[image: Islam Indonesia] <http://m.islamindonesia.co.id/>

   - Home <http://m.islamindonesia.co.id/>
   - Berita <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/1-Berita>
   - Perjalanan <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/2-Perjalanan>
   - Islam Menjawab <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/3-Islam-Menjawab>
   - Dari Pembaca <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/4-Dari-Pembaca>
   - Wawancara <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/5-Wawancara>
   - Tasawwuf <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/6-Tasawwuf>
   - Kolom <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/7-Kolom>
   - Multimedia <http://m.islamindonesia.co.id/multimedia>
   - Budaya <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/9-Budaya>
   - Siapa Dia <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/10-Siapa-Dia>


   - Kolom Haidar
Bagir<http://m.islamindonesia.co.id/topic/c/16-Kolom-Haidar-Bagir>

KOLOM <http://m.islamindonesia.co.id/section/7-Kolom>
Ilustrasi

Jum'at, 28 Maret 2014 11:23 WIB


Bom Waktu Masa Depan

Penulis : Akmal Nasery Basral*


Pembunuhan mahasiswi Ade Sara (19 tahun) oleh pasangan sejoli Hafitd dan
Assyifa yang tak lain bekas pacar dan sahabat korban saat masih di sebuah
SMA di Jakarta, mendadak menjadi pembicaraan utama di seluruh negeri.
Apalagi modus pembunuhan begitu sadistis: korban lebih dulu disetrum di
dalam mobil milik Hafitd, ditelanjangi, lalu mulutnya disumpal koran
sehingga tersedak tak bisa bernapas, dan setelah menjadi mayat, dibawa
berkeliling kota selama 20 jam sebelum dibuang di pinggiran jalan tol di
kawasan Bekasi. Beragam penjelasan teoritis segera muncul dari banyak
kalangan. Namun komentar yang paling membetot perhatian saya datang dari
dr. Utami Roesli, dokter anak yang juga Ketua Pembina Sentra Laktasi
Indonesia.

Cucu pujangga Marah Roesli itu menyatakan ingin sekali bertemu dengan orang
tua keduanya. "Saya ingin bertanya kepada orang tua mereka, berapa lama
anak-anak disusui?" katanya menjawab pertanyaan wartawan pada workshop
'Keajaiban
ASI dan Efek Samping Pemberian Susu Formula Pada Bayi Ditinjau dari Sisi
Medis dan Hukum Syariah' di RS Kemang Medical Care, 9 Maret 2014. "Soalnya
nama Hafitd dan Assyifa sudah sangat bagus, Islami, tetapi kok kelakuan
mereka begitu?"

Utami lalu mengutip riset Wendi H. Oddy, PhD, pakar nutrisi Australia yang
melakukan penelitian terhadap 2900 ibu hamil dan memantau perkembangan
anak-anak mereka sampai berusia 14 tahun. Hasil penelitian yang
dipublikasikan dalam *Journal Pediatric* (Oktober 2009) itu menunjukkan
adanya korelasi yang sangat kuat antara lamanya menyusu seorang anak dengan
perkembangan mental pada usia 2, 6, 8, 10 dan 14 tahun.

Semakin lama seorang anak mendapatkan pasokan ASI, semakin besar peluang
untuk terbebas dari gangguan mental seperti menarik diri dari pergaulan,
gelisah, gangguan cara berpikir, perilaku menyimpang, autisme, serta
tingkah laku agresif. "Itu penelitian yang lama sekali dengan sampel
banyak. Bagaimana kita nggak mau percaya dengan hasil penelitian itu?" ujar
Utami Roesli.

Kesadaran terhadap pentingnya ASI bagi pembentukan karakter anak memang
terlihat semakin mengglobal belakangan ini. Berbagai Gerakan Laktasi di
tingkat regional, nasional, sampai provinsi bermunculan menyusul
rekomendasi WHO tentang ASI Eksklusif 6 bulan, yakni agar bayi mendapatkan
susu ibunya tanpa campuran susu formula selama satu semester awal
kehidupannya. Salah satu penelitian terbaru yang dipublikasikan Brown
University juga menunjukkan hasil serupa: adanya perbedaan perkembangan
otak sebesar 20-30 persen antara anak yang murni mendapatkan ASI, dengan
anak yang mendapatkan asupan kombinasi (ASI + susu formula), apalagi yang
hanya mengandalkan penuh susu formula. Rangkuman penelitian lebih jauh bisa
dibaca pada tautan ini:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://news.brown.edu/pressreleases/2013/06/breastfeeding

Hasil penelitian Dr. Leda Chatzi dari University of Crete, Yunani, yang
dilansir kantor beritaReuters di akhir tahun 2013 memperkuat
penelitian-penelitian sebelumnya dengan menunjukkan hasil bahwa bayi-bayi
yang mendapat ASI Eksklusif, pada umur 18 bulan menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam kemampuan kognitif, komunikasi reseptif, dan kelincahan
motorik dibandingkan bayi yang tak mendapatkan ASI Eksklusif. Informasi
lebih jauh tentang ini bisa disimak pada laman berikut:
http://www.reuters.com/article/2013/12/25/us-breast-feeding-idUSBRE9BO08920131225

Di tengah eforia global "berikan anak manusia susu manusia bukan susu sapi"
ini terselip kenyataan yang menyedihkan di kalangan muslim. Sebab meski
ajaran Islam sudah mengamanahkan agar para bayi disusui dan disapih pada
usia dua tahun seperti dalam QS 2:233:

*Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah
dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih
dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan
jangan pula seorang ayah (men-derita) karena anaknya. Ahli waris pun
(berkewajiban) seperti itu pula. Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.*

Atau dalam QS 31:14:

*Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.*

Namun dalam kenyataannya seperti jauh panggang dari
api.<http://islamindonesia.co.id/detail/1296-MENGAJI-TANDA-MENGKAJI-BENCANA#>
Ketegasan
redaksional firman Allah yang menyebutkan secara spesifik "dua tahun" itu
seakan tak berbekas di masyarakat. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan
(2008) menunjukkan bahwa rata-rata ibu hanya menyusui bayi mereka dengan
ASI Eksklusif hanya selama dua bulan. Sementara yang memberikan ASI
Eksklusif 6 bulan hanya 14 persen, yang berarti 86 persen bayi Indonesia di
era digital ini tak pernah mencicipi ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dengan
kata lain, praktis tak ada bayi yang "lulus" ASI Eksklusif 2 tahun, sesuatu
yang sudah diajarkan Islam sejak 14 abad silam.

Data di atas hanya beranjak sedikit berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) pada 2012 yang menunjukkan "alumnus" ASI Eksklusif 6
bulan adalah 15,3 persen. Jika kedua data di atas bisa diterima, berarti
hanya 15 orang dari 100 ibu yang menyusukan anaknya dengan ASI Eksklusif.
Itu pun untuk periode 6 bulan, alias seperempat dari waktu yang difirmankan
Allah. Menjadi lebih tragis lagi jika rendahnya angka itu dikontraskan
dengan status Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim
terbanyak di dunia.

Rendahnya angka ASI Eksklusif di Indonesia -- bahkan dibandingkan para ibu
di Amerika Serikat yang masih menunjukkan angka 30 persen untuk ASI
Eksklusif 4 bulan menurut penelitian Dr. Chatzi - disebabkan oleh berbagai
faktor.  Dr. Yesi Elsandra motor Sumbar Peduli ASI menyatakan sedikitnya
ada 6 penyebab yakni (1) Belum sampai ilmu tentang betapa pentingnya ASI
Eksklusif kepada para ibu, (2) Ibu kembali bekerja, (3) Kurangnya motivasi
dari keluarga terutama suami, (4) Gencarnya iklan susu formula, (5)
Kurangnya dukungan sekitar dan tenaga kesehatan, serta (6) Sang ibu merasa
ASI yang dimilikinya kurang memadai.

Khusus untuk penyebab terakhir, sesungguhnya hal itu lebih merupakan
perasaan subyektif sang ibu karena data yang lebih realistik menunjukkan
hanya 1 dari 1000 orang ibu yang betul-betul memiliki jumlah ASI yang
kurang memadai. Dan masalah ini pun jika dikonsultasikan kepada konselor
laktasi sesungguhnya bisa diatasi.

Yesi sendiri menggapai gelar doktornya tanpa melepaskan kesempatan
memberikan ASI Eksklusif 2 tahun kepada kedua buah hatinya yang lahir pada
Mei 2006 dan September 2007 dengan pola ASI Tandem, tersebab jarak umur
kedua anak yang begitu rapat. Sama sekali bukan hal yang mudah untuk
menuntaskan pendidikan di tingkat doktoral sambil menangani dua bayi yang
"bergelayutan" setiap saat. "Kalau pun waktu itu harus memilih, saya akan
korbankan kuliah karena masih bisa dikejar tahun berikutnya, sedangkan
masa golden
ageanak-anak tak kan pernah kembali lagi sehingga harus saya manfaatkan
sebaik-baiknya," katanya.

Dengan melihat paparan sepintas seluruh data di atas, maka mahfumlah kita
mengapa dr. Utami Roesli menautkan problem kriminalitas remaja (bukan
kenakalan remaja lagi) saat ini dengan asumsi masa menyusui pelaku
kejahatan yang sangat mungkin tak memadai di masa mereka kecil dulu.
Sehingga dengan begitu sesungguhnya sepasang sejoli remaja H dan A itu pun
adalah korban dari kurang pahamnya keluarga masing-masing, dan masyarakat
Indonesia secara keseluruhan, tentang peran penting dua tahun pertama
kehidupan seorang anak yang sangat ditentukan oleh ASI Eksklusif.

Sudah saatnya setiap keluarga muslim, sebagai umat mayoritas di Indonesia,
memprakarsai gairah baru sebagai teladan ASI Eksklusif ini. Sebab kalau
kondisi ini tak segera diperbaiki, sebuah 'bom waktu' sejatinya sedang
mengintai masa depan generasi yang akan tampil di pentas publik 25-30 tahun
ke depan. Seluruh elemen masyarakat harus segera bergerak sesuai kapasitas
masing-masing, terutama mengingatkan anak-cucu yang akan segera menikah
atau melahirkan, menyangkut pentingnya ASI Eksklusif bagi menyiapkan
generasi baru yang lebih baik dalam segala hal dibandingkan para pendahulu
mereka.



**Akmal Nasery Basral*, novelis, cerpenis, kolumnis, pengajar mata kuliah
Penulisan Fiksi di Akademi Literasi dan Penerbitan Indonesia (ALINEA),
Ikapi Pusat. Akun Twitter: @akmal_n_basral.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke