Saya sangat tertarik dengan diskusi ini, namun saat ini saya kesulitan waktu untuk ikut membahas lebih tajam , namun saya coba sedikit semoga kita bisa sama sama mencari solusi terbaik buat sebuah wacana yang sudah ditimbulkan ini
  1. Guna mengatasi alur laut yang memutar hampir separo pulau Sumatera kita mungkin bisa membuat semacam sistem estafet dari SUMBAR ke Riau melalui Pekanbaru, tentu saja kita harus punya sistem transportasi darat yang kuat, sistem pergudangan di Pekanbaru dan Dumai - Batam  yang mampu menampung timbunan barang ekspor kita, artinya kalau sayur mayur yang ditumpuk tentu ada sarana pendingin untuk menahan kesegaran sayur mayur tersebut.
  2. Pertanian kita sudah harus di mulai dengan sistem pertanian Modern dalam mengejar kualitas yang sanggup membahana / menggaung ditingkat Dunia, paling tidak setara Bangkok.............
  3. Sistem ekonomi kerakyatan yang mengutamakan kepentingan petani harus sudah dimulai dengan menunjukkan sistem Managemen Pertanian yang transparans dalam permodalan dan pengelolaan termasuk mengikutkan modal rakyat baik modal uang / financial maupun modal lahan sehingga setiap masyarakat yang punya modal financial bisa berperan dan masyarakat yang mempunyai lahan juga dapat ikut serta
  4. Saya ingin mengajak ulama SUMBAR untuk berfikir maju kedepan dalam pengumpulan Zakat Maal............ , untuk mengkaji pemanfaatan zakat maal ini sebagai modal usaha bagi kaum duafa / asnap yang bisa menerimanya, bukan terkumpul hari ini langsung dibagi dan lusa mereka duafa kembali , sekali lagi untuk Zakat Maal, bukan zakat Fitrah........ ini tentu para ulamalah yang bisa mengkajinya, sebab kalau bisa dikelola profesional kita bisa bayangkan betapa besar dana yang bisa dihimpun.
  5. Bisnis lain adalah pengelolaan CPO yang berlimpah ruah dari Profinsi tetangga ( Riau ) di Riau / Pekanbaru TBS sudah kewalahan untuk di olah di kilang kilang CPO yang ada di Riau karena jumlahnya yang tidak seimbang antara jumlah ladang kelapa sawit dan kilang CPO, ini mungkin bisa di buat kilang CPO di daerah Payo Kumbuah atau Pangkalan melalui dana Zakat Maal tadi, yang duafa bisa kerja yang tidak bekerja bisa di santuini untuk berusaha dibidang support kilang ini.
  6. Kalaupun kita terbatas Sumber dayanya , kita juga masih bisa membuat kilang proses lanjutan dari CPO ini, kenapa harus dikirim ke Malaysia CPO dan kembali lagi ke Indonesia dalam bentuk lain, SUMBAR yang "harusnya" berperan membangun industri lanjutan dari produk produk yang ada di Riau supaya kita bisa sejajar dengan Riau dalam segi Ekonomi.
Ini sih wacana, saya setuju dari rekan rekan yang berkomentar : pulanglah ke Sumbar dan berbuat untuk itu, namun tidak semua kita mampu melakukan secara individu, jika kita mau bersatu dalam permodalan, Insya Allah kita bisa berperan mengmbangkan ekonomi di SUMBAR
 
Mari kita adakan Seminar dengan mendatangkan pakar yang bekompetent dalam hal yang kita bincangkan agak 2-3 hari di Bukittinggi kita keluar dengan action item lengkap dengan PIC, dan Time tablenya
 
Dalam membuat rencana acuan kita adalah SMART, Systematic, Measurable, Attainable, Realistic dan time oriented
 
Salam
Azizar Aras


-----Original Message-----
From: Miko A Mikardo [
mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, February 07, 2002 9:13 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Masalah Bisnis Sumatera Barat -->RE: [RantauNet] Investasi
Proyek


ŧ§ä£ãmmü°â£áìküm wå®rãhmâtú££àhï wâßá®õkåtüh

Ambo tertarik jo masalah
 
Dipotong untuak mengurangi beban kawan kawan..........................

Kirim email ke