Kamanakanda Riyadi,
 
Posting kamanakan nan di bawah ko 5 buah ambo tarimo. Rasonyo indak paralu dibuek alamaik milis-cadangan 2 x sudah tu batambah pulo jo palanta. Paralu kamanakan kana-kana, mamak nan pakai internet plat hitam di rumah musti mambaia ISP jo pulsa telepon dari pitih pansiun nan jumlahnyo cuma sahari makan ka lapau dek urang kayo. Makin banyak posting mubazir dan makin gadang file posting tu makin lamo lo mandownloadnyo. Ujuangnyo, makin banyak lo ambo mambaia bulan nan ka tibo. Alun lo baban bandwith nan batambah barek dalam perjalanan posting tu.
 
mak Sati (67 thn)
Padang
 
----- Original Message -----
Sent: Friday, May 07, 2004 2:33 PM
Subject: Re: [Palanta] Mega-Hasyim Muzadi vs Wiranto-Gus Soleh, Siapa Untung?

Yang manang orang MINANG, karano Mega me"MINANG"  Hasyim Muzadi dan Wiranto me"MINANG" Gus Soleh
 
-------Original Message-------
 
Date: 05/02/04 11:07:18
Subject: [Palanta] Mega-Hasyim Muzadi vs Wiranto-Gus Soleh, Siapa Untung?
 

Usaha Kubu Mega dan kubu Wiranto untuk merebut suara para nahdyin untuk memenangkan Plipres semakin “seru” manakala Hasyim Muzadi dikabarkan cenderung untuk menerima tawaran Mega, sementara kubu Wiranto mulai mendekati adik Gus Dur Salahudin Wahid (Gus Sol) yang berlatar pendidikan umum itu (Gus Sol adalah seorang insinyur). Kalau Gus Dur berhasil mengatasi hambatan pemerikasaan kesehatan dan terus maju ke putaran pertama, peta kekuatan para kandidat yang mengandalkan suara para nahdyin, semakin “complicated” dan semakin asik. Tentu lebih asik jiga Gus Dur terhambat dan tentunya tidak mudah untuk menduga, siapa  cawapres dari NU yang akan direstui Gus Dur---yang memang “sepak terjangnya” sangat sulit diduga itu---di antara  Hasyim Muzadi (HM) dan Gus Sol?

Siapapun yang direstui Gus Dur, nampaknya suara warga para nahdyin akan terpecah. Dan di sini Wiranto akan lebih diuntungkan, karena masih banyak para Kiyai---yang suaranya akan didengar oleh warga NU---yang masih “dendam” kepada Mega yang berperan besar dalam menurunkan dan kemudian menggantikan “junjungannya” sebagai Presiden, serta sikap Fraksi PDI yang tidak mendukung UU Sisdiknas (harap tidak lupa bahwa Fraksi KB termasuk pendukung UU Sisdiknas walaupun Gus Dur menentangnya) Suara PPP yang tentunya kecewa kerna HH ditinggalkan Mega hampir dipastikan sebagian besar akan pergi ke lawan-lawan Mega.

Kesimpulannya, peluang Mega semakin kecil. Sangat mungkin posisi Mega, bak kata pepatah: mengharapkan mendung di langit (dukungan warga nahdyin yang suaranya terpecah atau tidak mungkin diraup semua), air di tempayan (sebagian besar suara pendukung PPP yang sudah pasti) ditumpahkan.

Gus Dur walaupun jadi maju, sepertinya sulit maju ke putaran kedua. Pak Amien idem ditto.

So, yang akan berpeluang keputaran kedua adalah duet Wiranto-Gus Sol dan “kuda” hitam SBY-JK.

Lalu ke mana suara para para nahdyin pada putaran kedua. Kayaknya tidak semua akan ke Wiranto-Gus Sol karena tidak sedikit pula yang akan kesengsem kepada penampilan SBY yang kalem dan santun itu.

Suara pendukung Mega? Kayaknya akan lebih sedikit ke SBY-JK.

Suara pendukung PPP? Kayaknya juga akan lebih sedikit ke SBY-JK, terutama kalau Wiranto berhasil menggunakan “kartu” Islam.

Tetapi apakah  SBY-JK akan pasti “keok”? Belum tentu juga. Suara pendukung pak Amien, khususnya yang dari Muhammadyah sebagian besar akan lari ke SBY-JK, karena selain persamaan visi, JK---mungkin banyak yang belum tahu---adalah seorang tokoh Muhammdyah. Mayoritas suara pendukung PKS idem ditto. Sementara suara pendukung Golkar di IBT dan sebagian Sumatra dan Jawa  yang mendukung SBY-JK diputaran pertama kembali akan mendukung duet ini. Belum lagi dukungan dari para profesional, LSM dan kalangan perguruan tinggi yang lebih “alergi” kepada Wiranto ketimbang SBY walaupun sama-sama berlatar belakang militer.

Lalu kira-kira siapa yang akan keluar sebagai pemenang?

Ketika saya mencoba menggosok-gosok bola kristal saya, tulisan yang muncul adalah: “Tau ah lap”!

Namun secara pribadi  saya menjagokan, tepatnya mengharapkan duet SBY-JK akan keluar sebagai pemenang. Selain relatif bersih, kompak dan lebih siap, termasuk kesiapan dana (bukankah JK pengusaha sukses) duet ini mempunyai kesamaan dan kejelasan misi dan visi. Seperti diketahui, dalam UU Perencanaan Nasional yang baru,  misi dan visi presiden terpilih merupakan “GBHN” (karena MPR tidak lagi akan menetapkan produk hukum ini), dari mana rencana lima tahun Pemerintah  dan RUU APBN yang disusun kabinet. Sementara pada capres-capres lain ini belum kelihatan atau belum punya sama sekali.

Soal SBY, berlatar belakang militer? Who cares? yang penting kan ouput dan outcomenya, dan memenangkan pilpres dengan bersih dan demokratis.

Bahwa prediksi-prediksi tersebut biisa meleset, tentunya soal lain. Namanya juga prediksi.

Begitchu

Wassalam, Darwin
Analis politik amatiran.

 
____________________________________________________
  IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here

<<IMSTP.gif>>

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke