Assalaamualaikum wr.wb.,
Dari lapau sabalah, Tulisan kanda Asvi Warman Adam, alumni SMA 1 Bkt
1973, pesan da Asvi marilah berjiwa besar, seperti di bagian bawah
tulisan beliau.
 
Tadi malam di Trans 7 Kanda Asvi Warman Adam juga tampil dalam dialog
interaktif dengan narasumber, pak Azyumardi Azra, mantan Rektor IAIN
Syarif Hidayatullah, Kanda Asvi Warma Adam, Peneliti senior LIPI dan
dan Pak Fajrul rahman, mantan aktivis.
Ambo sempat mangodak uda Asvi wakatu manonton di TV di rumah, kalau da
Asvi berkenan akan ambo kirimkan jo email ko.
Wassalam,
Elthaf, 1980

________________________________

From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mawri, Viermitrio
Sent: Monday, January 28, 2008 10:25 AM
Subject: [TanjungMedan] FW: BEDA PEMAKAMAN BUNG KARNO & PAK HARTO



 

 

REGARDS

VM

EXT 8646

081387488499

________________________________

From: Nurcahyo K, Nurcahyo 
Sent: Monday, January 28, 2008 10:24 AM
Subject: BEDA PEMAKAMAN BUNG KARNO & PAK HARTO

 

BEDA PEMAKAMAN BUNG KARNO & PAK HARTO
Oleh Asvi Warman Adam *ahli peneliti utama LIPI 

Pada 27 Januari 2008 pukul 13.10, mantan Presiden Soeharto wafat. 
Jenazahnya disemayamkan di kediamannya, Jalan Cendana, dan dilayat 
pejabat tinggi negara, mulai presiden, wakil presiden, sampai para 
menteri. Masyarakat umum berjubel di sepanjang Jalan Cendana menonton 
para tetamu. 

Senin pagi, 28 Januari 2008, ini jenazah mantan orang nomor satu RI 
itu diterbangkan ke pemakaman keluarga di Astana Giribangun. Ketua 
DPR Agung Laksono akan bertindak secara resmi dalam pelepasan jenazah 
di Jalan Cendana, Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin pelepasan di 
Halim Perdanakusumah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi 
inspektur upacara di Astana Giribangun. 

Astana Giribangun yang diperuntukkan keluarga Nyonya Suhartinah 
Soeharto didirikan di Gunung Bangun yang tingginya 666 meter di atas 
permukaan laut. Cangkulan pertama dilakukan Tien Soeharto Rabu 
Kliwon, 13 Dulkangidah Jemakir 1905, bertepatan dengan 27 November 
1974. 

Dengan menggunakan 700 pekerja, bangunan yang merupakan gunung yang 
dipangkas tersebut diselesaikan dan diresmikan pada Jumat Wage, 23 
Juli 1976. Jadi 30 tahun sebelum meninggal, Soeharto telah 
mempersiapkan tempat peristirahatan yang terakhir. Hal itu dilakukan 
Soeharto agar "tidak menyusahkan orang lain". 

Soeharto memperoleh hak dan fasilitas sebagai seorang mantan kepala 
negara. Namun, hal yang berbeda dialami mantan Presiden Soekarno. 
Sewaktu mengalami semacam tahanan rumah di Wisma Yaso (sekarang 
Gedung Museum Satria Mandala Pusat Sejarah TNI) di Jalan Gatot 
Subroto, Jakarta, Soekarno tidak boleh dikunjungi masyarakat umum. 

Pangdam Siliwangi H.R. Dharsono mengeluarkan perintah melarang rakyat 
Jawa Barat untuk mengunjungi dan dikunjungi mantan Presiden Soekarno. 
Kita ketahui, H.R. Dharsono kemudian juga menjadi kelompok Petisi 50 
dan meminta maaf kepada keluarga Bung Karno atas perlakuannya pada 
masa lalu itu. 

Putrinya sendiri, Rachmawati, hanya boleh besuk pada jam tertentu. 
Pada 21 Juni 1970, Bung Karno wafat setelah beberapa hari dirawat di 
RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Beberapa waktu sebelumnya, Rachmawati 
menanyakan kepada Brigjen Rubiono Kertapati, dokter kepresidenan, 
kalau Soekarno menderita gagal ginjal, kenapa tidak dilakukan cuci 
darah? Jawabannya, alat itu sedang diupayakan untuk dipesan ke 
Inggris. 

Itu jelas sangat ironis. Pada masa revolusi pasca kemerdekaan, 
Jenderal Sudirman menderita penyakit TBC. Ketika itu, obatnya baru 
ditemukan di luar negeri, yakni streptomycin. Pemerintah Indonesia 
dalam keadaan yang sangat terbatas dan berperang menghadapi Belanda 
berusaha mendapatkan obat tersebut ke mancanegara, tetapi nyawa 
Panglima Sudirman tidak tertolong lagi. Hal itu tidak dilakukan 
terhadap Ir Soekarno. 

Bung Karno dibaringkan di Wisma Yaso setelah wafat di RSPAD Gatot 
Subroto dan di situ pula dia dilepas Presiden Soeharto dan Nyonya 
Tien Soeharto. Situasi saat itu memang sangat tidak kondusif bagi 
Soekarno dan keluarganya. Beberapa hari sebelumnya, yakni 1 Juni 
1970, Pangkopkamtib mengeluarkan larangan peringatan hari lahirnya 
Pancasila setiap 1 Juni. Soekarno sedang diperiksa atas tuduhan 
terlibat dalam percobaan kudeta untuk menggulingkan dirinya sendiri. 
Pemeriksaan tersebut dihentikan setelah sakit Bung Karno semakin 
parah. 

Pada 22 Juni 1970, jenazah sang proklamator dibawa ke Halim 
Perdanakusumah menuju Malang. Di Malang disediakan mobil jenazah yang 
sudah tua milik Angkatan Darat, demikian pengamatan Rachmawati 
Soekarnoputri (di dalam buku Bapakku Ibuku, 1984) yang membawanya ke 
Blitar. 

Sepanjang jalan Malang-Blitar, rakyat melepas kepergian sang 
proklamator di pinggir jalan. Di sini Soekarno dimakamkan dengan 
Inspektur Upacara Panglima ABRI Jenderal Panggabean pada sore hari. 
Sambutan dibacakan sangat singkat. 

Soekarno hanya dimakamkan di pemakaman umum di samping ibunya. Seusai 
acara resmi, rakyat ikut menabur bunga. Karena banyaknya tanaman itu, 
sampai terbentuk gunung kecil di atas pusara Sang Putra Fajar 
tersebut. Namun tak lama kemudian, rakyat yang tidak kunjung beranjak 
dari makam kemudian mengambil bunga-bunga itu sebagai kenangan-
kenangan. Dalam tempo singkat, makam Bung Karno kembali rata sama 
dengan tanah. 

Pemakaman di Blitar itu berdasar Keputusan Presiden RI No 44/1970 
tertanggal 21 Juni 1970. Keputusan tersebut diambil dengan 
berkonsultasi bersama pelbagai tokoh masyarakat. Padahal, Masagung 
dalam buku Wasiat Bung Karno (yang baru terbit pada 1998) 
mengungkapkan bahwa sebetulnya Soekarno telah menulis semacam wasiat 
masing-masing dua kali kepada Hartini (16 September 1964 dan 24 Mei 
1965) dan Ratna Sari Dewi (20 Maret 1961 dan 6 Juni 1962). Di dalam 
salah satu wasiat itu dicantumkan tempat makam Bung Karno, yakni di 
bawah kebun nan rindang di Kebun Raya Bogor.

Di dalam otobiografinya, Soeharto mengatakan bahwa sebelum memutuskan 
tempat pemakaman Soekarno, dirinya mengundang pemimpin partai. Jelas 
Soeharto menganggap itu masalah politik yang cukup pelik. Jadi, 
pemakaman tidak ditentukan keluarga, tetapi melalui pertimbangan 
elite politik. 

Kemudian, Soeharto melalui keputusan presiden menetapkan pemakaman di 
Blitar konon dengan alasan tidak ada kesepakatan di antara keluarga. 
Apakah betul demikian? Sebab, pendapat lain mengatakan bahwa hal itu 
dilakukan Soeharto demi pertimbangan keamanan. Jika dikuburkan di 
Kebun Raya, pendukung Bung Karno akan berdatangan ke sana dalam 
rombongan yang sangat banyak, sedangkan jarak Bogor dengan ibu kota 
Jakarta tidak begitu jauh. Hal tersebut dianggap berbahaya, apalagi 
saat itu menjelang Pemilu 1971. 

Pemugaran makam Bung Karno juga penuh kontroversi. Pemugaran 
dilakukan pada 1978 dengan memindahkan makam-makam orang lain itu. 
Menurut Ali Murtopo di depan kader PDI se-Jawa Timur, ide tersebut 
berasal dari Presiden Soeharto. Masyarakat tentu bisa menduga bahwa 
itu dilakukan dalam rangka mengambil hati para pendukung Bung Karno 
menjelang pemilu. Dalam pemugaran tersebut, keluarga tidak diajak 
ikut serta. Bahkan, dalam peresmian pemugaran itu, putra-putri 
Soekarno tidak hadir. 

Dalam prosesi pemakaman di Kalitan-Solo, Megawati tidak hadir karena 
sedang berada di luar negeri. Namun, kabarnya putra tertua Bung 
Karno, Guntur Sukarno Putra, mewakili keluarga mantan Presiden 
Soekarno akan datang ke Astana Giribangun. Ketika Soeharto di Rumah 
Sakit Pertamina, Guruh juga berkunjung. Ini suatu pelajaran sejarah 
berharga bagi bangsa kita. Jangan lagi kesalahan masa lalu diulang 
dan marilah kita berjiwa besar. 

* Dr Asvi Warman Adam, sejarawan, ahli peneliti utama LIPI

 

 

 



This email and any attachments are confidential and may also be
privileged. If you are not the addressee, do not disclose, copy,
circulate or in any other way use or rely on the information contained
in this email or any attachments. If received in error, notify the
sender immediately and delete this email and any attachments from your
system. Emails cannot be guaranteed to be secure or error free as the
message and any attachments could be intercepted, corrupted, lost,
delayed, incomplete or amended. Standard Chartered PLC and its
subsidiaries do not accept liability for damage caused by this email or
any attachments and may monitor email traffic.



Standard Chartered PLC is incorporated in England with limited liability
under company number 966425 and has its registered office at 1
Aldermanbury Square, London, EC2V 7SB.



Standard Chartered Bank ("SCB") is incorporated in England with limited
liability by Royal Charter 1853, under reference ZC18. The Principal
Office of SCB is situated in England at 1 Aldermanbury Square, London
EC2V 7SB. In the United Kingdom, SCB is authorised and regulated by the
Financial Services Authority under FSA register number 114276.



If you are receiving this email from SCB outside the UK, please click
http://www.standardchartered.com/global/email_disclaimer.html to refer
to the information on other jurisdictions.
        


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Peraturan yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke