Pak Syaf Al NAH

1. Nama Hatta di bandara itu kan jadi satu kesatuan dengan Soekarno,
sebagai Proklamator. Kini momentum itu mendapatkan penghargaan sendiri
sebagai individual sudah ada setelah beliau ditetapkan sebagai Pahlawan
Nasional (bukan Pahlawan Nasional "Soekarno-Hatta").

Di Paris, nama Charles de Gaulle jadi (1) nama bandara, (2) dijadikan juga
nama kawasan pertemuan 12 jalan tersibuk (junction) dengan nama Place
Charles de Gaulle (untuk menggantikan nama legendaris Place de Étoile
tempat di mana berdiri Arc de Triomphe), dan (3) masih juga dijadikan nama
jalan Grande Rue de Charles de Rue.

Kenapa orang Prancis mau "bersusah payah" memberikan penghormatan setinggi
itu buat pahlawannya,  sementara orang Minang merasa sudah tercukupkan
hanya dengan "paket 2-in-1" sebagai nama bandara?

Jadi dalam konteks nama bung Hatta, bukan orang lain yang mengerdilkan
apresiasi terhadap beliau, tapi orang Minang sendiri.

2. Kalau mau perbandingan, kita lihat dengan kejadian lain Pak Syaf Al:

Kongres AS (The Second Continental Congress) memutuskan mereka menyatakan
merdeka dari Inggris tanggal 2 Juli 1776. Tapi apakah hari itu yang
dianggap Indepence Day AS? Tidak. Hari Kemerdekaan AS ditetapkan pada 4
Juli 1776 (dua hari kemudian) pada saat teks Declaration of Independence
DIBACAKAN.

Padahal teks DoI itu dibuat terpisah. Preambule pada 15 Mei (oleh John
Adams yang kelak jadi Presiden ke-2), dan batang tubuh yang sebagian besar
disusun Thomas Jefferson (kelak jadi Presiden ketiga setelah Adams).

Tapi orang AS nggak mau terlibat perdebatan mencari mana lebih dulu telur
atau ayam: tanggal 15 Mei, atau 2 Juli, atau 4 Juli kah yang dianggap Hari
Kemerdekaan?

Logika yang sama dengan Kemerdekaan Indonesia, kenapa tanggal 17 Agustus?
Apakah itu mengacu pada tanggal Proklamasi dibacakan (jam 10 pagi)? Atau
tanggal draf disusun?

Kalau mau dilihat dari perspektif historis lebih jauh lagi: saat Bung
Karno-Bung Hatta "diculik" Sukarni dkk juga dalam konteks para pemuda
"radikal" itu ingin Proklamasi dibacakan/diumumkan lebih cepat. Tapi yang
akhirnya dianggap Hari Kemerdekaan adalah saat naskah DIBACAKAN.

Jadi sudah merupakan konvensi global untuk melihat sebuah
negara/pemerintahan muncul dari hari saat dideklarasikan. (Sama saja usia
manusia dihitung saat dia lahir ke dunia, bukan saat kedua orang tuanya
berjima'/sepakat untuk membuat keturunan).

Dalam konteks Proklamasi dan Bung Hatta, BH adalah Thomas Jefferson.
("Silakan Bung Hatta yang merumuskan, karena kata-kata Bung Hatta lebih
baik," ujar Bung Karno. "Baiklah, kalau begitu saya yang mendiktekan, Bung
Karno yang menulis," jawab Bung Hatta).

Itu sebabnya mengapa dalam konteks nama jalan, penghargaan terhadap Bung
Hatta harus lebih diperkuat lagi -- terutama oleh organisasi dan masyarakat
Minang. Jangan harapkan ide untuk ini akan muncul dari Pemerintah Pusat
atau etnis lain.

Jadi ini bukan masalah kecil, bukan masalah parsial. Justru implementasi
nyata dari ABS SBK terhadap sosok yang telah berkorban banyak buat Republik.

Kembali ke kronologi PDRI, kapan deklarasi itu dibacakan di Halaban? Rabu,
22 Desember.
Semua dokumen menyatakan itu, tak ada yang berbeda satu pun.

Kalau sekarang Hari Bela Negara ditetapkan tanggal 19 Desember, itu
implikasi dari:

a.  Pengaruh kelompok tertentu (untuk tidak menyebut etnis non-Minangkabau
yang sangat dominan dalam penulisan sejarah negara ini) masih tidak rela
kalau penghargaan ditabalkan pada 22 Desember.

Sebab kejadian faktual pada 19 Des adalah Jogja sebagai ibukota jatuh,
Pres-Wapres ditangkap, pemerintah RI lumpuh. Benar di Wisma Tri Arga ada
pertemuan Sjafruddin Prawiranegara dkk, tapi saat itu belum ada deklarasi,
bahkan dibandingkan contoh saat Kongres AS memutuskan 2 Juli sebagai hari
pembebasan diri dari Inggris pun masih jauh perbandingannya.

b.  Masyarakat Minang (wa bil khusus para tokoh Minang modern) sampai
sekarang masih minder, dan tak punya keberanian serta marwah untuk
memperjuangkankan tanggal 22 Desember itu adalah "Hari Proklamasi PDRI"
yang posisinya hanya setingkat di bawah Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus.

Ini logika paling jelas kalau PDRI mau dilihat sebagai upaya "agar
pemerintahan tidak terputus" seperti istilah  Da Syaf Al.

Jadi kalau kita rangking urutan kepentingan Hari Nasional: (1) Proklamasi
17 Agustus, (2) Proklamasi PDRI 22 Desember, baru (3) Hari Nasional lain
(Hari Pahlawan, Hari Sumpah Pemuda, Hari Kebangkitan Nasional, dll).

Kenapa mesti disebut Hari Proklamasi PDRI? Sebab Bung Hatta saja dalam
"Memoir" yang sudah saya kutip beberapa kali sebelum ini jelas-jelas
menulis Pak Sjaf Prawiranegara sebagai Presiden Darurat, kok.
Bung Hatta yang konseptor utama naskah Proklamasi sudah menyebutkan begitu,
kok generasi yang datang belakangan, tidak mengalami suasana ketika itu,
dan tragisnya banyak dari orang Minang sendiri, yang  tidak membaca sejarah
dengan jernih.

3. "Apo masih ado (urang Minang) yang berani menegakkan kapalo (menyangkut
PDRI)," tulis Pak Syaf Al.

Manuruik ambo, ado. Sejarawan Asvi Warman Adam salah satunya. Sejak Orde
Baru jatuh, AWA menggunakan momentum itu untuk menggulirkan serangkaian
tulisan tentang perlunya Pak Sjaf diakui sebagai  Presiden.  Selain tentu
saja organisasi-organisasi Minang yang sejak akhir 80-an sudah menggelar
seminar tentang urgensi PDRI dalam kelangsungan sejarah RI.

Da Syaf Al betul, agar orang melihat lagi tanggal 22 Desember sebagai Hari
Proklamasi PDRI yang sangat vital bagi kelangsungan NKRI, perlu perjuangan
sangat gigih.

Bukankah ini yang seharusnya diperjuangkan banyak pihak, terutama
organisasi Minang yang besar-besar?

Sekaranglah momentumnya.

Wassalam,

ANB
Cibubur



Pada Senin, 31 Desember 2012, menulis:

> **
> Sanak Akmal Yth.
>
> Mantap gagasannyo. Tapi jan terlalu baharok ka organisasi urang awak nan
> ado kiniko. Ndak ciek juo nan militan doh, kecuali Rantau Net mau dijadikan
> organisasi.
>
> Soal Jl. Hatta dan Jl. Tan Malaka, ambo kiro mungkin Jl. Tan Malaka yg
> agak urgen, soalnyo namo Hatta lah terabadikan jadi namo Bandara Cengkareng
> samo jo Soekarno.
>
> Menyangkut hari PDRI atau Bela Negara dari tgl 19 ke 22 Desember, ambo
> kiro penetapan tgl 19 sudah penuh pertimbangan oleh pemerintah. Ado
> kemungkinan mengapa PDRI ditetapkan tgl 19, supayo pemerintahan tidak
> terputus. Kaduo, kalaulah rapat di Tri Arga tak buyar kena bombardir, tentu
> saat itu (tgl 19 des) langsung dideklarasikan dan disusun kabinet PDRI.
> Dari duo buku PDRI yg ambo baco, rapek tgl 19 tu dijadikan cikal bakal
> pembentukan PDRI.
>
> Kalau mau diperjuangkan lagi untuk dialihkan ke tgl 19, agaknyo memang
> memerlukan pemikiran dan perjuangan yg gigih. Pertanyaannyo, setelah Sumbar
> berhasil menjadi "Pak Turuik" pasca PRRI, apo masih ado yang berani
> managakkan kapalo. Pak Saaf se lah acok mengeluh, lah 50 tahun PRRI, masak
> rang awak masiah 'manakua' juo.
>
> Salam,
>
> Syaf AL/Bogor
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
> ------------------------------
> *From: * Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org <javascript:_e({},
> 'cvml', 'ak...@rantaunet.org');>>
> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'rantaunet@googlegroups.com');>
> *Date: *Mon, 31 Dec 2012 13:21:25 +0700
> *To: *rantaunet@googlegroups.com <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'rantaunet@googlegroups.com');><rantaunet@googlegroups.com<javascript:_e({}, 
> 'cvml', 'rantaunet@googlegroups.com');>
> >
> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'rantaunet@googlegroups.com');>
> *Subject: *[R@ntau-Net] Jalan Hatta? Jalan Tan Malaka? Peringatan 22
> Desember?
>
>
> Untuak sia nan maraso iko masalah penting,
> antah di ranah atau di rantau.
>
> (To Whom It May Concern)
>
> Tahun 2013 alah di ambang pintu. Aa nan dikarajoan organisasi-organisasi
> Minang, terutama tingkat nasional, yang banyak diisi orang-orang hebat,
> jejaring luas, dan kemampuan lobi tinggi di pemerintahan?
>
> Ambo numpang saran sajo:
>
> 1. Pajuangkan bana agar ado namo jalan Mohammad Hatta di daerah protokol
> Jakarta. Masak di Haarlem, Belanda, ada nama jalan Mohammed Hatta Straat,
> di DKI Jakarta indak ado namo Jalan Hatta, yang adolah proklamator bangsa
> ko, alun lain sagarobak predikat lain.
>
> Di jalan, namo Bung Hatta ruponyo kalah pamor dibanding Rangkayo Rasuna
> Said nan alah dapek tampek di kawasan Segitiga Emas.
>
> 2. Baitu pulo jo namo jalan Tan Malaka, Pahlawan Nasional, kapan awak akan
> batamu jo namo jalan ko nan barado di kawasan gadang? Minimal di sekitar
> Kalibata tampeknyo dulu manulih Madilog, salah satu risalaha kebangsaan
> terbaik yang pernah ada.
>
> Organisasi Minang tolong jangan hanya mambuek rekomendasi ke rekomendasi
> hasil seminar sajo. Jadilah PRESSURE GROUP untuk kebaikan. Rangkul
> akademisi, buek petisi, versi online juo ndak baa. Jadikan prioritas karajo
> tahun 2013.
>
> 3. Tarakhia, jan cukuik pueh hanyo dapek "penghiburan" Hari Bela Negara 19
> Desember. Sia nan membela negara hari itu? Di Jogja, Bung Karno, Bung
> Hatta, dll, dicokok Ulando.
>
> Di Kiktinggi, Pak Sjaf Prawiranegara dkk maninggakan Kiktinggi.
>
> Kalau organisasi Minang mau serius meluruskan sejarah, buat Pemerintah
> mendengar bahwa yang harus diperingati adalah 22 Desember, hari saat
> Republik ini DISELAMATKAN, lewat Deklarasi PDRI di Halaban.
>
> Tanggal 22 Des ini bahkan lebih crucial dibanding Hari Pahlawan 10
> Nopember. Tanggal itu, Surabaya memang diserang, tapi Republik tidak jatuh,
> dan Pres-Wapres tidak ditangkap. Tapi lihatlah gema perayaan Hari Pahlawan
> sekarang? Seakan-akan sudah merupakan "hari suci kenegaraan" kedua setelah
> 17 Agustus 1945.
>
> Ini keliru besar!
>
> Agresi Militer I (21 Juli-5 Agustus 1947), Republik tidak hancur, ibukota
> tidak jatuh, dan Pres-Wapres juga selamat. Tapi pada Agresi Militer 2, 19
> Desember 1948, pemerintahan Indonesia secara teknis hancur lebur, hilang
> ... kalau tidak ada PDRI.
>
> Bisakah organisasi Minang dengan banyak tokoh nasional, dan jejaring lobi
> di pemerintahan yang masif, bisa melihat urgensi ini?
>
> Beranikah memperjuangkan 22 Desember sebagai "Proklamasi Republik
> Indonesia Darurat" (saya gunakan apostrof agar tak jadi kontroversi tak
> produktif), sehingga pada tahun 2013 dan seterusnya, siapapun yang menjadi
> Presiden RI, entah SBY atau siapa nanti sesudah 2014, akan bersedia dengan
> senang hati menggelar upacara kenegaraan mengenang terselamatkan ya
> Republik yang hampir karam, lewat sebuah deklarasi menjelang Subuh ketika
> udara di puncak dingin, pada jam 03.40 WIB?
>
> Ini program-program riil yang parameter ukuran tercapai tidaknya lebih
> mudah diukur. Dan saya kira justru organisasi-organisasi Minang lebih
> banyak berkiprah di wilayah ini. Jadilah Pressure Group sebagai bagian dari
> penerapan ABS SBK yang riil, dengan cara yang sangat mendasar lebih dulu:
> mengembalikan kehormatan kepada yang berhak, dan memberikan apresiasi
> setulus mungkin bagi perjuangan, minimal, ketiga tokoh ini: Bung Hatta, Tan
> Malaka, dan Hari Darurat Negara 22 Desember.
>
> Sia organisasi Minang nan amuah manjadi lokomotif untuak iko? Ambo
> mendaftarkan diri untuk menandatangani petisi untuak 3 karajo di ateh.
>
> Wassalam,
>
> Akmal N. Basral
> Cibubur
>
>
>
>
>  --
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
>
>
> --
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
>
>

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke