LOWONGAN SUKARELAWAN KELINCI PERCOBAAN Mengapa Socrates Tidak Menulis & Vincent Liong Tidak Membaca ? oleh: Vincent Liong sendiri...
NOTE: Tentu pernyataan saya di atas akan ditertawakan, dibuat ejekan oleh anda orang-orang ilmiah di sini. Harap tulisan ini di-forward ke kenalan anda yang kebetulan kerja sebagai dosen atau mahasiswa di Atma Jaya. Diskusi & penjelasan lebih lanjut untuk tema ini dapat dilakukan, klik: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11968 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2203 Join Maillist Vincent Liong & Psikologi Transformatif, klik: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/join http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join Balasan email ini silahkan dikirim ke: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] P E N G A N T A R Tadi pagi ketika ada kuliah Statistik di ruangan YB 105 dengan dosen-nya mbak Lena (Pudek dari fakultas Psikologi Atma Jaya), menurut jatwal di kartu Rencana Studi, kuliah Statistik I terjatwal pada hari Rabu, 07.00-09.30. Saya tidak membolos, absensi saya lumayan lengkap. Yang saya lakukan adalah, pada Pk. 08.30 +/- saya ijin keluar kelas dengan alasan ke Toilet dan tidak kembali ke ruang kelas sampai kuliah selesai. Menurut keyakinan yang saya anut, itu tindakan yang lebih menghargai sang dosen dibanding bilamana saya tidur di kelas sehingga mengganggu konsentrasi mengajar sang dosen. Saya tidak ada masalah secara pribadi dengan sang dosen, tetapi saya bermasalah dengan jenis matakuliahnya: statistik yang buat mata saya artinya Matematika. Pagi ini saya sempat berbicara dengan beberapa mahasiswa Psikologi Atmajaya dan Bimo Wikantioso salah satu murid bimbingan pineal re-programming kebanggaan saya, dengan spesifikasi utama ahli intepretasi Simbol. Pagi ini, anak-anak mahasiswa menanyakan satu pertanyaan utama kepada saya yaitu: Mengapa saya cabut kuliah? & Mengapa saya berani bolos UTS(Ujian Tengah Semester) dan tidak meminta susulan? NOTE: Mungkin berita yang akan anda intepretasikan sebagai kegilaan saya ini adalah berita gembira bagi anda yang menekuni bidang Psikologi karena menutut persepsi anda akan membantu jatuhnya aliran Vincent Liong yang sangat membahayakan kaum Psikologi bergengsi Jabatan / Gelar yang telah memiliki dan menikmati monopoli. Ada beberapa alasan pribadi yang membuat saya perlu bolos kuliah Statistik tsb: 1. Sejak saya mendaftar di Unika Atma Jaya jurusan Psikologi saya telah menyerahkan surat rekomendasi dari berbagai pihak yang menekankan bahwa saya sangat amat bodoh dan bahkan tidak menulis matapelajaran matematika dalam ijasah Highschool / SMU saya. Ini saya lakukan karena saya sangat antipati dan punya dendam pribadi dengan pelajaran matematika. 2. Bilamana saya dapat menerapkan metodologi dan sistematika tekhnologi pineal re-programming saya untuk belajar dan mengerti ini berbagai macam buku tanpa pola umum membaca yang sudah ada, maka ini tidak bisa saya gunakan pada matapelajaran Matematika. Saya kesal kalau harus memberi perlakukan special buat matapelajaran yang saya benci ini. Matematika menggunakan rumus dari simbol angka dan tanda yang pendek dan berderet rapat yang merupakan kelemahan yang belum saya temukan tekhnologi untuk mengaplikasikan-nya seperti pada matapelajaran yang sifatnya menggunakan language penyampaian yang terdiri dari deretan kata dan kalimat. 3. Statistika adalah ilmu tidak pasti, maksut saya ilmu yang sifatnya membuat prakiraan / ramalan matematis tentang hasil dan kesimpulan yang ingin dicapai. Meskipun cakupan ilmu pasti dalam ilmupengetahuan saat ini masih terbatas pada indra visual (yng bisa dilihat mata) saja, saya memiliki keyakinan bahwa di masa mendatang ilmupengetahuan yang mencakup: indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa & indra peraba akan terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu sehingga bisa menjadi jenis lain ilmu pasti. Misal: Science base on eyes, Science base on ears, Science base on taste, Science base on touch & Science base on smell. Secara pribadi saya meyakini ilmu pasti dan tidak meyakini ilmu tidak pasti. Mengapa manusia memfokuskan diri pada intepretasi visual, ini karena inteprater visual pada otak terbiasa latihan secara mandiri secara continue untuk meng-intepretasikan input visual yang diterima. Dan empat indera lain selain mata meski bersama-sama menerima input, tetapi tidak ada usaha untuk meng-intepretasikan input yang masuk tsb menjadi informasi yang dapat dimengerti oleh kesadaran manusia; bahkan ketika anak mulai masuk sekolah, ada usaha dari sekolah untuk cuek, mematikan bahkan menekankan untuk tidak peduli pada intepretasi lain selain mata. Para mahasiswa tsb bertanya lebih lanjut: Bagaimana Vincent Liong bisa tidak di DO karena jumlah SKS kurang dari 40 dalam dua semester misalnya, atau bisa lulus bilamana ada peraturan bahwa matakuliah yang lanjutan dari statistik hanya bisa diikuti oleh yang lulus matakuliah Statistik? Tujuan utama saya mendaftar Psikologi adalah untuk dapat mengembangkan penelitian saya, dimana sebuah penelitian menuntut adanya banyak individu subject/object penelitian yang berbeda. Semakin banyak jumlah individu subject/object penelitian yang mendapat perlakukan yang sama dengan hasil penelitian yang sama, maka kesimpuln penelitian yang dihasilkan akan semakin kuat. Tidak hanya hal ini yang menarik bagi saya di Psikologi; Kenyataan bahwa mayoritas mahasiswa Psikologi Atma Jaya diajarkan behaviouristic, bahkan angkatan sejak dua angkatan di atas saya, hingga angkatan saya tidak akan diajarkan matakuliah di luar behaviouristic bilamana tidak mengambil S2 Psikologi setelah lulus nanti. Monopoli dengan tidak mengajarkan di luar behaviouristic ini membuat semacam kecemasan dan ketidakpercayaan diri di kalangan mahasiswa dan alumni yang hanya mampu berteori di kampusnya sendiri di mahasiswa Psikologi Atma Jaya saja, tanpa mampu berinteraksi dengan fakultas Psikologi di universitas lain (dalam kenyataannya di hmpir semua falkultas psikologi di Indonesia, satu fakultas dengan satu jenis aliran psikologi saja sejak pertamakali masuk semester pertama, berbeda dengan kedokteran yang ada dokter umum dan penjurusan setelah lulus kedokteran umum) & praktek Psikologi di luar fakultasnya yang juga membutuhkan keterampilan di luar behaviouristic; kritik saya ini berlaku kepada semua fakultas Psikologi di Indonesia terutama yang merasa sudah mapan dan memiliki nama baik. Saya (Vincent Liong) memanfaatkan kecemasan & kekuarangan ini dengan sebaik-baiknya dengan cara membuka recruiting bagi sukarelawan individu subject/object penelitian bagi penelitian pineal re-programming saya. Dimana sejak awal, saya sudah mengatakan bahwa saya tidak menggaransi baik secara moril maupun materi bahwa penelitian dimana mereka sebagai kelinci percobaannya akan berhasil baik atau gagal dengan segala konsekwensi. Saya hanya menjanjikan bahwa dengan diperlakukan oleh metodologi dan sistematika yang saya kembangkan dalam pineal re-programming mereka secara gratis bisa mengetahui sedikit-banyak soal jenis praktikum penelitian yang saya berlakukan pada individu diri mereka. V I N C E N T L I O N G DI A T M A J A Y A Vincent Liong menyadari dengan sadar bahwa di Psikologi Atma Jaya; Vincent Liong adalah buah Simalakama yang memusingkan. Di satu sisi Vincent Liong memiliki ilmupengetahuan langka yang belum dikembangkan fakultas dan universitas lain yaitu Pineal Re-Programming. Vincent Liong juga hampir satu-satunya murid semester pertama fakultas Psikologi, sepanjang sejarah universitas manapun yang sejak SMU adalah rekan sejawat dari para Dosen, Pudek, S1, S2, S3 dan Guru Besar dari berbagai universitas dan fakultas terkemuka di Indonesia sebagai ilmuan dan sebagai pengurus dari lembaga yang menaungi diskusi ilmiah (Psikologi Transformatif). Vincent Liong juga satu-satunya murid di sepanjang sejarah Unika Atma Jaya yang menggunakan ijasah tanpa matapelajaran matematika dan menggunakan surat sponsor (surat rekomendasi) dari berbagai sahabat, koran Kompas, Sinar Harapan dan direktur di Djarum Group yang menceritakan dukungan secara pribadi tentang Vincent Liong beserta ilmupengetahuan yang dibawa dan kebodohan Vincent Liong dalam matematika. Vincent Liong juga mahasiswa pertama di Psikologi Atma Jaya yang oleh banyak fakultas Psikologi sudah dianggap sudah old soul dan berrenkarnasi sejak 5000 tahun silam. Bilamana pihak universitas ingin mendapat keuntungan dari Vincent Liong, misal soal ilmupengetahuan yang dibawanya sebagai harta kekayaan milik pribadi, maka pihak universitas harus memberikan harga kompensasi dan kenyamanan yang seimbang yang disetujui Vincent Liong dan tidak boleh JaIm(Jaga Image) dengan sekedar diam. Tetapi bila ini dilakukan, maka akan dianggap tidak adil dalam etika sama rata sama rasa untuk mahasiswa lain. Bilamana pihak universitas mendepak Vincent Liong, misal kalau nilainya jelek, jumlah SKS kurang dari 40 dalam dua semester bisa di DO; Maka pihak universitas juga serba-salah karena Vincent Liong sebagai anak kecil yang sendirian terhadap institusi akan menjadi cerita yang hangat untuk fakutas Psikologi saingan business(kompetitor), apalagi Vincent Liong terlanjur terkenal di berbagai fakultas Psikologi di tanah air; bagi mahasiswa, dosen, pudek sampai guru besar sebagai ilmuan bidang Psikologi lapangan yang nyeleneh, aneh, ajaib, dianggap telah ber-reinkarnasi 5000 tahun dan memiliki jenis keilmuan langka yang merupakan mahasiswa Psikologi Atma Jaya semester pertama. Bilamana ini terjadi, tentunya Vincent Liong akan pasang iklan lelang Vincent Liong di berbagai universitas Psikologi dan menunggu tawaran bargain dan kompensasi yang paling menarik dan menguntungkan karena Vincent Liong bermental peDagang. Sampai saat ini pihak institusi fakultas Psikologi Atma Jaya memang mengambil sikap yang tampak bijak sementara. Tetapi waktu terus berjalan dan tentu ada waktunya dimana akhirnya sebuah institusi harus memilih keputusan yang dua pilihannya sama-sama sulit bagai buah simalakama. P S I K O L O G I M I S T I K Satu masalah utama Vincent Liong di Psikologi adalah gosip mistik ala kalangan Psikologi yang Dukun banget tentang Vincent Liong, mungkin agar keilmuan Vincent Liong tidak dianggap ilmiah dengan segala alasan telah menyebar luas, sehingga apapun hal ilmiah yang dibuat oleh Vincent Liong, akan langsung dikatakan tidak ilmiah. Ini saya lihat dari gosip soal Indigo misalnya. Kemarin bahkan saya mendengar dari anak UI bahwa seorang dosen Psikologi UI lulusan S2 bernama panggilan inisial: Ddalam diskusinya mengatakan bahwa Vincent Liong dianggap Indigo, reinkarnasi 5000 tahun. Perbandingan yang saya buat: konon Kera Sakti (Son Go Kong) saja hanya dihukum di Gunung Lima Jari selama 500 tahun. Jadi Vincent Liong ini tentunya dianggap jauh lebih sakti dari Kera Sakti (Son Go Kong) bagi Psikologi UI. Jadi hal-hal yang dibuat Vincent Liong dianggap hal ajaib yang hanya bisa dilakukan oleh Vincent Liong dan tidak bisa dilakukan orang lain. Ini pelecehan ilmiah yang mistik yang dilakukan kaum ilmiah, tetapi apa boleh buat, saya masih semester pertama, secara kelembagaan tidak bisa komentar apa-apa tentang omongan/gosip dosen dan institusi. Padahal saya sendiri tidak meyakini pola jenis reinkarnasi yang dipaparkan. Tentunya Vincent Liong harus menerbitkan murid-murid yang akhirnya disebut penemu keilmuan ini, entah murid saya mau dibilang reinkarnasi berapa ribu atau ratus tahun. Dengan repetisi ilmupengetahuan yang dilakukan oleh Vincent Liong maka jumlah manusia yang konon menurut Psikologi telah reinkarnasi ratusan atau ribuhan tahun, yang old soul dapat diperbanyak secara berlipatganda, dan Psikologi semakin mistik. V I N C E N T L I O N G I N F O R M A L U N I V E R S I T Y Agar penelitian saya tidak mudah di-contek oleh kalangan ilmiah yang suka, bangga dan biasa disarankan oleh institusi untuk melakukan copy&paste dari buku yang sudah ada, maka saya membuat berbagai jurusan dalam pengembangan pineal re-programming, dimana setiap jurusan saya beri mata pelajaran dan arah yang berbeda sesuai jurusannya. Karena ini pineal re-programming, maka Vincent Liong sebagai pemilik pertama mengetahui sistem metodologi yang dirahasiakan untuk melakukan pineal re-programming ulang, sehingga yang mampu menjadi tidak mampu seperti manusia normal yang belum belajar (di-install operation system jenis ini). Mengapa saya (Vincent Liong) lebih senang jadi orang bodoh dengan tidak belajar banyak untuk hal yang spesifik? Jawab; karena akan lebih menguntungkan untuk hanya fokus pada pengembangan penelitian dan extensifikasi banyak jurusan, bilamana saya mengambil banyak individu (yang sangat ahli di satu bidang spesifik sempit tertentu), beberapa orang individu untuk tiap jenis spesifikasi berbeda dan mendidiknya secara mendalam pada satu jenis aliran yang sempit yang memiliki alat (pengalaman) sudah sangat dikuasainya tersebut. Saya sebagai peneliti pemulanya tidak perlu menguasai alat, tetapi harus memiliki sebanyak mungkin individu ahli dengan alat dan gelar/jabatan akademis mereka. Gelas penuh air bila diisi maka akan tumpah. Misalnya, rekan Profesor Suhartono Taat Putra yang saat ini mengetuai Medical Research Unit FK Unair Bagian Patologi Anatomi, yang mengembangkan Patobiologi dan Psikoneuroimunologi. Bilamana rekan Taat tidak memilih masuk di bidang spesifik tsb, dan menerapkan interest penelitian tema tsb ke berbagai bidang secara transdental tanpa bahasa baku kedokteran, sudah tentu penelitian rekan Taat akan lebih berkembang luas daripada yang ada sekarang karena judgement rekan Taat tidak terbatas pada bahasa Patobiologi saja yang tentu ada lawan jenisnya. Note Pro Prof. Taat: Ngomong-ngomong tawaran kepada Yth: saya From: anda tempo hari ;untuk bikin seminar di fakultas Kedokteran Universitas Airlangga masih ada tidak? Kalau masih ada usahain tiket, aye siapkan dech Konon, pendiri perusahaan Ford pernah diwawancarai oleh wartawan: Mengapa bapak tidak mengambil study khusus untuk bidang bapak? Jawab si Ford:Mengapa saya harus belajar, saya khan sudah memiliki ahli-ahli di berbagai bidang yang spesifikasi di bidang tsb. Bilamana saya ada masalah saya tinggal tanya ke ahlinya saja. Dalam kasus Ford, si Ford ini memang sudah kaya, jadi bisa menggaji orang orang pilihannya, ahli-ahli dari berbagai bidang untuk menangani bilaman terjadi masalah yang harus diselesaikan Bp. Ford untuk bidang tsb. Dalam kasus Vincent Liong, saya memiliki banyak murid bimbing dari berbagaui jurusan yang saya kembangkan yang sangat ahli di bidangnya, tetapi memiliki ketergantungan untuk tetap setia, care, baik-baikin Vincent Liong. Ini terjadi karena Vincent Liong yang mampu sebagai pemula membuat berbagai jurusan berbeda. Tiap murid didik hanya dispesifikasi ke bidang yang dipilih dengan mengkombinasikan pengalaman di pendidikan formal dengan pendidikan ala Vincent Liong. Bilamana Vincent Liong mendapat kesulitan untuk menjelaskan maka Vincent Liong hanya perlu memberikan homework kepada murid didik untuk menjelaskan sejelas-jelasnya. Murid didik yang belajar dari Vincent Liong pada awalnya banyak menyangkal karena perbedaan teori Vincent Liong dengan teori yang ia pelajari sebelumnya, maka Vincent Liong belajar kira-kira hal tidak sependapat apa yang dibuat oleh jenis keilmuan tsb terhadap keilmuan yang dibawa Vincent Liong dan tahu cara mengakalinya. Lampiran kewajiban yang harus disiapkan murid didik untuk Vincent Liong: * Menjelaskan definisi-definisi yang dipakai oleh keilmuan tsb kepada Vincent Liong.. * Menanyakan dan mendebatkan point-point yang diajarkan oleh Vincent Liong yang bertentangan dengan keilmuan yang dianut. * Simbol-simbol fisikal tentang judgement baik-buruk dan tingkat positif negatif dalam intepretasi ; contoh: Untuk yang jurusan kedokteran, apa definisi dan inteprertasi tentang sakit jantung koroner. Apa arti secara tampak fisik seseorang sakit dan tidak sakit? Untuk jurusan Perminayakan: Apa arti jumlah timbunan minyak sekian. dsb * Alat Ujicoba dan Latihan ; contoh: Bilamana orang jurusan kriminologi atau kedokteran misalnya, maka resourch kunci kamar mayatnya dan mayat untuk ujicoba harus disiapkan oleh pihak murid karena Vincent Liong tidak punya rumah sakit dengan kamar mayat-nya. * Transportasi ; contoh: Antar jemput untuk Vincent Liong harus disiapkan oleh pihak murid didik. * Konsumsi: Vincent Liong lebih suka memberikan kuliah informalnya di foodcourt dan pihak murid wajib mentraktir makan dan minum setiap kali kuliah informal. * Sumbangan perlengkapan upacara untuk keyakinan yang dianut Vincent Liong. Vincent Liong mengharapkan sumbangan minyak goreng, lilin, dsb untuk dipakai sebagai perlengkapan upacara sesuai keyakinan Vincent Liong yang sifatnya individual dan tidak disebarluaskan. Untuk Psikologi sendiri saya punya dua jurusan pengembangan Pineal Re-Programming yang sudah ada dan akan secepatnya mengembangkan satu tambahan lagi hingga menjadi tiga. Di luar Itu Vincent Liong sedang mempersiapkan satu orang jurusan pengembangan kedokteran umum yang masih dalam peroses belajar. Dari Psikologi jurusan pengembangan yang ada diantaranya: * Psikologi Pineal Re-Programming(Intepretasi Input Simbol) Lowongan recruiting sebagai individu subject/object penelitian dibuka untuk individu mahasiswa psikologi yang hampir lulus (semester akhir) atau sudah lulus, yang berbakat dan aktif dalam keorganisasian; suka dan ahli Psikoanalis, test gambar: Rorschach dan terhadap TAT, Wartegg, DAM, BAUM, dsb. * Para-Psikologi Pineal Re-Programming Lowongan recruiting sebagai individu subject/object penelitian dibuka untuk individu yang suka mengkhayal, atau yang ingin punya double degree: PsikoDukun-ia. Dasar-dasarnya teorinya tidak berbeda dengan yang diberikan kepada Psikologi Pineal Re-Programming, hanya beda language yang digunakannya. Kalau di versi Psikologinya yang dibahas hanya yang bisa dibukitkan dan direpetisi, sedangkan yang di Para-Psikologi banyak dimasukkan hal-hal WOW agar tampak lebih menarik. Jadi bisa menyesuaikan languagenya dengan dukun dan parapsikologi. * Statistika Pineal Re-Programming Lowongan recruiting sebagai individu subject/object penelitian dibuka untuk individu mahasiswa psikologi yang hampir lulus (semester akhir) atau sudah lulus, yang berbakat dan aktif di bidang statistik. Beda dengan statistik yang biasa adalah: bilamana di sttistik pada umumnya hanya dibahas intepretasi input visual saja, sedangkan di Statistika Pineal Re-Programming dibahas soal intepretasi dari kelima indera yang ada di individu secara bersamaan dan transdental. Di luar Psikologi, Vincent Liong dapat memberikan jenis kuliah apapun yang sifatnya intepretasi seperti misalnya: Kedokteran segala jurusan spesifikasi, Perminyakan, Perusahaan Air Minum, Intelegent, Kriminologi, Dagang/Business, dsb. =================== Alasan Vincent Liong di atas adalah alasan yang sama: Mengapa Socrates tidak menulis dan melarang secara tidak keras Plato untuk menulis? Kalau Socrates nulis maka tidak ada aliran Aristoteles yang berbeda dengan aliran Plato. Ketika ajaran ditulis, maka ajaran tersebut menjadi believe yang dipaksakan tanpa dimengerti dan diintepretasi secara individual yang unique oleh para murid didik. Ketika pelajaran sifatnya lisan dan transdental, maka belajar adalah: Mengintepretasikan guru secara bebas sebagai tontonan pendidikan yang hasilnya tentu beda penilia beda nilainya. Vincent Liong 20 Oktober 2005 L A M P I R A N Beberapa pendapat tentang pengembangan Pineal Re-Programming yang dilakukan Vincent Liong dan kelinci/tikus percobaannya dari rekan-rekan profesional sejawat From: Audifax S.Psi. Date: Tue Oct 18, 2005 6:36 pm Subject: Fwd: Komentar Pineal-nya Vincent http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2177 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11937 Tampaknya bukan hanya saya saja yang "dipaksa" Vincent Liong untuk menanggapi Pineal Re-programming. Okelah, setelah mencoba mencari sudut pembahasan yang beda, akhirnya saya mencoba menuliskan sisi pembahasan saya. Ketika membaca pertama kalinya, saya pikir apa yang diungkapkan Vincent Liong melalui Pineal Re-programming adalah hal menarik, meski mungkin beberapa rekan melihat kesejajarannya dengan berbagai pendekatan kognitif lain seperti dilihat Pak Ridwan Handoyo mirip NLP, Kundalini, atau Reiki. Saya pribadi justru tertarik membahas secara lebih makro dan mengaitkannya dengan pembahasan-pembahasan lain di psikologi transformatif. Saya cermati beberapa diskusi di milis ini menjadi lebih masuk pada pemahaman mengenai struktur biologis manusia. Selain Pineal Re-programming-nya Vincent Liong yang melihat kesejajaran kerja Pineal dengan komputer, di sektor lain saya bersama Pak Taat juga mendiskusikan masalah kesejajaran sistem biologis dalam diri manusia dengan sistem sosial di masyarakat. Ini tentu temuan-temuan menarik yang bisa sangat berguna bagi pengembangan psikologi. Artinya, sebenarnya banyak hal yang bisa dieksplorasi dan ditemukan di milis ini, bahkan dibawa ke dunia nyata praktikalitasnya. Jadi ini sebenarnya menepis apa yang dituduhkan dan dianggapkan sebagian orang bahwa apa yang terjadi di milis psikologi transformatif hanya wacana. Baik Pineal Re-programming maupun Sistem Bio-Sosial, saya rasa akan sangat menarik jika ada yang membawanya pada riset-riset. Mungkin yang perlu ditelaah lebih jauh adalah ketika berbicara Pineal, maka sebagai salah satu "unit" di dalam "kepala manusia", Vincent juga mesti menjelaskan keterkaitannya dengan bagian-bagian lain di dalam kepala, terutama bagian-bagian dari otak. Ini agar tak terkesan parsial. Saya rasa anda bisa membuka diskusi dengan Pak Taat pula yang jelas lebih tahu akan hal ini. Akan lebih menarik pula jika dapat melihat kesejajarannya dengan teori-teori di psikologi atau pemahaman filosofis. Saya rasa pada kasus ini ada benarnya juga yang dikatakan Indoshepherd bahwa sebenarnya apa yang dibahas oleh Vincent Liong dan saya, memang memiliki keterkaitan dengan pemikiran-pemikiran filsafat modern, Aufklärung atau bahkan Renaissance. Spinoza dan Leibniz misalnya, pernah mengemukakan tentang substansi yang bisa jadi mengaksentuasi bagian-bagian tertentu dari diskusi saya dan Pak Taat, sementara ada sisi-sisi di mana pemikiran John Locke juga bisa masuk dalam apa yang diistilahkan sebagai re-programming, hanya saja penerapannya yang mungkin selama ini belum terpikirkan penjelasan keterkaitannya. Ini karena apa yang sebenarnya dibahas Vincent tampak berdekatan dengan "ilmu alam" (natural science). Saya juga masih bisa melihat bahwa Pineal Re-programming ini bisa jadi juga berkaitan dengan alam bawah sadar atau psikoanalisa/psikoanalitik. Atau mungkin pula ada rekan-rekan yang kebetulan melihat Pineal Re-programming dari sisi behavioristik dan humanistik. Saya rasa masih banyak kemungkinan-kemungkinan untuk membahas Pineal Re-programming-nya Vincent Liong. Termasuk menguji kesahihan penerapannya. Tapi saya mengingatkan di sini, termasuk untuk saya sendiri, bahwa dalam diskusi-diskusi dan pengembangan pemikiran seperti ini, tentu kita harus membaca dan menelaah pula sinkronisitas dengan pemikiran- pemikiran yang sudah ada, sehingga tak serta merta dalam arogansi mengklaim sebagai temuan. (Apalagi serta merta menjudge ini sebagai kemunduran ke alam filsafat, padahal dirinya tahu filsafat juga enggak). Seorang pemikir yang memiliki kapabilitas, pada setiap pemikirannya akan mengalami perjumpaan dan menyapa pemikir lain yang juga memiliki kapabilitas. Justru dalam perjumpaan dan sapaan itulah pemikiran-pemikiran ini berkembang. Sebaliknya, pemikir yang tidak punya kapabilitas, hanya akan bermasturbasi dengan pemikiran- pemikirannya sendiri dan mengekslusi pemikiran-pemikiran lain agar tak berhadapan dengan pemikirannya sendiri. From: "Drs.Juswan Setyawan" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tue Oct 18, 2005 9:58 pm Subject: Re: Komentar Pineal-nya Vincent juswan_setyawan http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11942 Fakultas Psikologi adalah suatu lembaga yang sudah terstruktur dengan standar kurikulum dan norma-norma yang sudah baku, sama seperti semua Fakultas lainnya. Sama juga dengan semua lembaga di Indonesia ini (bahkan di dunia) juga sudah terstruktur atau established. Semua yang terlibat dalam suatu lembaga terstruktur akan berusaha maksimal menuruti norma-norma yang ada atau dianggap sebagai "out-cast". Dan khususnya di Indonesia ini "l'esprit de corps" sangat kuat dan defensif-inklusif sekali sehingga di lembaga-lembaga non-sipil tertentu bahkan telah menciptakan hak-hak impunity. Coba saksikan juga saja misalnya di lembaga Farmasi dibuat aturan bahwa semua Apotik harus kongsi dengan Apoteker atau semua PBF harus punya asisten apoteker. Dari Departemen Agama dibuat aturan agar semua alumni IAIN mendapat pekerjaan pada lembaga-lembaga pendidikan lewat aturan pelajaran agama harus diberikan oleh guru dengan agama yang sama. Dari Departemen Kesehatan dibuat aturan semua praktisi medikal alternatif harus dapat izin dari Depkes. Notaris juga sama di mana notaris new-bread harus praktek di ujung berung dan dokter baru lulus harus praktek di hutan rimba sono... jangan rebutan lahan di kota-kota besar apalagi nyesekin di ibu kota ini... Semuanya takut ancaman atas periuk nasi, takut kehilangan identitas, sehingga cenderung bersikap kaku dan otoriter. Vincent ini kan masih anak muda - bahkan lebih muda dari anak bungsu saya yang baru diwisuda Sabtu yang lalu di Untar. Pikiran anak muda ini maunya sih disebut 'post modern' dan berjiwa anti kemapanan - seperti tema yang kerap dibahasnya bersama Leo di milis ini. Jadi jangan heran kalau jiwanya masih suka memberontak dan menolak segala pengkotak-kotakanan dan pelabelan apalagi pencemoohan... "Ah kamu itu kan masih 'anak bawang', baru semester pertama... belum ada tai-tainya... Tau apa kamu tentang psikologi, psikologi terapan, atau riset ilmiah... gelar S-0.25 pun kau belum punya..." Yang tidak sampai terucapkan ialah kata-kata seperti... "Lho kami ini kan sudah S-2 dan S-3 jebolan dari amrik lagi... kami sebagai penganut ultracrepidarian bersabda jangan kau asal ngeritik hal-hal yang di atas sol sepatumu lah dan jangan banyak pentang bacot dulu lah... Selesaikan studimu tepat waktu... Sesudah itu barulah - kalau bener-bener mau riset boleh... tapi tentunya harus menurut tatacara yang benar... Ini demi nama baik Alma Mater lho... dan kami berhak untuk bla bla bla ...." Lha anak muda sableng model Vincent ini tentu akan spontan bereaksi... "Emangnya gue pikirin? Mau adu banyakan siapa yang baca buku psikologi? Gua pegangin saja suatu buku, gua "sudah tahu" semua isinya... kalau kagak percaya silahkan test gua...!" Makanya mungkin ada dosen (apalagi asisten) yang jiper juga, terutama yang terbiasa hanya berpegang pada satu buku pegangan saja... "Mau ditaruh di mana muka gua kalau sampai kalah berdebat sama anak bau kencur itu?" Untung Vincent tidak sampai bilang sama dosennya... "Jangan macem-macem lu, entar gua santet jadi kodok baru nyaho lu..." ha ha ha emangnya Harry Potter!? Kalau sampai gatalan terus seluruh tubuhnya sih gua yakin Vincent pasti bisa... lha wong ortunya sendiri "pernah dikerjain" sampai merah padam terus wajahnya... ya itu tadi dengan sistem pineal reprogrammingnya patentnya itu... Bahkan di kalangan sesama para mahasiswa sendiri Vincent menjadi semacam momok, dukun santet, pengacau kemapanan, dan musuh dalam selimut... Tetapi dasar anaknya super cuwek... dia malah mencari kawan di antara sesama mereka yang "dimusuhi oleh kemapanan" dan yang "terpinggirkan dalam pergaulan"... ha ha ha... Sableng memang tetapi tetap saja fenomenal... Bagi orang macam Vincent, dia tidak akan peduli apakah cara eksperimennya menurut pemikiran yang sudah ada atau ada sinkronitas dengan itu. Penemu itu selalu protagonis, mulai dari "zero point zero" kilahnya, bahkan berlaku buat si Columbus yang menegakkan telur dengan paksa... Malah diejeknya mereka dengan mengatakan... "Kalau gelarnya cuma diperoleh dengan "copy & paste" pemikiran-pemikiran orang lain semua itu lalu buat apa? Buat sekedar lulus? Apa sumbangan nyata dari riset otentik di lapangan untuk kelestarian ilmu itu sendiri?" Semua cuma menuntut dan membela hak tetapi apa yang disumbangkan secara nyata? Itu semua adalah manifestasi jiwa yang berontak terhadap kemapanan dan mungkin juga bentuk-bentuk kesewenang-wenangan, yang nyata maupun yang tersirat. Dengan reprogramming pineal sebenarnya ia "sudah terseret" masuk ke dalam arus aliran pseudo-science quantum physics dalam bidang penyembuhan... Saya katakan "pseudo" karena kalangan science murni masih menolak hasil karya mereka. Dr. Deepak Chopra, MD seorang endokrinologist ternama termasuk perintis dari paham quantum physics dalam bidang healing ini seperti juga suami-isteri Joan dan Boris Borysenko, Ph.D yang keduanya ahli psycho-neuro-imunologist. Semuanya mempunyai ciri yang sama dan termasuk dalam pandangan aliran The New Age. Saya suka anak ini karena jiwanya bebas dan tidak takut menghadapi apa dan siapa pun. Ia cenderung tidak berpikiran diametral hitam putih. Saya lebih tua dari bapanya dan ia menyapa saya dengan lu... ya saya ketawa saja karena secara substansial antara seorang dengan lainnya memang hanya ada "aku dan engkau" dan bukan "hamba dan tuan" yang feodalistik atau "saya dan anda" yang eufemistik dan santun... Karena fenomen anak ini menarik maka saya pun terus mengamati kiprahnya dari tahun lalu sampai sekarang. Saya juga tidak keberatan disebut "muridnya" karena bagi saya "everybody is my teacher" karena saya selalu terbuka untuk mengambil hikmah dari suatu komunikasi dan involvement pribadi... Tetapi kepada orang yang congkak, tidak santun, dan suka melabel orang sayapun punya citra rasa disgust... walaupun mungkin di dalam "real world" ia seorang gentleman yang sangat santun, karena bagi saya berlaku "you are what you wrote"... (what else?) Anak ini suka berbuat suatu yang nyata dan yang positif buat orang lain... jiwa sosialnya bukan main. Ada anak yang butuh orang tua asuh maka ia carikan. Ada mahasiswa senior yang minderan maka diajarnya teknik-teknik sedemikian rupa sehingga menjadi PD. Jadi sebenarnya mereka yang memusuhi Vincent itu rugi sendiri... kalau dibaik-baikin malah mungkin dapat hadiah "ilmu" dan lebih banyak manfaat daripada mudaratnya... ha ha ha! Kini ia menawarkan suatu Sistem Pendidikan Privat untuk menemukan jati diri sehingga orang dapat menjadi apa seperti yang dicita-citakannya. Sudah ada "the so called" muridnya yang menjadi Pawang Hujan sehingga tentunya bisa cari duit kelak dengan skill itu kalau sampai studinya gagal. Ada yang bisa membaca isi pikiran setiap orang yang dijumpainya. Ada yang dibantunya menjadi "Drowser" alias Dukun Air" yang mampu mencari sumber air. Anak didik macam ini tidak akan kelaparan karena pabrik-pabrik selalu membutuhkan "deep well" untuk tidak tergantung PAM yang belum tentu mengalir airnya. Kalau menjadi "Dukun Air" bisa dijadikan, lalu apa susahnya untuk menjadikan murid lain menjadi "Dukun Minyak" untuk mejadi staf eksplorasi di Pertamina yang boros dan mahal, atau "Dukun Emas" untuk mencari deposit ingot emas di Kaltim? Belum lagi bisa dididik untuk menjadi "Scanner" sehingga mampu membantu polisi untuk menemukan lokasi persembunyian buronan teroris model Nurdin M. Top atau Dr. Azhari. Kenapa tidak? Atau ada yang mau menjadi seorang Art Director yang mampu menyelami keinginan konsumen produk kliennya sehingga mampu membuat design iklan yang sesuai dan tepat sasaran? Kalau saya tidak salah tangkap maka inilah yang dipromosikannya sebagai pendidikan yang"taylor-made" atau "customized" dan bukannya untuk MENGGANTIKAN sistem persekolahan yang sudah established dan yang bahkan kini sudah menjadi bagian daripada business machinery: "industri persekolahan". Dalam bidang agama juga sama. Anak ini cenderung untuk menjadi theis yang pan-agamis. Malah cenderung ke arah paham New Age. Bahkan dengan Tuhannya ia masih suka - bukannya berdoa atau berdialog - tetapi "ku handel" alias 'dagang sapi'... (menurut pengakuannya sendiri lho! bukan karangan gua). "I offer my whole life to run your sacred specialized personal mission for me with all the hugh risks to my life, but You do provide me with 'quid pro quo'..." ha ha ha sadis nggak buat cara berpikir the mediocre person? Mang Iyus From: Suhartono Taat Putra <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed Oct 19, 2005 7:13 am Subject: Re: [psikologi_transformatif] Re: Komentar Pineal-nya Vincent http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2183 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11960 Sebenarnya dalam kehidupan ilmiah kita, khususnya di negeri tercinta ini, "konflik ilmiah" demikian sering terjadi. Yang saya pikirkan, bagaimana cara menyembatani agar pemikiran demikian menjadi produktif. Bila saya dibolehkan berbagi pengalaman di milis ini maka ada satu kata kunci yang saya peroleh dari pengalaman hidup, adalah SABAR, artinya terus menerus melakukan perenungan dan kajian, berusaha mencari titik temu agar pemikiran ini dapat dikomunikasikan secara santun dan produktif. Banyak ide baik yang tidak tersampaikan karena metode penyampaian yang kurang tepat. Seperti yang saya pikirkan tentang "masyarakat biologis", yang muncul sejak tahun 1984. Namun saya terkendala dengan lingkungan akademis tempat saya bekerja. Salah satu cara, saya mencoba melakukan tahapan, saya mendalami paradigma biologis sampai ke patobiologis tingkat unsur (osmolit) dan dari sana saya melangkah ke psikologi biologis, yang kebetulan ada Robert Ader seorang psikolog yang memasuki ranah biologis, dan lahirlah Psikoneuroimunologi. Pikir saya sesuatu yang telah mulai mekar di luar ini akan mudah dikembangkan di Indonesia. Kenyataan lain, masih banyak menuntut kesabaran untuk mensosialisasikan dan baru 2005 pikiran tersebut diterima secara baik di negeri tercinta ini, setelah banyak disertasi yang diselesaikan dengan paradigma Psikoneuroimunologi tsb. Secara kebetulan di milis ini saya ketemu dengan berbagai model pikiran yang menarik dan setelah saya cermati akhirnya saya mencoba memformulasikan "bahasa komunikasi" menuju ke sosiologi biologis bersama beberapa sejawat di milis ini, antara lain Mang Ucup, Sdr Audifax dan Sdr Vincent Liong sendiri. Kami berusama mensejajarkan "pola pikir" tanpa merendahkan satu sama lain, saya terus berusaha tahu bahwa saya masih sangat tidak tahu, Walaupun titik terang sosiobiologis mulai tampak namun saya semakin merasa bahwa ilmu yang saya miliki masih sangat kurang. Saya mencoba memberanikan memasuki ranah biokuantum, walaupun dasar fisika saya hanya sekedar lulus ketika ti tingkat satu dulu. Pada hal sejak kita mengikuti double-helix dari DNA seharusnya kita mulai sadar bahwa kita sudah tidak beada di biologi murni. Saya sangat bersyukur bahwa banyak teman yang mempercayai saya untuk ikut membimbing tesis dan disertasinya. Hal ini membuat saya semakin terpacu unutk terus belajar. Saya dapat merasakan betapa "pedih" perasaan orang yang punya "pendapat beda" yang belum menemukan titik temu untuk berkomunikasi. Hal demikian pernah saya rasakan. Saya sangat mengharapkan sejawat lain yang mempunyai pengalaman dalam menyelesaikan berbagai "konflik ilmiah" dapat berbagi pengalaman sehingga sejawat kita yang memerlukan dapat memanfaatkan dengan baik. Semoga dalam perkembangan ke depan dalam cara menyelesaikan "konflik ilmiah" semakin santun dan berhasil guna. Dengan demikian semakin banyak orang muda yang "berpendirian" mendapat cara berkomunikasi dengan lancar dengan sesama. Semoga sedikit pengalaman ini dapat menjadikan renungan kita bersama. Salam hangat dari Surabaya From: [EMAIL PROTECTED] Date: Fri Oct 21, 2005 2:05 pm Subject: Artikel dan Tanggapan http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2222 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/11992 Terlampir saya kirimkan satu artikel yg mungkin bisa memberikan sedikit illustrasi mengenai kasus "mind programming". Maaf dalam bahasa Inggris krn itulah artikel aslinya. Dari beberapa diskusi di milist ini, saya pribadi saat ini dalam tahap yang lumayan yakin bahwa "mind programming" adalah salah satu "terapi" psikologis yang dapat memberikan dampak positif kepada perubahan diri yang lebih baik. Kenapa saya bilang "lumayan" dan berkesan belum 100% karena masih ada beberapa pertanyaan dalam pendekatan ini yang saya pribadi belum temukan jawabannya. Masalahnya adalah pada HOW to program (or re-program) our mind itu sendiri. Paling tidak dari beberapa diskusi di milist ini dan bbrp sumber lainnya, ada 2 pendekatan besar yang saya cermati. Cara 1: Mind programming dapat dilakukan dgn. cara men-download suatu software baru dari satu orang ke orang lain (mungkin istilah kerennya: mind transferring). Saya rasa ini adalah pendekatan yang dilakukan Vincent Liong. Kata "download" yang merupakan istilah IT berkesan pasif. Dalam dunia IT memang kenyataannya adalah seperti itu....computer is a "stupid" thing. Dia kan cuma bisanya menjalankan program yang diisikan pada dirinya...tidak akan bisa lebih (kurang malah bisa bila hard-ware-nya rusak). Catatan: ini bisa jadi perdebatan tersendiri karena bisa mengarah pada diskusi Artificial Intelligent (AI) yg sepengetahuan saya s/d saat ini masih bersifat eksperimen (salah satu pertanyaan mendasarnya adalah: apakah peristiwa2 di dunia ini terjadi secara random ataukah berpola). Pendekatan ini jadi agak berkesan adanya unsur "pemaksaan" dan "kepasrahan" (tingkat "pemaksaan" dan "kepasrahan" akan sangat relatif dan subyektif) dari subyek yang menerima software baru tersebut. Keuntungan dari pendekatan ini adalah relatif tingginya tingkat keberhasilan bahwa apa yang di download akan dijalankan oleh si subyek (bila dalam tahapan installasinya tidak terjadi masalah). Teknik ini membutuhkan suatu tingkat kemampuan tertentu pada si"penginstall" (sama spt di komputer, ada software2 khusus yang direkomendasikan unt. diinstall oleh staff ahli/expert administrator) - salah satunya adalah memastikan bahwa sofware yg baru tdk akan "conflict" dgn software lainnya (dlm pengertian bahwa pada diri subyek sudah ada software lain yang somehow sudah terinstall terlebih dahulu). Walaupun - menggunakan istilah Vincent - ditempatkan pada "partisi/folder" yang berbeda, karena at the end, "engine"-nya kan hanya satu; yaitu "jiwa" manusia itu sendiri (nah ini jadi makin menarik kalau lalu dilarikan ke diskusi "split personality" - apakah org yg split personality artinya punya "lebih dari satu" jiwa? hehehe....atau jiwa tetap satu tapi ada software dlm mind manusia yg "rebutan" lebih dominan?....apa yg membuat software itu "rebutan"? .....atau bgmn menjelaskan kasus orang "kesurupan"?). Cara 2: Mind programming dapat dilakukan oleh diri orang/subyek itu sendiri dengan melihat contoh dr orang lain (mungkin inggris-nya: mind modelling). Dasar dari pendekatan ini adalah bahwa kemampuan berpikir manusia jauh lebih kompleks dari komputer apapun yang ada di dunia saat ini. Dan kelebihannya yg utama adalah bahwa otak (hardware) dan pikiran (software) manusia seharusnya mampu memproduksi software2 baru secara mandiri (ini tujuan dari AI). Bahkan dalam periode2 tertentu hidup manusia "hardware" kitapun bisa diubah (bertumbuh) sendiri. Kenapa individu tidak bisa mengembangkan software baru pada suatu saat mungkin disebabkan adanya mental blocking. Salah satu mental blocking yg paling umum adalah bahwa manusia cenderung mengembangkan berbagai KEBIASAAN/habits unt memenuhi survival needs dia. Kebiasaan itu kalau dianalogikan dengan pendekatan IT adalah sama dengan software yang hampir selalu digunakan (most used softwares). Dari analogi inilah lalu muncul jargon bahwa manusia hanya menggunakan 10% saja dari kapasitas otak/pikirannya. Ada yg bilang, kebiasaan adalah software yang dikembangkan manusia agar hidupnya lebih sering dalam kondisi "auto-pilot"......enak kan? hehehe ...efisien. Sialnya, banyak kenyataan bahwa kebiasaan saja ternyata tidak cukup....tapi memang tidak mudah merubah apa yg sudah jadi "kebiasaan" itu (org lebih cenderung melihat unsur "reward"-nya, walaupun reward itu terjadi di masa lalu, drpd "punishment" yg ada di depan matanya dgn cenderung menyalahkan lingkungan/situasinya daripada dirinya sendiri). Nah, tantangannya adalah bagaimana mendobrak mental blocking itu tanpa harus "memaksakan" suatu software baru masuk dan membiarkan pikiran si subyek mengembangkan sendiri software2 barunya (atau mungkin lebih tepatnya - kalau agak religious, berdasarkan asumsi bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna - memunculkan software2 yg SUDAH ADA pada pikiran manusia untuk saling berinteraksi dgn lebih efektif lagi). Bagaimana otak dan pikiran manusia berfungsi 100% (tanpa harus mengalami resiko "hanged" hehehe). Dari bbrp artikel yang saya baca, tampaknya kuncinya adalah bagaimana subyek memperoleh suatu pengalaman "pencerahan" bahwa ia mempunyai kemampuan lebih daripada yg dimilikinya saat ini. Dlm artikel saya sebelumnya, hal ini berkaitan dengan bagaimana meningkatkan attention dan intention seseorang dlm berpikir lebih kreatif. Intention artinya sangat berkaitan dgn emotion (orang bisa "attention" tanpa emosi). Kalau anda ragu2 tentang hal ini coba saja tuliskan peristiwa apa yang paling anda ingat dalam hidup anda s/d saat ini? Walaupun saya belum bikin riset formal tentang hal ini, tapi saya yakin kemungkinannya sangat besar bahwa peristiwa apapun yang anda ingat pasti mengandung unsur emosi yang sangat kuat (dan umumnya emosi yg positif). Emosi menjadi semacam "file name" (trigger effect) yang mengangkat ingatkan kita pada hal-hal lainnya. Ini bisa menjawab kegagalan banyak teori belajar karena yang dilatih hanya perilaku-nya, tapi tidak mengolah sisi emosinya. Kalau emosi yg muncul negatif ya orang akan cenderung melupakannya (dalam kondisi tertentu bisa saja emosi negatif juga bisa menjadi suatu pengalaman yang diingat terus). Kalau orang belajar sambil cemberut terus ya susah "masuknya" hehehe... walaupun sebenarnya bila individu itu bisa mengkaitkan pelajarannya dgn emosi negatifnya, bisa saja ia menggunakan emosi negatif itu sebagai trigger juga...susahnya, orang gak suka ingat2 yang negatif...ya udah, ini semacam proses "click File - Delete" dalam otak kita. Mind modelling dapat berjalan secara natural (lihat artikel di bawah). Individu bisa "belajar" dari pengalaman orang lain atau melalui pengalaman dirinya sendiri melalui panca-inderanya (panca-indera adalah "input terminal" kita). Mungkin lewat bacaan tertentu atau bimbingan lisan seseorang. Dalam kasus "klinis" saya setuju ada bimbingan....tapi sebatas hanya membimbing....sebatas memberi tahu "direction"-nya saja. Atau maksimal menginformasikan "tools" yang dpt ia gunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Bila subyek sudah attention lalu muncul intention....maka individu tsb. bisa mengembangkan sendiri software2 baru yang akan membuat dirinya lebih survive. Kasus Heidi di bawah adalah salah satu contohnya. Banyak pendekatan "pembimbingan" yang bisa kita lakukan....dan "untungnya" dunia timur tampaknya memang lebih maju daripada dunia barat dalam hal ini (Zen, Buddhism, Tao dsb). Heidi malah sampai pada kesimpulan "We have absolute control over our lives, what happens, everything that we want to happen, and that we are a product of our imaginations." Hebat yah (tapi bisa jadi perdebatan dari sudut pandang agama kali yah hehehe). Ini sejalan banget dgn salah satu tulisan di milist ini yg bilang "Tuhan Berusaha, Manusia Menentukan" (bukan sebaliknya hehe). Nah sampai disini, saya ingin menyinggung sedikit diskusi mengenai euthanasia dalam konteks mind programming (bukan agama). Bila komputer pasti tidak akan bisa bekerja bila enginenya mati (tidak ada listrik), maka manusia juga bisa dikatakan "mati" bila engine-nya (jiwanya) sudah tidak ada lagi. Pertanyaannya adalah (pakai analogi komputer dulu): bila listrik ada, tapi hard-ware-nya rusak, apakah software-nya masih bisa bekerja? Kemungkinannya ada, walaupun kecil...tergantung bagian hardware mana yg rusak. Bila pakai analogi manusia, apakah bila jiwa manusia masih ada (so far setahu saya dalam teknis kedokteran hal ini "diukur" dgn masih adanya gelombang otak - walaupun saya rasa gelombang otak manusia tidak sama dengan jiwa) tapi otak subyek (hardware) rusak (sehingga tidak bisa lagi memberikan perintah2 yg "wajar" pada dirinya), lalu sampai tahap mana jiwa manusia mampu "memperbaiki" bagian otak yg rusak itu sehingga dapat "hidup" kembali? Dalam dunia eksata (IT dlm contoh ini), sangat dimungkinkan dibuat analisa hardware mana yg bila rusak maka bisa diberikan jaminan 100% bahwa software tidak akan bisa bekerja. Apakah dalam kasus manusia hal ini dapat dianalisa? Banyak kasus memang dimana org yg sudah "mati suri" tiba2 bisa hidup kembali...dan banyak org percaya hal itu terjadi lebih krn inner-life-nya, bukan krn. krn hal-hal yg berhubungan dgn fisik-nya saja (lihat kutipan dr Plato di bawah). Lebih jauh analogi otak-komputer ini bisa dikembangkan misalnya: otak manusia jauh lebih kompleks dr komputer apapun juga. Otak manusia dapat membuat sistem back-up sendiri (apalagi bila analogi "otak manusia pada umumnya baru terpakai 10%" benar). Engine (jiwa) manusia juga kompleks dan unik. Hal-hal spt inilah mungkin yg menyebabkan sebagian pihak tidak dapat mengijinkan euthanasia. Ada satu pepatah bilang "hiduplah seakan-akan besok kamu akan mati".....nah mungkin ini bisa dipakai buat "pegangan" sebagian orang yg tidak ingin satu saat dalam hidupnya dia membuat orang lain "susah" untuk memutuskan apakah dia harus dibiarkan "hidup" terus atau harus "dibunuh" dengan persetujuannya....caranya: ya pesan saja dari sekarang (mumpung masih "hidup" dgn normal) kepada orang2 terdekat anda. Resikonya (secara agama): anda mungkin termasuk kategori orang yg melakukan "bunuh-diri"....tapi ya ini jadi masalah hubungan anda pribadi dengan Tuhan anda. Selamat berdiskusi terus...maaf agak panjang lebar kali ini...abis termasuk salah satu orang yg "ditodong" Vincent juga hahaha (becanda). Apapun yg saya tulis di atas lebih bersifat wacana pribadi saya...maklum, saya bukan peneliti aktif (cuma dr perenungan dan baca kanan-kiri aja). Ridwan ============= THE CREATIVE POWER OF THOUGHT "We do not cure the body with the body, we cure the body with the mind.â -- Plato Every thought we have is a creative thought. The question isn't whether we are creative or not. The question is whether we are aware of our powers of creativity and are able to expand and use them purposefully. Heidi von Beltz is a very courageous woman who has lived a remarkable life. She has shared this adventure in her book My Soul Purpose, Living, Learning and Healing. A former model and aspiring actress, Heidi turned a tragic event, that left her paralyzed from the neck down, into an inspirational experience that will touch the heart and soul of anyone who reads about it. Twenty some years ago, as a stunt woman for the movie Cannonball Run, Heidi was seriously injured in a car accident while shooting on the set. At the time doctors told her that she would be permanently paralyzed. She had broken her neck. Their prognosis was that she probably wouldn't live more than five years, would need to be institutionalized, and there was nothing they could do to help her. They painted a bleak and hopeless picture. As an independent spirit she refused to accept their verdict. Her book documents her long, sometimes painful, but steady recovery. With unfaltering courage she defied the impossible and regenerated her broken body. Today she can stand unassisted and is learning to walk again. This is an excerpt from an interview she did about six months ago. Here she describes the thoughtful process she used to regain not only her physical strength, defy the odds, but regenerate her spirit, which in turn regenerated her body. Utilizing her imagination she has recreated her body. Heidi: "It seems from the minute that I go to sleep all the way into the morning I am imaging. My sleep habits are not consistent, so whenever it is that I wake up, in the middle of the night or whenever, I begin the imaging. The scientists have described the whole thing as waves behaving exactly like sound waves, and that thought waves also have a physical effect on the world that can be measured with proper instruments. So, when they talked about holograms, that struck a note in me of creating the matrix of whatever that object of desire is, and then it becomes a very tangible thing. Other philosophers that Iâve read and studied like Emmett Fox, and Neville, also speak of this. "As a matter of fact, I have been in the process of studying because I am putting together these programs for actually reprogramming your thinking, where I make the metaphor of the mind and the computer, and specifying that there is a constant inner conversation going on within us. Where our consciousness is always flowing and you canât turn it off and on, itâs just there and itâs working. So it is up to us to be in control of the thoughts that we are administering, itâs a process and it is a lot of work to do that. So, when you are in the visualization mode, you become aware of the process, that it is not just wishful thinking, but it really actually is a demonstrable science. "That was the purpose of the book, itâs not about paralysis but about overcoming obstacles of every kind, which I think is all of our purposes in life to learn, that we have control and complete dominion over our experiences. My obstacle happened to be paralysis, and until I submerged myself into the research of the power of the mind, which is all I had at that time, did I become aware of and learn and understand and realize in my own experience, my life, what the great philosophers and thinkers have been writing about since the beginning of time. We have absolute control over our lives, what happens, everything that we want to happen, and that we are a product of our imaginations. "Until I became more aware of the laws of physics, since everything is molecular, and the mental influence our thoughts, ideas, perceptions and interpretations have on our experiences, I realized that it was through researchers like Deepak Chopra, who has now scientifically proven that our minds and our thoughts absolutely influence and affect and manifest our reality. Itâs a demonstrable scientific fact. There are scientists worldwide that are proving that your thoughts have a direct influence on your body and your life. So, through the visualization aspect of it, and understanding that, I feel it has a tremendous amount of influence and power." The foregoing excerpt was from The Golden Thread newspaper Vol. I No. 7, August 1996. Source: http://www.enchantedmind.com/html/creativity/inspiration/creative_thought.html Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/wf.olB/TM --------------------------------------------------------------------~-> posting : psikologi_net@yahoogroups.com berhenti menerima email : [EMAIL PROTECTED] ingin menerima email kembali : [EMAIL PROTECTED] keluar dari milis : [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------- sharing artikel - kamus - web links-downloads, silakan bergabung di http://psikologi.net ---------------------------------------- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/psikologi_net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/