Salam Keluarga Berencana (Cukup 2 istri saja)

No such the domestic issues even ever (insha Allah) exist, Evi. I am just trying to be generous for you sharing tears and dears. Shoulder for sale! Shoulder for sale! Big sale, big shoulder (this one is basayok, you know). So what? You don't want to cry on it? Okay, you can give a bit love bite on my shoulder. Bbb...b..but promise me, no more than just a single bite, will you?.  Two bites or more can be real cultural constraints at home!

Love bite, shoulder hurts (Deep Purple)

 

  Evi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 
----- Original Message -----

A man whose shoulder you may cry on >>>

What are the cultural constraints in your home for undertaking a project like this?

Evi

A.C. St Rangkayo Labih

  Wahdi Azmi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 

Assalamualaikum,

Bahu lelaki tempat yang nyaman untuk menangis?

Lelaki yang mana dan perempuan yang mana Vi ? ternyata kerangka pikir saya jauh lebih sempit dari hanya sekedar dua kutub, laki-laki dan perempuan. Bagi saya jauh lebih menarik menilai seseorang sebagai sebuah individu yang utuh, terlepas apakah dia seorang perempuan, lelaki atau diantaranya.

Bukan hanya sex, orang bahkan seringpula memvonis sekelompok orang sama berdasarkan sukunya bahkan agama.

Sudah sangat populer bahwa padang identik dengan pangicuah (bengkok), pancikik dll. Masih banyak Ibu-ibu minang yang tidak rela anaknya kawin dengan wanita sunda karena menganggap semua wanita sunda tukang plorot, di Aceh masih banyak gadis yang geli membayangkan harus dimanja oleh seorang pemuda batak, dll.

 

Kalaupun harus bicara tentang jenis kelamin, satu hal yang menarik bagi saya adalah begitu giat dan konsistenya para aktivis keperempuanan mencurahkan semua perhatian dan tenaga untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan. Secara genetis perilaku ini diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Hasilnya sudah lumayan, sudah banyak kaum istri yang berani membangkang kepada suami.

Lelaki yang tidak peduli dengan permasalahan siapa yang dibawah siapa yang diatas cukup terlena akan kejayaan masa lalunya (diatas dan dibawah sama enaknya J).

Coba lihat, ketika perempuan pada rajin pakai celana panjang kan nggak ada laki-laki yang blingsatan lalu membalas dengan memakai rok kemana-mana. Ketika perempuan ikutan bermain tinju kan kami lelaki nggak lantas harus bermain congklak.

 Padahal kalau ditanya satu persatu siapa yang paling mencintai perempuan jawabannya pasti laki-laki, laki-laki mencintai perempuan jauh lebih besar daripada seorang aktifis perempuan mencintai perempuan tul nggak?

 Apalagi kalau kita percaya kepada agama kita yang sudah mengatur segala sesuatunya itu pada posisi yang paling menguntungkan untuk semua pihak, lil alamin.

 Ini hanya gelitikan untuk Evi supaya kita bisa lebih banyak ngobrol, dan bertukar pikiran untuk hal-hal yang ringan, yang berat saya nggak mau ikut, udah cukup pusing..


W.A.St.Rajo Imbang




Do You Yahoo!?
Yahoo! Health - your guide to health and wellness



Do You Yahoo!?
Yahoo! Health - your guide to health and wellness

Kirim email ke