolisian sebenarnya telah mengungkap 
> > > kasus itu pada 18 Juli 2013. Pelaku yang berinisial  
> > > “YW†telah berhasil ditangkap oleh personel Brimob 
> > > yang berinisial “R†di arena STQ Palu.
> > >
> > > Namun, agenda mengumumkan keberhasilan penangkapan pelaku
> > > diurungkan setelah diketahui pelaku adalah oknum anggota Densus
> > > 88 yang bertugas di Poso. Bahkan sebaliknya anggota Brimob yang
> > > berinisial “R†diciduk dan dibawa ke Mabes Polri 
> > > untuk sebuah kepentingan.
> > >
> > > Harits Abu Ulya, menegaskan, dari fakta itu masyarakat harus 
> > > sadar bahwa teror dan terorisme sudah mengalami pergeseran 
> > > sedemikian rupa.
> > >
> > > “Dan betapa bahayanya jika ‘teror’ dilakukan 
> > > oleh aparat dengan memuntahkan peluru hanya untuk kepentingan 
> > > memberantas terorisme. Dan alasan ‘teror’ dibuat 
> > > hanya untuk menjadi triger kesiapan aparat, menjadi sangat 
> > > klise sekali. Ini menjadi sampel penting,bukan tidak mungkin 
> > > teror-teror yang menjamur di Indonesia adalah produk dari 
> > > sebuah “rekayasa†untuk mencapai target-target 
> > > tertentu,†pungkas Harits.
> >
>

Kirim email ke