Assalamu’alaikum wr.wb.,

Angku Patiah serta dunsanak-dunsanak  seduniamaya yang terhormat.

Mengenai shalat berjamaah ke mesjid atau untuk ikut memakmurkan mesjid, sejauh pengalaman saya, ada tiga hal yang paling diperlukan  . Masing-masing keyakinan, kemauan dan niat. Terutamanya, keyakinan dalam hati bahwa keutamaan berjamaah itu adalah untuk diri kita sendiri dan untuk dipetik hasilnya insya Allah di ‘sana’ nanti. Jangan sampai terbersit di hati ‘karena-karena’ yang manapun selain ‘karena’ mencari ridha Allah.  Kalau sudah demikian mudah-mudahan Allah akan membantu pula dengan kemudahanNya, insya Allah.

Perlu kemauan, karena memang tidak ada suatu apapun yang akan sanggup kita kerjakan tanpa adanya kemauan. Kemauan yang dilatih terus menerus. Kalau dipikir-pikir betapa banyaknya kemudahan dan fasilitas yang kita punyai sekarang ini, dibandingkan dengan orang-orang dahulu atau mungkin juga orang-orang yang masih tinggal di kampung-kampung terpencil. Lebih-lebih kita yang tinggal di perkotaan. Sehingga rasanya, asal ada kemauan, pasti sangat mudah untuk melaksanakannya. Di rumah kita ada listrik. Jalan ke mesjid juga diterangi listrik. Air banyak. Bahkan mungkin ada air panas di keran di kamar mandi. Untuk bangun, kita bisa menyetel alarm. Dan bangun itu toh sama saja proses dan rasanya, apakah akan jam empat, jam lima ataupun jam enam. Banyak orang yang bisa bangun dengan terbirit-birit jam empat subuh biar tidak terlambat sampai di kantor atau di tempat bekerja. Tapi begitu hari Ahad, dia bangun jam sembilan. Orang seperti ini motivasi bangunnya tentu berbeda.

Diperlukan pula niat yang tulus lillahita’ala, Pasang niat bersungguh-sungguh. Bahwa besok subuh, saya akan bangun, untuk pergi shalat berjamaah ke mesjid, karena Allah.

Dengan cara-cara seperti itu, yang dipelihara dengan sebaik-baiknya, insya Allah kita mampu untuk menegakkan shalat berjamaah di mesjid.  Karena, sabda nabi; ‘Shalat berjamaah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendiri-sendiri.’ (hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Bagaimana dengan istri dan anak-anak wanita? Kalau mereka sanggup dan berkehendak boleh mereka ikut shalat berjamaah ke mesjid. Tapi kalau tidak, wanita boleh tinggal dan shalat di rumah. Ini memang sering dijadikan alasan sementara orang untuk tidak pergi shalat berjamaah ke mesjid. Biar bisa mengimami keluarganya shalat di rumah.

Dan nabi Muhammad SAW menekankan sekali pentingnya shalat berjamaah ke mesjid itu dalam banyak hadits-hadits beliau.  Diantaranya; ‘Demi yang diriku dalam genggamanNya, sesungguhnya ingin aku rasanya menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu, lalu sesudah terkumpul, aku suruh orang-orang shalat, lalu diadakan azan untuknya, kemudian aku suruh seseorang mengimami shalat orang banyak, dan aku pergi kepada orang-orang yang tidak hadir untuk shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka buat kerugian mereka. Seberat-berat shalat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat subuh. Dan jika mereka tahu ganjaran yang ada pada keduanya, niscaya mereka datang pada keduanya walaupun harus merangkak.’ (hadits riwayat Bukhari).

Tentu saja tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa nabi sampai membakar rumah orang yang tidak hadir shalat ke mesjid. Tapi begitulah kerasnya anjuran beliau, agar umat pengikut beliau bersegera mendapatkan keutamaan dari shalat berjamaah di mesjid itu. Apa salahnya, kalau sesudah kita mendengar perintah itu, kita berusaha untuk taat tanpa banyak dalih? Sami’na wa atha’na.

Wassalamu'alaikum wr. wb.,

Lembang Alam



St. Lembang Alam


Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Kirim email ke