--- Sutan Sinaro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Assalamu'alaikum.w.w.
> 
> “Wa qukhiza min halawatul ‘ibadah”, dicabuik dari
> inyo

Hehehe..karena di minta again..again,..meski ngak enak
rasanya mengoreksi ,ngak papa,sambilan belajar bahasa
Arab,di tinjau dari tata bahasa dan grammarnya (
Qawaa'id ).

Pertama kata " Qukhiza " =...?? ( Masih belum jelas
dalam bhs Arab " Qaf,..Kha..Zai..",saya menemukan
tidak ada artinya.( tolong da Sutan Sinaro jelaskan
huruf apa saja dalam bhs Arabnya ).Baru bisa saya
mengoreksinya.

melihat terjemahannya = di cabut.

Apa mungkin yang dimaksudkan da Sutan Sinaro " Quhifha
" ( Qaf ha fa ),maka benar artinya = di potong,di
pecah.

Atau Qadzafha ( Qaf dzal fa ),artinya di lempar.

Atau juga Nuzi'a ( nun zai 'ain ),artinya = Dicabut.

Dan makna dari ketiga kata di atas yang saya sembutkan
hampir sama,yaitu sama-sama di buang,di cabut dan di
lemparkan dari seseorang manisnya ,atau lezatnya
ibadah tersebut.

Di Sini sangat menarik kata yang di bahas di bina atas
majhul ( tidak disebutkan siapa pelaku yang mencabut
manisnya beribadah tersebut ).

Bisa jadi Allah yang akan mencabutnya ,atau orang yang
melakukan kejelekan itu yang mencabut manisnya rasa
beribadah itu dari dirinya sendiri.( ( Bisa di
perhatikan dalam Al Qur'an setiap kata kerja yang di
buat ,tanpa disebutkan secara jelas siapa subjeknya.


Ini salah satu ke otentikan dan kemanisan mempelajari
Al Qur'an di tinjau dari segi tata bahasanya ).Belum
lagi maknanya,peribahasanya ( gaya bahasa
puitisasi,sastra, ( balaghah ) dan kandungannya secara
mendalam )
Biasanya kata kerja timbangannya seperti ini "
Kutiba,Nuzi'a,Dhuriba ".

Seperti kata " Wahai orang-orang yang beriman " Kutiba
" ( Di wajibkan ).

Mengapa Allah tidak mengatakan " Kataba Allah " (
Allah mewajibkan ),tetapi memakai kata kerja ( Di
Wajibkan,tanpa menyebutkan Subjeknya secara jelas )

Seperti juga kata " Kutiba 'alaikumul qisaas " ( Di
Wajibkan atas kamu Qisas ",dan sebagainya,cukup banyak
dan semua itu mengandung pengertian dan makna yang
cukup dalam.

Kemudian da Sutan Menuliskan : " halawatul ",mungkin
yang benarnya begini da Sutan Sinaro " " Halaawatil ".

Sebagaimana yang saya sebutkan sebelumnya setiap kata
di dahului oleh preposition , maka baris kata
sesudahnya adalah " Baris bawah di akhirnya "
Halaawati ".

 Huruf " lam ",pada kata " Halaawatil " diatas,  bukan
satu kata dari halaawati ( Ha..lam..waw..ta ),tetapi
karena ia akan di sambungkan dengan kata sesudahnya (
Lam qamariah,yang harus di baca , yaitu pada sambungan
kata selanjutnya Al 'Ibaadah ).

Dalam hal ini,itu sebabnya bagi para Mufassir ( Ahli
tafsir ),di wajibkan harus memahami bahasa Arab.bagi
mereka yang tidak faham bahasa Arab,tidak dibenarkan
menafsirkan suatu ayat.( Lihat syarat-syarat orang
yang di bolehkan menafsirkan ayat Al Qur'an,yang
pernah saya tuliskan sebelum ini ),jadi bukan
sembarangan saja.Itu dianya,karena bahasa Arab sangat
kaya dengan segala tata bahasa.

Yah,..mungkin ini saja tanggapan dan pengoreksian saya
da Sutan,semoga ada manfaatnya.

Wassalam.Rahima.


> 
> manisnyo ibadah. Baa rasonyo awak sumbayang, lai
> lamak
>  ndak awak sumbayang  agak agak?. 
> Baa misalnyo kok lamo lo imam tu sumbayang, memang 
> dianjurkankan kalau jadi imam indak buliah 
> lambek-lambek dan indak pulo capek, sederhana. 
> Tapi baa kiro-kiro kok lamo juo imam tu ?. 
> Apo lai kok lah tuo imam tu, sumbayang subuah, 
> sumbayang tarawiah. Awak nan di balakang babisiak di


__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Search - Find what you’re looking for faster
http://search.yahoo.com
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke