http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0402/18/utama/865061.htm



Ribuan Warga Tidur di Tempat Terbuka



Padang, Kompas - Ribuan warga pada empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang dilanda gempa berkekuatan 5,6 pada skala Richter, masih bertahan di tempat-tempat terbuka dalam kondisi yang memprihatinkan. Rumah mereka tak memungkinkan lagi ditempati karena dalam kondisi rusak dan membahayakan keselamatan.


Sampai Selasa (17/2) petang masih banyak keluarga yang berpuasa karena ketiadaan bahan makanan. "Pemerintah hanya mementingkan menghitung jumlah rumah yang rusak ketimbang memperhatikan nasib kami yang tak sempat lagi memikirkan makan. Rumah hancur sehingga kami tak bisa berbuat apa-apa. Lihatlah, anak- anak menangis karena perutnya kosong," kata sejumlah warga di lokasi gempa di Batipuah Baruah dan Gunung Raja, Kecamatan Batipuah, Tanah Datar.

Gempa awal terjadi Senin pukul 21.44 dengan pusat gempa sekitar Padang Panjang dan Gunung Tandikat (2.439 meter di atas permukaan laut), atau pada koordinat 00,55 derajat Lintang Selatan dan 103,3 derajat Bujur Timur, dengan kedalaman normal (24-30 kilometer di bawah permukaan Bumi). Gempa tersebut terjadi selama empat detik, kemudian diikuti gempa susulan sampai 118 kali hingga Selasa kemarin pukul 07.00. Namun, yang sempat dirasakan manusia hanya 24 kali gempa susulan dengan kekuatan 2-3 pada skala Richter.

Gempa tersebut, menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang Soemarso, dirasakan hampir di seluruh kota dan kabupaten di Sumatera Barat (Sumbar). Namun, yang menderita kerusakan parah hanya di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, yaitu Kecamatan Batipuah, Batipuah Selatan, Pariangan, dan Kecamatan X Koto.

Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono yang dihubungi di Bandung, Jawa Barat, menjelaskan, gempa tektonik berkekuatan 5,6 pada skala Richter di Sumbar disebabkan aktivitas struktur patahan aktif sesar Semangko di daratan Sumatera. Potensi bahaya menjadi tinggi karena struktur patahan memanjang dan melintasi berbagai kawasan perkotaan, mulai dari kawasan utara hingga selatan Sumatera.

"Struktur patahan membujur mulai dari Tarutung di Sumatera Utara, Padang, Lampung, hingga Bengkulu. Kota-kota ini cukup banyak penduduknya," kata Surono.

Tenda darurat

Akibat belum ada lokasi penampungan, masyarakat membuat tenda darurat di halaman rumah dan di pinggir jalan. Mereka umumnya mengaku trauma dan belum berani tidur di dalam rumah meski rumahnya masih dinyatakan layak untuk ditempati.

"Untuk sementara, kami masih bertahan tidur di luar. Kami masih khawatir, jangan-jangan terjadi lagi gempa susulan yang lebih dahsyat dari kejadian semalam," kata Marjana Upik (53), warga Batipuah Baruah. Sejumlah warga yang ditemui secara terpisah juga mengemukakan hal senada.

Kemarin Gubernur Sumbar Zainal Bakar mengunjungi korban di Nagari Gunung Raja, Kecamatan Batipuah. Bantuan yang diberikan adalah 2,5 ton beras dan uang duka bagi masing-masing keluarga yang meninggal sebesar Rp 250.000. "Mereka yang kini mendapat perawatan karena luka-luka seluruh biayanya ditanggung pemerintah," kata Zainal Bakar.

Sampai Selasa malam data sementara menyebutkan, empat korban meninggal adalah Upiak Hilang (70), warga Gunung Raja Utara; Cinto (51), warga Ganting; Rossi (35), warga Bungo Tanjung Pitalah; dan Annisa (2), warga Bungo Tanjung Pitalah. Korban luka yang sempat dirawat inap di Rumah Sakit Umum (RSU) Padang Panjang adalah 11 orang. Tiga korban luka di antaranya sudah menjalani rawat jalan. Sedikitnya 259 rumah dan bangunan fasilitas umum seperti sekolah, masjid, dan mushala rusak.

Longsor dan jalan putus

Gempa tidak hanya meluluhlantakkan rumah dan menelan korban jiwa, tetapi juga mengakibatkan tebing bukit di Nagari Gunung Rajo longsor dan menutupi badan jalan sepanjang lebih kurang 100 meter.

Badan jalan pecah dan menganga selebar 10-30 sentimeter. Jalan selebar empat meter tersebut, selain menurun tajam, berkelok-kelok, juga di bagian kanan terdapat jurang sedalam 100-200 meter. Hanya kendaraan jenis sepeda motor yang masih bisa lewat, itu pun dengan risiko bisa tergelincir ke badan jurang.

Wakil Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumbar H Dody Ruswandi di Padang mengatakan akan menurunkan petugas ke sana secepatnya.

Wali Nagari Gunung Rajo Muchtar Datuk Lubuk berharap pemerintah segera membantu masyarakat korban gempa. "Di Nagari Gunung Rajo, sedikitnya terdapat 160 rumah yang rusak atau hancur, dua korban meninggal, dan 10 orang luka-luka. Kini, ada 2.249 warga yang tak berani tidur di dalam rumah," katanya.

Masyarakat yang bermukim di daerah-daerah di luar Kabupaten Tanah Datar, seperti di Padang, Padang Panjang, Solok, Payakumbuh, dan Kota Sawahlunto mengakui masih trauma dengan gempa.

Wali Kota Padang Panjang Suir Syam ketika dihubungi mengatakan, meski getaran gempa dirasakan kuat di Padang Panjang, sebegitu jauh belum diperoleh laporan adanya korban dan bangunan yang rusak parah. "Cuma, warga hampir semuanya tidur di luar rumah pascagempa," katanya.

Secara terpisah, Wakil Wali Kota Sawahlunto Fauzi Hasan mengatakan, pihaknya malam itu langsung turun ke lapangan untuk mengecek ke lapangan. "Kota Sawahlunto banyak terowongan di perut Bumi karena tambang dalam, sehingga gempa dikhawatirkan akan menelan korban. Namun, ketika dicek ke lapangan, alhamdulillah tak ada korban," katanya. (NAL/SF)




Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/


======================================================================
Alam Takambang Jadi Guru
======================================================================

_________________________________________________________________
Watch high-quality video with fast playback at MSN Video. Free! http://click.atdmt.com/AVE/go/onm00200365ave/direct/01/


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke