Untuk Apa Sekolah? (Renungan Di Hardiknas)
Oleh: Martina Rahmi SKed Dialog Anak dan Ibu I "Ma, Andi pengen uang banyak," celoteh seorang anak suatu hari pada ibunya. " Berarti, Andi harus sekolah, terus dapat kerja, dapat uang yang banyak deh," jawab ibunya ringan. Dialog Anak dan Ibu II "Bunda, Mira ingin kuliah," dengan wajah penuh harap, seorang gadis berkata dengan nada merayu. "Ibunya menjawab sambil mengibaskan tangannya. "Buat apa sekolah tinggi-tinggi, lihat tuh tetangga kita, capek-capek kuliah akhirnya cuma di dapur. Ngga penting sekolah, yang penting bisa cari duit!" Beginilah dialog yang terjadi di banyak rumah di negara kita. Lebih menyedihkan, kedua fragmen di atas adalah bagian keseharian kita yang sudah dianggap sangat biasa. Cermatilah dan bisa kita tarik garis dogmanya, sekolah untuk kaya dan bila tidak kaya sekolah adalah kesia-siaan belaka. Begitu, kan? Bisa jadi kita tersentak sesaat, paradigma seperti itu ternyata juga sudah lama mengendap di otak kita. Tak heran, wajah buram pendidikan Indonesia yang masih akan buram karena anggaran pendidikan seebsar 20 persen dari APBN begitu berat untuk dikabulkan, terus berlanjut. Pelajar yang merasa bakal sulit dapat kerja setelah lulus akhirnya sekolah malas-malasan. Atau pilihan lain, mereka berduyun-duyun mengikuti kontes dangdut yang menawarkan imbalan besar secara instan daripada berlama-lama kuliah di universitas. Begitu pula masyarakat, saat ada sarjana yang rela mengajari anak-anak pedalaman atau hanya mengurus keluarga agar menjadi keluarga berakhlak baik, tapi tidak mempunyai pekerjaan tetap di kantoran dianggap gagal. Karena, motivasi pendidikan hanya itu. Sebatas nilai rupiah. Hal inilah yang kita sadari atau tidak sudah diakarkan kuat-kuat oleh lingkungan, negara dan masyarakat dunia yang sudah tercelup oleh warna kapitalisme. Suatu parameter yang lemah, tidak kekal dan tidak bermanfaat besar untuk siapa-siapa. Penguasa sebenarnya sangat mendapat poin strategis dalam hal ini. Kalau boleh dibilang dengan kalimat yang lebih lugas, mereka yang harus bertanggungjawab untuk mengalihkan pendidikan money oriented yang kita alami selama ini. Dengan dipenuhinya sarana pendidikan, perbaikan sistem dan penghargaan yang tinggi kepada pendidik akan sangat berdampak pada kualitas keluarannya. Contohnya, kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, penuh hafalan dan kesimpulan berperan melahirkan pengangguran tanpa keterampilan post sekolah. Atau pendidikan yang dibawakan dalam suasana materialistis akan membentuk generasi lembek tidak berenergi, hobi mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, dan hanya mampu mengukur segalanya dari keuntungan materi. Untuk memperbaikinya, tentu tidak lain posisi penguasa (pemerintah) ini harus diiisi oleh orang soleh yang faham benar bagaimana menghargai pendidikan. Orang adil dan amanah yang berwenang mengeluarkan kebijakan yang betul-betul bijak, bisa kita munculkan melalui partai politik. Kita dapat berpartisipasi untuk memilih mereka. Jadi, jangan alergi pada parpol. Semoga tulisan ini tidak terlalu menghakimi, tetapi diharapkan menjadi sedikit inspirasi untuk melihat ilmu dengan cara pandang baru. Ilmu terlalu tinggi harganya kalau hanya dinilai dari kacamata uang dan dunia. Kalau ada keuntungan ekonomi berdasarkan kapasitas ilmu, tentu saja itu efek samping yang berhak kita terima. Tapi sekali lagi, terlalu dangkal bila itu sudah menjadi tujuan dan arah. Dialog Anak dan Anda "Nak, mau kuliah di mana?" Anda bertanya. "Ah buat apa kuliah, belum tentu jadi kaya," jawab anak Anda dengan maalas. "Sekolah tinggi bukan untuk kaya. Ilmu itu untuk mengangkat derajatmu di sisi Allah, dan agar kau menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lain. Untuk kekayaan yang sesungguhnya, anakku," jawab Anda. Tapi, izinkan saya bertanya: "Begitukah jawaban Anda?" Dokter Muda RSUD Ulin Banjarmasin e-mail: [EMAIL PROTECTED] http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/opini/opini1.htm [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/