Kusno A Sambowo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

To: [EMAIL PROTECTED]
From: "Kusno A Sambowo" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Mon, 25 Mar 2002 21:43:40 -0000
Subject: [kibar] ISITEKS
Reply-to: [EMAIL PROTECTED]

Assalamu'alaikum wr. wb.
Semoga perjalanan dan kiprah Dr. Sasmita 'Ibnu Sina dari Bantul'
ini memberi inspirasi dan semangat kawan-2 Kibar sekembali ke
tanah air nanti.
Wassalam, KS

------- Forwarded message follows -------
From:                 "Info Sekilas" <[EMAIL PROTECTED]>

Ibnu Sina dari Bantul
Sekitar seribu tahun lalu lahir seorang tokoh yang kemudian
menjadi pionir dalam bidang kedokteran modern. Namanya Ibnu
Sina. Di Barat tokoh ini lebih dikenal dengan nama Avicenna. Ia
bukan saja ahli mengobati berbagai penyakit, tapi juga seorang
filsuf Islam yang sangat terkenal.

Nah, kini dari Bantul Yogyakarta telah m uncul "Ibnu Sina" yang
lain. Namanya Djaka Sasmita, seorang ilmuwan jenius yang
rendah hati tapi juga mahir mengobati berbagai penyakit. Sebagai
ilmuwan, Djaka berhasil menelorkan karya-karya inovatif yang
bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Sebagai "dokter", ia
telah berhasil menyembuhkan ribuah orang.

Dalam mengobati penyakit, Djaka menggunakan metode terapi
Gelombang Non Elektro Magnetik (GNEM). Gelombang ini
dipancarkan dari komputer yang programnya dirancang sendiri oleh
Djaka, demikian panggilan akrabnya. Dengan metode ini suatu
penyakit dapat dideteksi secara lebih dini dan sangat akurat,
sekaligus memberikan terapi secara tepat tanpa akibat samping.

Seorang bernama Bieke Rubindra setelah diperiksa dengan GNEM
terdeteksi mengindap penyakit hipertiroid dan kanker getah bening.
Karena tidak merasa ada keluhan, ia tak percaya. Dua tahun
kemudian ia sakit dan setelah diperiksa di laboratorium medis, ia
dinyatakan sakit kanker getah bening. Terbukti, GNEM mampu
mendeteksi penyakit 2 tahun lebih cepat.

Dr Justiar Gunawan dari BPPT, anaknya terserang kanker otak dan
leukemia. Dokter sudah angkat tangan. Kini berobat ke Djaka,
keadaannya berangsung-angsur membaik. "Tinggal terapi lewat
telpon saja," katanya. Masih ada cerita lain. Amaliyah Madiyan,
dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran UGM ini terserang
penyakit jantung. Akibatnya, ia merasa cepat letih. Kemudian ikut
terapi di Isiteks (klinik kesehatan milik Djaka) selama 25 menit.
Hasilnya, setelah ikut terapi 4 kali, kini penyakit jantung sembuh
dan ia merasa segar kembali.

Anak Jenius

Djaka Sasmita adalah anak keempat dari Djogo Pertiwi (alm),
seorang juru kunci makam raja-raja Mataram Imogiri Bantul
Yogyakarta. Terlahir 47 tahun lalu, Djaka kecil menempuh
pendidikan SD dan SMP di Imogiri, lalu SMA di Bantul. Begitu
lulus ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM)
jurusa n Kimia.

Dasar anak cerdas, sejak sekolah dasar Djaka selalu meraih juara,
bahkan sewaktu kuliah sempat lompat dari tingkat pertama
langsung ke tingkat tiga. Sebuah prestasi yang hanya dimiliki tiga
dari ribuan mahasiswa seangkatannya di almamaternya. "Ia
memang mempunyai kecerdasan di atas teman-teman yang lain,"
kata Sabirin Mastjeh, kawan kuliah Djaka.

Namun justru sejak kenaikan tingkat itu ia didera kegelisahan.
Djaka tidak menemukan apa yang dicarinya. Belajar di perguruan
tinggi baginya hanya membuang waktu. Sebab, yang dipelajari hal-
hal yang tidak praktis dan menjemukan. Hukum-hukum yang
diajarkan di kampus menurutnya tidak kuat dan banyak kelemahan.

Djaka merasa tak bakal mencapai cita-citanya sebagai penemu
yang dapat memberi sumbangan bagi dunia pengetahuan, apabila
terus berkutat dengan kuliahnya. Djaka pun jadi malas kuliah dan
memilih sibuk melakukan penelitian-penelitian sendiri. Hanya atas
saran orang tua dan beberapa pihak, Djaka bersedia me lanjutkan
kuliahnya. Tetapi belum lagi lulus, ia sudah diminta mengajar di
almamaternya. Bahkan pada tahun l977 oleh ketua program
Matematika, Djaka diminta mengajar para dosen Matematika,
Fisika dan Kimia. Uniknya, tiga tahun kemudian Djaka baru meraih
gelar sarjana.

Gelar doktornya diselesaikan di Belanda, yakni di bidang
Thermodinamika di Universitas Utrecht (Belanda), tempat di mana
Aristoteles pernah belajar. Di Utrecht Djaka lebih banyak mengikuti
berbagai seminar dan diskusi ketimbang kuliah di ruang kelas. Di
situlah ia memaparkan teori-teori temuannya. Mulanya banyak
ilmuwan menentangnya. Namun setelah Djaka sedikit
menjelaskan, mereka bisa menerima. Bisa jadi, itu karena mereka
tidak mampu mematahkan teori-teorinya Djaka. Termasuk salah
seorang profesor pembimbingnya sendiri akhirnya "menyerah".
"Ilmu saya tidak cukup untuk mengajari Anda, sayalah yang harus
belajar pada Anda", kata Sang Profesor. Praktis Djaka tidak
banyak mengikuti kuliah selama di B elanda. Dia hanya
menghabiskan waktunya untuk belajar sendiri dan berkunjung ke
berbagai perpustakaan. Di sinilah Djaka menemukan sebagian dari
khazanah keilmuan Islam jaman dulu yang dicuri orang-orang
Barat. "Di perpustakaan Elschecunde yang terletak di jalan
Padualan, ada beberapa karya ilmuwan Muslim dalam tulisan
aslinya," kenangnya. Dari situ pula Djaka mengetahui bahwa dalil
sinus cosinus itu penemunya adalah ilmuwan Muslim.

Dalam mengembangkan ilmunya kemudian, Djaka merasa cukup
dengan al-Qur'an saja. "Al-Quran ini sudah lengkap kandungannya,
tinggal kita baca, tambang dan olah saja", kata Djaka yang pernah
nyantri di salah satu pesantren di Jawa Timur itu. Hal ini
dibuktikannya, misalnya pada ayat nuurun `alaa nuurin yang
artinya `cahaya di atas cahaya' dipahaminya bahwa cahaya itu
bertingkat-tingkat. Berdasarkan ayat ini, Djaka berhasil meracik
berbagai peralatan medis yang memiliki kecepatan berlipat
dibanding yang sudah ada. Misalnya Alat Laju Endap Dar ah (LED),
dapat bekerja sepuluh kali lebih cepat dari peralatan biasa dengan
kemampuan periksa hingga 64 pasien sekaligus. Temuan lainnya
adalah alat test DNA yang di rumah sakit bisa memakan waktu
beberapa hari, di klinik Djaka cukup dengan waktu setengah menit
saja.

Untuk menularkan ilmunya, pada tahun 1992 Djaka mendirikan
Pesantren Terpadu ISITEKS (Islam, Ilmu, Teknologi dan Seni).
Misinya memberikan bekal Islam, ilmu, teknologi dan seni yang
handal bagi para santrinya. Mottonya, "mengejar IPTEK bersumber
dari al-Qur'an". Ini memang bukan pesantren biasa, sebab
kebanyakan santrinya adalah ilmuwan dari berbagai disiplin bidang
ilmu seperti kedokteran, komputer, biologi, pertanian, kimia, fisika
dan lainnya. Karena itu di ISITEKS ada beberapa pusat kajian.
Misalnya seperti Pusat Kajian Kimia, Pusat Kajian Biologi, Pusat
Kajian Teknologi Komputer, Pusat Kajian Kesehatan dll.

Sebulan sekali, para santri Djaka datang untuk melakukan temu
bidang multi disipline r. Masing-masing mengungkapkan
perkembangan penelitian mereka dan Djaka memberikan arahan-
arahan atau menunjukkan ketika seorang santri mengalami
kebuntuan dalam penelitiannya. Kadangkala terjadi diskusi antar
bidang dan Djaka menjembatani gap antar mereka dan menjadi
penengahnya sehingga tak jarang berhasil memadukan beberapa
penemuan.

Beberapa santrinya kini telah menghasilkan karya yang bermanfaat
bagi masyarakat luas. Misalnya, Tebu Rendemen Tinggi. Bermula
dari permintaan seorang kepala pabrik gula yang mengeluh
rendahnya rendemen tebu (6%). Maka Pusat Penelitian Pertanian
ISITEKS meneliti dan akhirnya menghasilkan benih tebu yang tak
berbunga sehingga mampu menghasilkan rendemen tinggi hingga
24%. Hebatnya, penanamannya tak perlu dengan mencangkul dan
memupuk. Cukup ditebar, dia akan tumbuh subur.

Penemuan lain adalah alat Laju Endap Darah (LED). Dr Nur Asikin,
seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di
bawah bimbingan Djaka berhasil me nemukan alat yang memiliki
kecepatan 10 kali lipat dari alat yang sudah ada yakni dari 120
menit menjadi hanya 10 menit. Alat ini juga dapat digunakan
sekaligus untuk 64 pasien. Tentu saja dengan beberapa
keberhasilan itu, mengundang banyak orang untuk menjadi santri.
Tapi hanya sedikit yang diterima. "Saya ingin memastikan bahwa
para santri belajar dengan niat yang ikhlas untuk memberikan
sumbangan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk
ummat. Saya ingin menjaga supaya aktifitas penelitian yang ada
tidak dikotori oleh amal yang tidak shalih." tegas Djaka. Pernah
ada tawaran untuk menjadikan ISITEKS menjadi sebuah proyek
pendidikan dengan menjanjikan dana ratusan juta rupiah, namun
ditolak oleh Djaka. "Karena saya melihat ada kepentingan materi di
dalamnya" katanya. "Lebih baik sedikit tapi halal," kata Djaka
seraya menambahkan bahwa apa yang dilakukannya lebih pada
pertimbangan akhirat.

Kecewa dengan Pendidikan Menurut Djaka, pendidikan sebaiknya
disel enggarakan untuk menjawab permasalahan di masyarakat dan
memperhatikan tujuan pokoknya, yakni mau dijadikan apa dan
untuk bisa apa sang siswa. Tentu saja tanpa mengabaikan ilmu-
ilmu pendukung. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikannya
dapat lebih terpilih. Artinya, pelajaran yang diberikan adalah yang
sesuai dengan minat setiap siswa dan kebutuhan masyarakat.
Sehingga tak ada pelajaran yang diulang-ulang dan tidak terpakai
di kemudian hari seperti yang banyak terjadi kini. "Yang
menjadikan bangsa kita mundur adalah karena kita sering belajar
hal-hal yang sebenarnya tidak perlu," kata Djaka. Atas dasar
itulah, Djaka kemudian menarik keluar Ida Saraswati, putri
pertamanya dari SMU Negeri. Putrinya itu kemudian dididik sendiri.
Demikian juga dua adiknya. Hasilnya, enam bulan setelah keluar
dari sekolah, Ida sudah bisa membuat alat pemeriksa gelombang
otak atau EEG (Electro Encepalography). Sekarang, di usianya
yang masih 19 tahun, Ida sudah pintar membuat chip komputer, < BR>dari komponen dasarnya sampai menjadi IC. Sementara bahasa
programnya diracik oleh adiknya, Sikla Istiningsih (16) dan
miniaturisasinya dikerjakan oleh anak ketiga, Dika Sistrandari (14).
"Apabila sekolah di luar, sampai lulus doktor pun belum tentu dia
bisa membuat alat-alat tersebut," tandas Djaka meyakinkan, tanpa
kesan bangga diri.. Bachroni

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Artikel lain : http://artikel.cjb.net/14.html
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


------- End of forwarded message -------

Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT

*******************************************************
* Keluarga Islam Britania Raya dan Sekitarnya (KIBAR) *
*   Forum Silaturahmi warga muslim Indonesia di UK    *
*      Mailing List: [EMAIL PROTECTED]            *
*          Web Site: http://www.kibar.org.uk          *
*-----------------------------------------------------*
*     Unsubscribe: [EMAIL PROTECTED]  *
*******************************************************


Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.


Delil Khairat
London Guildhall University
84 Moorgate
London
Mobile: +44 77 89 202 204
Home: +44 20 899 50 435



Do You Yahoo!?
Get personalised at My Yahoo!.

Kirim email ke