http://ranah-minang.info/content.php?article.17

Filsafat Adat Minangkabau
oleh Gufron pada Saturday 14 February 2004

Filsafat atau falsafah Minangkabau disebut dengan Falsafah Samo atau sama,
bermakna persamaan, kesamaan dan kebersamaan antar individu, antara kaum dan
antara desa. Dan ada yang mengatakan sikap sosiologis orang Minangkabau
adalah egaliter, yaitu tidak merasa orang lain lebih tinggi dari dirinya
sendiri.

Falsafah alam Minangkabau meletakkan setiap manusia atau orang dalam status
yang sama, seperti kata pepatah:

Tagak samo tinggi
Duduak samo randah

Setiap manusia mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda-beda menurut harkat
dan martabatnya masing-masing. Seperti dikatakan orang Minangkabau:

Nan buto paambuih lasuang
Nan pakak palapeh badia
Nan lumpuah paunyi rumah
Nan binguang disuruah-suruah
Nan cadiak lawan barundiang


MALU YANG HARUS DIHINDARI

Merasa diri kurang berharga merupakan kesia-siaan, merasa diri paling tinggi
merupakan kegilaan, akan tetapi harga diri yang jatuh (hilang) merupakan
suatu aib yang memalukan.

Merendahkan harga diri yang tidak dapat dimaafkan antara lain mengemis atau
meminta belas kasihan. Rasa malu atau aib yang diderita itu akan melibatkan
seluruh kerabat dan lingkungan masyarakatnya sendiri, karena seolah-olah
tidak mampu menghiraukan dan melindungi kerabatnya sendiri atau warga
masyarakatnya sendiri.

Untuk menjaga agar tidak seorangpun kena aib, harus pandai menyimpannya dari
mata orang lain, seperti petuah:


Mamakan habih-habih
Manyuruak hilang-hilang

Adakalanya rasa malu itu datang karena harga diri dijatuhkan orang lain
dengan cara penghinaan. Pituah mengajarkan agar mereka melakukan pembalasan.
Sebagaimana dikatakan orang Minang "Musuah indak dicari, basuo pantang
dielakkan, tabujua lalu tabalintang patah". Jikalau yang memberi hinaan
lebih kuat untuk dilawan, maka ada pameo yang mengatakan "tak lalu dandang
dek aia, di gurun ditunjuak-an juo" (walaupun sampan tidak dapat lewat
melalui air, diusahakan juga melalui pasir atau gurun), yang artinya kalau
tidak dapat membalas dengan cara biasa, maka balaslah dengan cara tidak
biasa.

SATITIAK JADIKAN LAUIK

Sebagaimana kita ketahui, dalam alam Minangkabau, semua yang berlaku baik
itu adat, kehidupan sosial atau masyarakatnya berguru kepada alam yang
terbentang luas.

Seperti pepatah Minangkabau "satitiak jadikan lauik", artinya walapun kita
cuma dapat sedikit, namun harus dikembangkan. Seperti ilmu yang diperoleh,
walaupun cuma sedikit, tetap harus dikembangkan pada masyarakat.

SAKAPA DIGUNUANGKAN

Pepatah ini memiliki arti yang luas. Maksudnya disini, barang sesuatu yang
diperoleh baik dari jerih payah sendiri maupun dari pemberian orang lain
walaupun sedikit, tetap harus disyukuri dan kita anggap sebagai nikmat yang
besar.

ALAM TAKAMBANG JADI GURU

Orang Minangkabau menamakan tanah airnya "Alam Minangkabau". Alam bagi
mereka adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir dan mati,
atau tempat hidup dan berkembang, melainkan juga mempunyai makna fisiologi,
seperti yang diungkapkan dalam "Alam Takambang Jadi Guru". Oleh karena itu,
ajaran dan pandangan hidup orang Minang dinukilkan dalam pepatah, petitih,
mamangan dan yang lainnya. Mengambil ungkapan dalam bentuk, sifat dan
kehidupan alam seperti:

Panakik pisau sirauik
ambiak galah batang lintabuang
silodang ambiak ka niru
nan satitiak jadikan lauik
nan sakapa jadikan gunuang
alam takambang jadi guru

Ketentuan-ketentuan alam yang disusun menjadi pepatah atau petitih
digambarkan dalam berbagai bentuk dan corak, ada yang dinyatakan secara
langsung dan ada yang tidak. Seperti yang dimaksud dalam gurindam berikut:

Malangkah di ujuang padang
Basilek di ujuang karih
Kato salalu baumpamo
Rundingan nan banyak bamisalan

Untuk lebih jelasnya bahwa Alam Takambang Jadi Guru merupakan sumber
pengetahuan bagi orang Minangkabau, dapat dilihat pada kata mufakat yang
menjadi titik tolak bagi setiap usaha untuk mencapai tujuan yang baik dalam
terlaksananya aturan adat.

Yang merupakan sumber dari kata mufakat dari ketentuan alam ialah:

Bulek aia kapambuluah
Bulek kato dek mufakat
Bulek baru digolekkan
Tipih baru dilayangkan

Adat Minangkabau berpedoman kepada ketentuan alam dan firman Allah S.W.T
yang terdapat dalam Al-Qur'anul Karim tentang mempelajari alam itu bagi
orang-orang yang berfikir. Maka, masuknya agama Islam di Minangkabau semakin
menyempurnakan adat Minangkabau, karena orang Minangkabau mengatakan "Alam
Takambang Jadi Guru".



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke