Nampaknya logika paradox ini bisa pula kita gunakan untuk melihat/memahami
orang Minang atau kondisi Sumbar saat ini.
Misalnya Konsep "adat basandi syarak,syarak basandi kitabullah" , mungkin
akan susah memahami nya bila melihat apa yg dinyatakan dengan apa yg
terjadi sehari hari pada orang Minang (pola pikir lurus) , nah kalau dengan
pola pikir paradox ini (pola berpikir terbalik) akan lebih mudah memahami
nya.

Nampaknya urang Minang tanpa disadari telah mengadopsi pula pepatah logika
paradox Jawa 'Ngono yo ngono, jeng ojo ngono " . yang kira kira arti
harfiahnya "Begitu sih , begitu, tapi jangan begitulah"

kecek kawan ambo, urang Minang juga punya logika paradox yg tak kalah
hebatnya ;
"takuruang handak di lua , tajapik handak di ateh"

wassalam

Hendra M
Jakarta


>Sabtu, 23 Februari  2002

Paradoks Indonesia

                            Oleh Jakob Sumardjo


INDONESIA itu suatu  paradoks. Marilah kita lihat riwayat pemerintahan
kita. Presiden pertama kita,  dipilih secara formal oleh Komite Nasional
alias MPR Darurat, kemudian oleh MPR  Sementara. Akan tetapi, presiden ini
jatuh oleh "MPR jalanan" alias demonstrasi  "rakyat". Dipilih secara formal
kenegaraan, dan jatuh secara nonformal. Presiden  kedua juga berkali-kali
dipilih secara formal, dan jatuh secara nonformal pula.  Anehnya, presiden
ketiga tidak dipilih secara formal, justru jatuh secara  formal. Sedangkan
presiden keempat kembali dipilih secara formal, tetapi, sekali  lagi, juga
jatuh secara demonstrasi nonformal, yang diperkuat secara formal.  Presiden
kita yang kelima ini dipilih secara formal (sembari nonformal pula),
apakah akan dijatuhkan secara formal atau nonformal, atau secara gabungan
seperti pendahulunya?

Pemikiran pascakolonial tidak dijalankan. Rakyat tidak mengenal lembaga
perwakilan rakyat, karena di desa-desa, di kecamatan, di kabupaten, lembaga
semacam itu tak ada. Presiden sama saja dengan lurah, yang akan menentukan
"hitam-putih"-nya kehidupan rakyat. Gedung pengadilan dari dulu hanya di
tingkat  kabupaten.

Begitulah adanya, hantu kolonial itu masih bergentayangan di kepala  kita.




RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke