KOMPAS
 Senin, 12 Maret 2007 

 
Pelajaran dari Supersemar 


Asvi Warman Adam 

Empat puluh satu tahun berlalu. Namun, Surat Perintah 11 Maret 1966 atau 
Supersemar masih diliputi kontroversi karena surat yang ada di Arsip Nasional 
RI terdiri dari dua versi lebih. 

Hingga kini, surat asli belum ditemukan. Ini menunjukkan, tipisnya kesadaran 
akan pentingnya dokumen sejarah atau arsip, termasuk di kalangan pejabat 
negara. Ini menunjukkan ketidakrapian sistem administrasi pemerintahan kita. 

Digandakan 

Seminar yang diselenggarakan Institute of Policy Studies (IPS) di Jakarta 
(8/3/2007) dapat membantu memahami mengapa terjadi hal ini. Untuk pertama kali 
setelah tidak lagi menjadi Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono menyampaikan 
pengalamannya. Ternyata ia bisa berbicara lancar bahkan cepat, tidak lagi 
tersendat-sendat seperti saat menyampaikan keterangan pers di masa masih 
menjadi pejabat. 

Di bawah Letkol Sudharmono, Lettu Moerdiono tahu, surat itu distensil di 
kantornya, Jalan Merdeka Barat. Hal ini mengoreksi informasi dalam buku 70 
Tahun Sudharmono bahwa surat itu difotokopi. Saat itu di Ibu Kota belum ada 
mesin fotokopi. 

Sementara itu, Sugianto, anggota Opsus Kostrad yang ada di bawah Ali Murtopo, 
mengakui, Supersemar pernah di tangannya selama satu jam, dibawa keliling 
Jakarta untuk mencari tempat penggandaan. Akhirnya, surat itu bukan digandakan 
dengan mesin stensil, tetapi dengan memotretnya memakai kamera polaroid. 

Bisa jadi, ada lebih dari satu pihak yang menggandakan Supersemar. Cara 
penggandaan seperti itu memungkinkan terdapatnya lebih dari satu versi, apalagi 
jika penggandaannya dilakukan dengan mengetik ulang. 

Yang lebih mengagetkan adalah keterangan Kivlan Zein bahwa putra Brigjen 
Sutjipto SH menemukan Supersemar asli dalam dokumen milik almarhum ayahnya. 
Menurut Kivlan, surat itu diserahkan kepada Jenderal Soeharto. Informasi itu 
perlu dicek lagi. Tetapi bila benar, pemegang surat itu dapat diancam pidana. 

Menurut UU Kearsipan tahun 1971 yang ditandatangani Jenderal Soeharto, 
barangsiapa yang menyimpan arsip negara secara melawan hukum, artinya tidak 
menyerahkan kepada Arsip Nasional RI, dapat dijatuhi hukuman maksimal 10 tahun. 

Pelajaran kedua 

Pelajaran kedua dari kasus Supersemar adalah ketidaksamaan tafsir tentang isi 
dan pesan surat, antara yang mengeluarkan perintah dan menerima perintah. Bagi 
Presiden Soekarno, surat itu hanya perintah pengamanan, bukan transfer of 
authority. Sedangkan orang-orang dekat Soeharto, seperti Amir Machmud, 
melihatnya sebagai "hal yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi saat 
itu". 

Soeharto sendiri menggunakannya untuk membubarkan PKI, menangkap 15 menteri 
yang loyal terhadap Bung Karno, memulangkan pasukan Cakrabirawa yang setia 
kepada Presiden Soekarno, mengawasi berita ekonomi dan politik yang di RRI, 
TVRI, dan media lain. Dalam konteks ini, perintah untuk mengamankan situasi, 
termasuk mengamankan Presiden Soekarno, disalahgunakan untuk keperluan lain 
oleh penerima perintah. 

Mengapa ini terjadi? Inilah pelajaran ketiga dari kasus itu. Dari wawancara 
dengan seorang sarjana Belanda yang menulis biografi Jenderal Nasution (buku 
itu belum terbit hingga kini), diketahui dalam naskahnya disampaikan analisis 
Presiden Soekarno memberikan semacam blangko cek kepada Jenderal Soeharto yang 
bisa diisi semaunya. Karena dalam surat perintah itu dicantumkan frase 
"mengambil segala tindakan yang dianggap perlu". Menurut dia, perintah kepada 
militer harus jelas batas dan jangka waktu pelaksanaannya. 

Dari kontroversi Supersemar yang belum berakhir, ada beberapa hikmah yang bisa 
diambil. 

Pertama, penting dan perlunya menjaga dan menyimpan arsip secara baik dan rapi. 

Kedua, surat seorang pejabat jangan sampai disalahtafsirkan apalagi 
disalahgunakan orang lain, termasuk bawahannya. Maka, dalam surat harus jelas 
apa yang diperintahkan, sejauh mana kewenangan diberikan, dan masa berlaku 
sesuatu tugas. Sistem yang terbuka seperti ini akan menyebabkan bawahan 
(misalnya eselon tiga departemen) tidak menjadi kambing hitam bila menteri 
mengeluarkan surat yang bersifat sangat umum. 

Suatu kesalahan akan menjadi tanggung jawab bersama (di pengadilan). 

Asvi Warman Adam Ahli Peneliti Utama LIPI 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/kOt0.A/gOaOAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke