On Aug 14, 2012, at 10:07 AM, Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com> wrote:

> Betawi mana aja gak masalah. Mau tulen, separo Betawi atau berjiwa Betawi..:)

ANB:
Kalau Jakarta merupakan lahan konservasi etnis dan budaya Betawi, mungkin lebih 
mudah menerapkan slogan "kembalikan Jakarta kepada orang Betawi". Tapi Jakarta 
kan sudah 'telanjur' jadi ibukota negara, bukan sekadar ibukota provinsi 
seperti Padang atau Palangkaraya. Jadi logika tersirat bahwa "Jakarta harus 
diatur oleh orang Betawi" adalah contradictio in terminis.
Kalau orang Betawi asli, separuh Betawi, atau yang berjiwa Betawi,  mau 
memiliki kontribusi lebih banyak dalam pengelolaan kota Jakarta, selayaknya 
digencarkan advokasi agar mereka lebih banyak berada di lembaga legislasi, 
sehingga arah kebijakan pembangunan Jakarta lebih "politically correct" dengan 
budaya Betawi. Mulai dari DPRD, DPR dan DPD, sejauh dimungkinkan UU. 

Bukankah ini cara yang diambil MHT lewat aktivitasnya di Volksraad (termasuk 
saat itu dengan program menghindari Batavia dari banjir, yang ironisnya justru 
menjadi problem alam paling akut di Jakarta  setelah MHT tiada).

Poin saya adalah: selama warga Betawi (asli khususnya) yang tergabung dalam 
organisasi-organisasi resmi seperti Forkabi, FBR, dll lebih menunjukkan 
kecondongan pada gaya Si Pitung ketimbang MHT dalam merespon persoalan, selama 
itu pula warga Betawi akan menjadi periferal di kampung halaman mereka sendiri.

Di level praxis, seandainya slogan "Kembalikan Jakarta ke orang Betawi" itu 
memang menjadi spirit perjuangan yang bukan asal bunyi, apakah orang-orang 
Betawi asli, separuh Betawi, atau berjiwa Betawi yang punya hak pilih dalam 
Pilgub putaran pertama kemarin memanfaatkan hak pilih mereka dengan mencoblos 
Faisal-Biem, tersebab Biem Benyamin adalah yang paling kental kadar 
kebetawiannya (sebagai putra pahlawan Betawi di bidang kebudayaan, Benyamin 
Sueb) dibanding para calon lain. (Meski de facto, Nachrowi Romli yang 
mendampingi Foke juga orang Betawi).

Adakah hubungan paralel antara jumlah kumulatif warga Betawi asli, separuh 
Betawi, atau berjiwa Betawi (yang punya hak pilih dalam Pilgub) dengan 
perolehan suara Faisal-Biem kalau nyatanya bahkan untuk cawagub sebetawi Biem 
saja langsung masuk kotak di putaran pertama? 

Tanya kenapa? :)

>  
> Persoalan terbesar Jakarta itu kan karena terlalu menumpuknya manusia, barang 
> dan uang di situ.
> Coba itu yg didistribusi-ulang dulu. Separo persoalan Jakarta insya Allah 
> selesai.
>  

ANB:
Problem penumpukan manusia, barang dan uang ini menurut saya terlalu 
disederhanakan.
Kita ambil satu indikator saja, luas lahan. Luas Jakarta sekitar 662 km persegi 
(versi World's Largest City Proper, "an urban locality without its suburbs", 
2012) dengan dengan penduduk 9,5 juta jiwa (peringkat 13), dibandingkan dengan 
Shanghai dengan luas 2.805 km persegi dan jumlah penduduk hampir 18 juta 
(peringkat 1 WLCP) atau Beijing (peringkat 6, luas 1.370 km persegi, jumlah 
penduduk hampir 12 juta).

Sementara Jakarta terus berkutat dengan masalah yang sama dari tahun ke tahun, 
bahkan untuk macet jelas tambah parah, Shanghai dan Beijing menunjukkan 
perbaikan signifikan yang mengesankan. Bagi mereka yang pernah mengunjungi dua 
kota ini dalam 3-4 tahun terakhir,  pasti akan merasakannya. Padahal 
skalabilitas penumpukan manusia, barang, dan uang mereka dibandingkan Jakarta 
jauh lebih tinggi dan rumit. (Itukah sebabnya mengapa Nabi dulu menganjurkan 
agar menuntut ilmu sampai  ke Negeri Cina? termasuk dalam menata kota?)

Jadi distribusi ulang (re-distribusi) itu menurut saya hanya "terlihat benar" 
dalam konteks lokal, yakni Jakarta dibandingkan dengan ibukota provinsi lain. 
Tetapi dalam konteks global, Jakarta sebagai ibukota negara harusnya 
dibandingkan dengan cara ibukota negara lain (atau kota-kota sesak penduduk 
lainnya) dikelola dalam 5-10 tahun terakhir. 

Dan akan terlihat penyebabnya akan mengerucut pada tiga hal saja: perencanaan 
kota, konsistensi pada implementasi perencanaan kota, dan yang terpenting dari 
itu semua, visi dan kualitas kepemimpinan gubernur sebagai eksekutif paling 
utama.

Sudah bukan rahasia lagi untuk kajian perencanaan kota, Jakarta mempunyai 
bertumpuk bahan kajian sejak awal 90-an yang sangat baik, tajam, terencana. 
Tapi apakah kajian-kajian itu digunakan secara proporsional dan profesional 
dalam membangun Jakarta? Tidak susah juga mencari jawabnya, bukan?

> Kalau aku tanya teman2 yg udah makan sekolahan di luar negeri, kenapa masih 
> mau2nya berdempet2 di Jakarta,
> rata2 jawabnya, "buat cari makan..":)
> Padahal bumi Allah ini luas dan mereka juga punya tool dan skill set untuk 
> survive di mana saja (setidaknya menurutku).
>  

ANB:
Setuju, saya pun alhamdulillah sejak 2007 sudah tak ber-KTP DKI meski lahir dan 
besar di sana (rumah orang tua saya satu jalan dengan rumah Rhoma Irama saat 
masih dengan istri pertamanya Hajjah (alm) Veronica, di kawasan Kebon Baru, 
Tebet. Kebiasaan saya kecil dulu bersama kawan-kawan adalah mengintip latihan 
Soneta Group di rumah putih besar milik Rhoma yang menghadap ke bantaran Kali 
Ciliwung).

> Tentang pindah ibukota, ada uda Adrianof Chaniago yg sudah mengkajinya.
>  

ANB: 
Ya, dan juga ada banyak kajian lain. Tapi selama cara memimpin (para) gubernur 
di DKI (juga kota lain di Indonesia) tidak berorientasi pada kemaslahatan 
publik dan good governance, memindahkan ibukota hanya membuang problem untuk 
jangka pendek dari Jakarta, dan memindahkannya ke tempat baru.

Kelemahan kedua, meski ide pemindahan ibukota terlihat realistis di atas 
kertas, namun dalam level praksis akan terlihat sangat idealis, atau justru 
penuh vested interest (jangan lupa wacana pemindahan ibukota pernah hampir 
direalisasikan pada awal 1990-an ke Jonggol. Siapa motornya? Bambang 
Trihatmodjo. Maka beramal-ramailah perusahaan properti dan spekulan tanah mulai 
bekerja pada level gila-gilaan, bangun sana-sini, karena semua merasa ibukota 
sudah pasti akan dipindahkan ke Jonggol. Hasilnya? Badai krismon membuat para 
"ersatz capitalist" itu rontok, kompleks-kompleks baru kosong melompong, tanah 
dan rumah yang sudah dibeli, tunai atau angsuran, oleh para pemburu windfall 
profit, disita bank. Nasib Jonggol sebagai calon ibukota baru mulai tak jelas, 
dan benar-benar padam setelah Pak Harto lengser).

Secara historis, kesalahan mengapa Jakarta jadi kusut masai begini, ada juga 
pada Bung Hatta, yang baru kita peringati hari ulang tahunnya. Lho kok? 
Bagaimana mungkin?

Mari kita kembali ke tahun '46 ketika ibukota dipindahkan dari Jakarta ke 
Jogjakarta. Seandainya setelah Clash ke-II Bung Hatta tak menyetujui ide Bung 
Karno agar pemerintahan kembali ke Jakarta, dan tetap menjadikan Yogyakarta 
sebagai ibukota pemerintahan, maka sudah pasti pertumbuhan Jakarta tak akan 
seperti sekarang.

Jadi, ada juga andil kesalahan Bung Hatta bukan? :) (Nan iko, iyo bagarah, jan 
lo diambiak ati oleh pengagum Bung Hatta doh).

Wallahu a'lam bish shawab,

Akmal N. Basral
Mantan penduduk DKI

> Wassalam
> fitr
> 
> 2012/8/14 Akmal N. Basral <an...@yahoo.com>
> Orang Betawi nyang mane Encang Fitr :)
> 
> Ada banyak orang Betawi pengagum Si Jampang/Pitung, yang sedikit-sedikit 
> mengandalkan "ciat-ciat-jederrr-nyusruk-dah-lo-sono". Hanya sedikit orang 
> Betawi pengagum Muhammad Husni Thamrin (MHT) yang namanya diabadikan pada 
> nama gang (jalan kecil) di Jakarta sejak era 70-an.
> 
> Kenapa saya berpendapat begitu, karena memang sedikit sekali warga Betawi 
> yang tahu bahwa ayah MHT, Haji Thamrin Mohammad Tabrie, meski punya pesantren 
> di Sawah Besar, tapi menyekolahkan anak-anaknya di Bible School, Pasar Baru. 
> MHT sejak TK sudah disekolahkan di situ, tahun 1900. Alasan ayahnya menarik, 
> kalau mau maju dalam ilmu-ilmu dunia sang anak harus disekolahkan dalam 
> sistem pendidikan Barat, bukan cara pendidikan Islam (jangan lupa konteksnya, 
> saat itu baik Muhammadiyah atau NU belum berdiri). Belakangan MHT dikenal 
> sebagai singa podium yang lantang mengaum via Volksraad. Wawasan 
> nasionalismenya jauh mengatasi kebetawiannya.
> 
> Jadi kalau ada imbauan "kembalikan Jakarte kepade orang Betawi", 
> mudah-mudahan itu juga anjuran agar orang Betawi paling nggak seimbanglah 
> dalam mencontoh para pahlawan mereka. Jangan menganggap nyang namenye 
> pahlawan ntu cuman Si Jampang/Pitung doangan, yang dikit-dikit ade masale 
> langsung "ciat-ciat-jederrr-nyusruk-dah-lo-sono".
> 
> Salam,
> 
> Akmal N. Basral
> 
> Sent from my iPad2
> 
> On Aug 14, 2012, at 9:29 AM, Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com> wrote:
> 
>> Slogan Jakarta kalau boleh usul adalah:
>>  "Kembalikan Jakarte ke orang Betawi, pindahin ibukota ke 
>> Kalimantan..."..hehe
>>  
>> Wassalam
>> fitr
>> lk/37/kumamoto
> 
> -- 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>  
>  
>  

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke