Assalamu’alaikum Warahmatullahi,
Waduh maaf Bapak, Mamak jo Bundo sadonyo. Tadi sabalun salasai alah tasending email ko Nan ka ambo tambahkan adolah mangurangi postingan sabalunnyo Nan ambo kirim ko adolah kutipan salah satu tulisan ambo nan alah pernah posting disiko. Siapo tau ado manfaatnyo. Banyak maaf Wassalam Rina, 36, Batam From: Rina Permadi [mailto:r...@rantaunet.org] Sent: Monday, January 20, 2014 12:05 PM To: 'rantaunet@googlegroups.com' Subject: RE: [R@ntau-Net] Adakah cerita Organisasi Pemuda Rakyat (OPR) underbow PKI, Gerwani dll Ciek li sample OPR Pak, Mamak Beberapa hari kemudian setelah Papa selesai proses menyerahnya tanpa harus bersumpah sebab di Lubuk Sikaping tidak terlalu ketat proses menyerah. Hanya bikin surat pernyataan saja dan itu bisa langsung diproses untuk pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk). Papa pergi jalan ke pasar pagi Simpang Tembok yang berjarak sekitar 8 km dari rumah di Tilatang Kamang. Setiba disana Papa duduk di sebuah kedai kopi. Sebenarnya Papa ingin tahu tentang siapa yang membunuh secara sadis Pak Dahlan ketika menginap di Lariang itu. Konon kabarnya adalah seorang preman di Simpang Tembok itu. Kebetulan saat itu ada kemenakan beliau yang juga jadi preman di simpang Tembok itu. Kita sebut saja namanya Capuak. Saat itu di kedai itu ada Ancok Gandi ini juga sedang minum kopi. Rumor tentang keberhasilan preman Ancok Gandi ini beredar melesat dari mulut ke mulut pada masa itu. Melihat Papa ikut duduk minum kopi di kedai itu, kemenakan Papa ini mendekati Ancok Gandi, terus dia berbisik ke Ancok Gandi sambil melirik Papa. Ancok Gandi langsung melihat galak kearah Papa. Rupanya si Capuak membisiki Ancok Gandi bila Papa adalah seorang Tentara Lua (Tentara PRRI). Terjadi persitegangan antara mereka bertiga saat itu. Si Ancok Gandi dengan congkaknya langsung cabut pistolnya yang tersembunyi dibalik bajunya langsung diarahkannya ke kepala Papa. “Ang macam-macam Ang den tembak (kamu macam-macam saya tembak),” katanya beringas dan sombong. Untung saja si Ancok Gandinya masih agak sedikit waras untuk tidak bikin sensasi di tengah pasar pagi Simpang Tembok Bukittinggi saat itu. Dia hanya ingin menunjukkan ke orang-orang yang berada di sekitar sana kalo dia itu ‘Orang Bagak’ (Preman) berkuasa karena dapat dukungan Tentara Pusat. Hal itu terbayar penuh setelah tahun bejalan dan Ancok Gandipun sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Selama dia sakit tidak seorangpun yang peduli dengannya dan bahkan sampai akhirnya dia meninggal di Simpang Tembok itu, tidak ada warga yang mau menyelenggarakan jenazahnya sebab dia sudah berkoar kalo dia itu Komunis, hanya ada seorang kemenakannya yang akhirnya menyelenggarakan jenazah Ancok Gandi. Ancok Gandipun lunas di dunia. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.