Title: FW: [EMAIL PROTECTED] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang
 
Walaikum salam sanak Darul,
 
Pernahkah sanak Ismet melihat dan memikirkan bahwa dulu orang Minang sangat menonjol di khasanah Nusantara ini, tapi kini telah diambil alih oleh orang Batak? Apa ini menunjukkan bahwa keadaan Minang dulu dengan sekarang sama, sedang daerah lain maju pesat?
 
Saya belum bisa mengerti apa yang dimaksud dengan "sekarang ini orang Batak mengambil alih kedudukan orang Minang". Dalam hal apa ................ ????
 
Tapi baiklah, kita tak usahlah berpolemik untuk hal hal yang sukar diukur secara kuantitatif. Yang perlu sanak Darul, Isna, Capt lakukan adalah cobalah juga untuk melihat apa-apa yang sudah, sedang dan akan (rencana) dilakukan oleh orang-orang yang sekarang ini berada di Sumbar. Dengan melihat aspek kemajuan yang telah ditempuh oleh mereka sekarang ini dan tentu saja berikut kekurangannya (karena mereka bukanlah makhluk sempurna), akan mengurangi sikap anda yang terlalu "negative" terhadap kampung halaman sendiri. Janganlah selalu untuk melihat hal-hal jelek terhadap suatu masalah apalagi menceritakannnya ke banyak orang sehingga akan dapat menurunkan citra kampung halaman sendiri terutama kepada perantau-perantau yang karena banyak hal sulit untuk datang sendiri ke tanah Minang. Memang mungkin maksud anda bukan untuk seperti yang saya katakan tetapi kita-kita yang sudah berumur ini saya rasa harus memikirkan juga tindakan-tindakan kita yang dapat berakibat berlawanan dari apa yang kita maksud. Cobalah anda sekali-kali gunakan waktu anda untuk melihat "kemajuan SumBar" dengan menggunakan internet melalui mesin pencari Google dengan memasukkan item "kemajuan Sumbar". Google akan memberikan informasi yang banyak sekali (berhalaman-halaman banyaknya) tentang kemajuan beserta kendalanya yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh orang-orang yang berada di Sumbar,  baik itu dibidang infrasturktur & transportasi, kesehatan, pengembangan ekonomi, keagamaan & sosial kemasyarakatan, pendidikan, pertanian dan lain-lainnya. Untuk tahap awal ini baiklah saya akan attachkan hasil berselanncar yang telah saya lakukan dengan menggunkan Google terhadap item "kemajuan Sumbar" yang saya pilah atas (1) kemajuan Sumbar (2) masalah sosial (3) pendidikan di Sumbar. Attachment ini cukup banyak memakan memory saya harap mudah-mudahan dapat terkirimlah seluruhnya, tapi jika tidak dapat saya harap agar dicari dengan menggunakan mesin pencari Google  seperti yang dijelaskan di atas.
 
Saya tidak mengetahui umur dan didalam era mana sanak hidup. Kalau sja anda pernah ke Bulkittinggi 20 tahun lalu, dan melihat kini, terutama di kampuang sekitarnya. Memang sudah banyak perobahan, tapi perobahan tersebut kearah kemajuan dan modern dalam arti kebebasan. Tapi kalau ditingkat pendidikan entahlah. Pernahkan sanak Ismet memikirkan kenapa 60 % lebih anak SMA di Padang terakhir ini tidak lulus EBTANAS tahap pertama dan Sumbar hampir 50 %? Apa ini memang Minang yang dulu tinggi dalam pendidikan tidak dibilang Mundur.
Dengan membaca attachment yang saya lampirkan mungkin akan dapat mengubah pandangan sanak Darul terhadap apa yang sanak tulis di atas.
 
Mengenai hasil EBTANAS pelajar di Padang dan Sumbar umumnya janganlah sanak terlalu risaukan. Dulu ketika saya lulus EBTANAS nilai kelulusannya adalah 100% begitu juga untuk kelulusan EBTANAS 5 tahun sebelumnya dan 5 tahun sesudahnya juga 100%. Apakah yang demikian ini menjamin bahwa pelajar-pelajar seangkatan saya atau yanag 5 tahun lebih muda atau 5 tahun yang lebih tua merupakan pelajar-pelajar yang unggul ? ...... tidak juga. Hal ini terlihat oleh saya sekarang ini dimana mereka itu tidaklah seluruhnya berhasil, bervariasi kehidupann mereka itu sekarang ini.
 
Dulu kalau batamu di jalan, orang saling tegur sapa, paling nggak ya tanya: kailia mak? Pai kasawah mak? pada hal itu kita sudah tahu benar bahwa orang tersebut mau "kailia" dan " Kapasa". Tapi kini antahlah sanak.
 
Saya ulangi lagi agar sanak Darul untuk membaca dengan teliti setelitinya attachment yang saya lampirkan, terutama hasil Temu Regional Budayawan di Padang tanggal 22-23 Oktober 2003. Untuk kasus yang sanak Darul hadapi ini telah dibahas dalam makalah "Reinterpretasi dan Reposisi Adat dan Tradisi Menghadapi Globalisasi - S.M. Taufik Thaib, SH (Sumbar)". 
 
Kalau boleh saya petikan beberapa hasil Temu Regional tsb :
Persoalan kebudayaan dewasaa ini antara lain terjadii akibat penafsiiran budaya yang keliru, terjadi miskomunikasi budaya antargenerasi. Budaya yang merupakan sistem gagasan yang berisi nilai-nilai, norma dan aturan haruslah dilihat dalam 3 aspek yaitu aspek proses pembelajaran, aspek konteks (suasana, keadaan) dan aspek pelaku pendukung kebudayaan. Adanya era globalisasi yang melanda hampir seluruh permukaan bumi ,akibat kemajuan teknologi, ikut mempengaruhi suasana (konteks) kebudayaan berbagai etnik, akan terjadi aktualisasi sehingga sering mengubah eksistensi kebudayan tersebut. Sementara itu pada tingkat globalisasi terjadi desakralisasi kebudayaan akibat faktor materialisme, teknologi dan ekonomi. Hal ini memberikan petunjuk bagi pentingnya kebudayaan direinterpretasi atau direposisi.
 
Kemballi kepersoalan kenapa sanak Darul tidak lagi di"sapa" oleh masyarakat di tempat di mana 20 tahun yang lalu sering mengalami "sapaan". Globalisasi yang sangat padat dimuati oleh faktor materialis, teknologi dan ekonomi telah membuat masyarakat di sana untuk bertindak lain dari tidakan masyarakat semasa sanak Darul 20 tahun yang lalu berada di sana. Mungkin masyarakat di sana sekarang ini sudah dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ekonomis yaitu tidak perlu lagi (capek) untuk menanyakan hal-hal yang sudah diketahui (kalau boleh memakai istilah Islam mereka beranggapan hal tersebut sebagai tindakan mubazir). Atau juga mereka beranggapan bahwa untuk bertemu / berhubungan dengan seseorang pada zaman sekarang ini sudah sangat-sangat mudah sekali (akibat kemajuan teknologi seperti telepon,  fax, email, hand phone,ataupun camera phone serta transportasi yang menjadikan semua orang terasa lebih dekat ) sehingga "sapaan" tidak mereka anggap perlu lagi sebagai pembuka komunikasi. Atau juga karena kuatnya arus materialisme yang melanda dunia bukan saja di kota-kota besar tapi juga sampai ke desa-desa di Sumbar sehingga memaksa mereka mengumpulkan materi untuk menghadapi tekanan, himpitan, godaan materialisme ataupun beban hidup yang harus mereka hadapi, tidak seperti 20 tahun yang lalu yang kalau satu petak sawah cukup untuk dibagi 4 orang tetapi sekarang tentulah pembaginya jauh lebih besar dari 4 orang sehingga memaksa mereka tidak punya waktu lagi untuk berleha-leha dengan "sapaan" yang mereka anggap dapat diigantikan oleh teknologi yang sudah banyak menjamur di sekitar mereka. Jadi seharusnya sanak Darul berbesar hati dengan kemajuan yang dicapai oleh masyarakat yang telah ditinggalkan lebih dari 20 tahun yang lalu itu.
 
Coba renungkan, apa kita akan selalu menepuk dada, bahwa Minang itu unggul ............ padahal alah taungguak?
 
Yang seharusnya merenung duluan menurut saya adalah sanak Darul, terutama setelah berselancar dengan Google dengan item "kemajua Sumbar" .Setelah pundi-pundi sanak Darul terisi penuh oleh informasi-informasi yang "positive" penilaian tehadap Sumbar begitu juga terhadap masyarakatnya sekarang ini yang sudah tentu jelas berubah dari 20 tahun yang lalu akan lebih fair.
 
 
 
Wassalam
 
M. Ismet Ismail
 
 
 
 
From: Darul
Sent: Saturday, March 27, 2004 8:13 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang

Assalamualaikum WW
 
Pernahkah sanak Ismet melihat dan memikirkan bahwa dulu orang Minang sangat menonjol di khasanah Nusantara ini, tapi kini telah diambil alih oleh orang Batak? Apa ini menunjukkan bahwa keadaan Minang dulu dengan sekarang sama, sedang daerah lain maju pesat?
 
Saya tidak mengetahui umur dan didalam era mana sanak hidup. Kalau sja anda pernah ke Bulkittinggi 20 tahun lalu, dan melihat kini, terutama di kampuang sekitarnya. Memang sudah banyak perobahan, tapi perobahan tersebut kearah kemajuan dan modern dalam arti kebebasan. Tapi kalau ditingkat pendidikan entahlah. Pernahkan sanak Ismet memikirkan kenapa 60 % lebih anak SMA di Padang terakhir ini tidak lulus EBTANAS tahap pertama dan Sumbar hampir 50 %? Apa ini memang Minang yang dulu tinggi dalam pendidikan tidak dibilang Mundur.
Dulu kalau batamu di jalan, orang saling tegur sapa, paling nggak ya tanya: kailia mak? Pai kasawah mak? pada hal itu kita sudah tahu benar bahwa orang tersebut mau "kailia" dan " Kapasa". Tapi kini antahlah sanak.
 
Coba renungkan, apa kita akan selalu menepuk dada, bahwa Minang itu unggul ............ padahal alah taungguak?
 
Wass. WW
St.P

 
 -----Original Message-----
From:   M. Ismet Ismail [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, March 26, 2004 5:01 PM
To:     Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
Subject:        Re: [EMAIL PROTECTED] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang

Assalamu'alaikum WW
Antahlah Isna dan Capt jo Z Chan jaan talampau kiro (over acting) manganggap urang yang tingga di Sumbar kiniko buruak sado alahe (seolah-olah awak se yang di rantau ko elok-elok).

Manuruik ambo kahidupan di Sumbar itu biaso-biaso sajo bak kecek urang normal-noraml sae. Buktinyo kehidupan di Sumbar masih berjalan sarupo biasa, tidak hancur sarupo yang dikiro oleh sanak-sanak sado alahe.

Apo-apo yang ditulih oleh Isna tentang kekurangan yang ia lihat katiko
pulang ka Sumbar, sadonyo tajadi jugo dima tampek awak marantau kiniko. Jaan
mancaliak yang buruak-buruak sajo tidak etis awak namonyo itu do. Suatu
karakteristik kahidupan itu pasti ado pasangan, yang baik jo yang buruak,
yang hitam jo yang putiah, yang rajin jo yang maleh, yang luruih jo yang
maliang. Itulah yang dinamaokan hidup di dunia ko.


Wassalam
MII


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke