Assalamu'alaikum wr.wb,

Kamanakan Fendi jo Revrisond
Maetong doso jo sarugo gampang, sagampang MW mancalonkan baliak
LetJen Sutiyoso tersayang.
Manuruik ambo urang pandie ko, nan bautang dan minta utang kan awak
kawan-kawan angku nan di Jakarta, baa pulo mangko IMF nan disalahkan,
soal persyaratan pambari hutang itukan lazim sajo, sasuia jo alue dan
patuik.
Apo lah lanteh bana ati kalua dari sistem ekonomi global, apo lai bisa.
Tolonglah dijalehkan ka kami nan andie-andie ko.
Salam

St. Bagindo Nagari

----- Original Message -----
From: "fendi KOTO" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, July 08, 2002 4:14 PM
Subject: [RantauNet] Tulisan Uda Revrisond ttg Doso IMF


>
> DOSA-DOSA IMF
>
> Oleh Revrisond Baswir
>
>
> Daya hipnotis Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap akal sehat rakyat
> Indonesia tampaknya mulai memudar. Menyusul terbongkarnya rancangan letter
of
> intent (LOI) yang dibuatkan IMF untuk ditanda tangani oleh para pejabat
> Indonesia, berbagai kritik pedas terhadap IMF serta merta muncul
kepermukaan.
> Akibatnya, mencuatnya pro-kontra mengenai keberadaan IMF di Indonesia,
tidak dapat
> dihindarkan.
>
> Sejauh dapat dipantau dari silang pendapat yang berkembang belakangan ini,
> kritik terhadap IMF di Indonesia memang masih terbatas pada soal
kepiawaian
> lembaga tersebut. Kritik yang lebih jauh mengenai siapa IMF, untuk
kepentingan
> siapa ia bekerja, dan apa implikasi pelaksanaan agenda-agenda IMF terhadap
> masa depan perekonomian Indonesia, belum banyak mendapat perhatian.
>
> Padahal, jauh sebelum pro-kontra mengenai IMF muncul di Indonesia, kritik
> pedas terhadap IMF telah mencuat di berbagai penjuru dunia. Bahkan, di
Amerika
> Serikat (AS), di negeri yang menjadi pemegang saham utama IMF, kritik
pedas
> terhadap IMF hampir mengalir setiap hari. Kritik tidak hanya muncul dari
> serikat-serikat buruh atau organisasi-organisasi non pemerintah, tetapi
juga dari
> kalangan universitas, anggota kongres, dan bahkan dari seorang penerima
> hadiah nobel ekonomi.
>
> Yang dipersoalkan oleh para pengritik IMF di luar Indonesia memang tidak
> sebatas kepiawaian IMF, tetapi terutama soal siapa IMF, untuk kepentingan
siapa
> ia bekerja, dan soal implikasi pelaksanaan agenda-agendanya terhadap masa
> depan perekonomian sebuah negara. Demonstarsi besar-besaran menentang IMF,
> hampir terjadi secara teratur sejak sepuluh tahun belakangan ini.
>
> Apa sajakah dosa-dosa IMF, sehingga ia tiada henti-hentinya dihujat?
> Jawabannya sangat sederhana. Pertama, berkaitan dengan siapa IMF, lembaga
keuangan
> internasional yang didirikan tahun 1944 tersebut pada dasarnya adalah
sebuah
> lembaga yang tidak demokratis. Walau pun IMF adalah sebuah lembaga dunia
yang
> beranggotakan 182 negara merdeka, tetapi proses pengambilan keputusan yang
> diselenggarakan IMF tidak ada ubahnya dengan proses pengambilan keputusan
dalam
> sebuah perusahaan.
>
> Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, proses pengambilan keputusan di IMF
> dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan saham, yaitu dengan ketentuan 85
> persen suara setuju. Padahal, sesuai dengan jumlah kepemilikan sahamnya,
> negara-negara G-7 yang terdiri dari AS, Inggris, Jepang, Canada, Jerman,
Prancis, dan
> Italia, menguasai 45 persen suara. Dengan demikian, negara-negara kaya ini
> praktis mendominasi seluruh proses pengambilan keputusan yang dilakukan
IMF.
> Yang lebih celaka, sebagai pemegang saham utama, AS ternyata menguasai 18
> persen suara. Akibatnya, praktis tidak ada keputusan yang dapat diambil
tanpa
> persetujuan AS.
>
> Kedua, dengan sangat dominannya peranan negara-negara G-7, khususnya AS,
> dalam proses pengambilan keputusan di IMF, lembaga tersebut menjadi sulit
> menghindar untuk tidak bekerja bagi kepentingan negara-negara kaya itu.
Sesuai
> dengan sifat demokrasi liberal yang terkooptasi oleh kepentingan para
pemodal
> besar, dominasi negara-negara G-7 dalam tubuh IMF, praktis sama artinya
dengan
> dominasi kepentingan perusahaan-perusahaan transnasional (TNC).
>
> Sebagaimana terjadi pada berbagai pertemuan lembaga-lembaga keuangan atau
> perdagangan internasional lainnya, seperti WTO, Bank Dunia, CGI, dan
bahkan
> Paris Club, delegasi negara-negara G-7 hampir selalu berangkat dengan
membawa
> seabreg titipan dari TNC mereka masing-masing. Dengan demikian,
agenda-agenda
> ekonomi IMF, sesungguhnya tidak lebih dari agenda terselubung para TNC
> tersebut.
>
> Ketiga, dengan latar belakang seperti itu, implikasi pelaksanaan
> agenda-agenda IMF terhadap perekonomian negara-negara sedang berkembang
menjadi mudah
> diterka. Terlepas dari keberhasilan atau kegagalannya dalam "memulihkan"
> perekonomian sebuah negara, pelaksanaan agenda-agenda IMF dapat dipastikan
akan
> berakibat pada menguatnya dominasi TNC terhadap perekonomian negara-negara
yang
> bersangkutan.
>
> Sebab itu, tidak aneh jika agenda-agenda IMF cenderung terpusat pada empat
> hal. Pertama, pengetatan anggaran negara, yaitu untuk menjamin kelancaran
> pembayaran utang. Kedua, liberalisasi sektor keuangan, yaitu untuk memberi
> keleluasan kepada para pemodal internasional untuk datang dan pergi sesuka
hati
> mereka. Ketiga, liberalisasi sektor perdagangan, yaitu untuk mempermudah
> penetrasi produk negara-negara industri maju. Dan keempat, privatisasi
BUMN, yaitu
> untuk memperlemah interfensi negara dan memperkuat dominasi TNC di
> negara-negara yang bersangkutan, dengan harga murah.
>
> Mencermati implikasi pelaksanaan agenda-agenda IMF tersebut, dapat
> disaksikan bahwa dosa utama IMF sesungguhnya tidak terletak pada kinerja
"pemulihan"
> ekonominya, melainkan pada jati dirinya sebagai agen kepentingan TNC.
Dengan
> menguatnya dominasi TNC di negara-negara pasien IMF, beban yang sangat
> biasanya akan jatuh ke pundak rakyat. Sebab, sesuai dengan sifat modal
yang lebih
> mementingkan keuntungan daripada kondisi kehidupan rakyat, dominasi TNC
dapat
> dipastikan akan diikuti oleh terjadinya proses pemingggiran sistematis
rakyat
> banyak dari perputaran roda perekonomian.
>
> Secara terinci, dosa-dosa IMF yang menyebabkan semakin terpuruknya kondisi
> kehidupan rakyat itu adalah sebagai berikut: (a) IMF menyebabkan
terjadinya
> pelembagaan suatu sistem kolonialisme baru; (b) IMF menyebabkan semakin
> dominannya peranan TNC; (c) IMF mendorong dikorbankannya kepentingan
rakyat untuk
> menyelamatkan para bankir; (d) IMF menyebabkan meningkatnya komersialisasi
> pelayanan publik; (e) IMF menyebabkan meluasnya pengangguran; (f) IMF
menyebabkan
> merosotnya upah buruh; (g) IMF menyebabkan terpinggirkannya kaum
perempuan;
> (h) IMF menyebabkan rusaknya lingkungan; (i) IMF menyebabkan melebarnya
> kesenjangan kaya-miskin, dan (j) IMF menyebabkan semakin parahnya krisis
ekonomi.
>
>
> Mencermati daftar dosa-dosa IMF tersebut, mudah dimengerti bila sejumlah
> organisasi buruh internasional cenderung memelesetkan kepanjangan IMF
menjadi
> I'M Fired. Juga mudah dimengerti jika penerima hadiah nobel ekonomi 2001,
> Joseph Stiglitz, pernah menyebut program privatisasi yang dipaksakan IMF
sebagai
> briberization (rampokisasi). Saya sendiri sedang mempertimbangkan untuk
> memelesetkan IMF menjadi International Massacre Fund (Dana Pembantaian
> Internasional). Bagaimana menurut pendapat anda?
>
> --
> GMX - Die Kommunikationsplattform im Internet.
> http://www.gmx.net
>
>
> RantauNet http://www.rantaunet.com
> Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
> ===============================================
> Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
> anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
>
> Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
> ===============================================
>


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Kirim email ke