Silakan Ajo Dut. Salam,
ANB Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: ajo duta <ajod...@gmail.com> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Tue, 1 Apr 2014 18:54:35 To: rantaunet@googlegroups.com<rantaunet@googlegroups.com> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] (OOT) Bom Waktu Masa Depan Mohon ijin ambo share ka milis lain yo nakan Akmal.... Wassalaamu'alaikum WW Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta), 17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli - Jakarta - Sterling, Virginia USA ------------------------------------------------------------ 2014-03-31 1:40 GMT-04:00 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>: > [image: Islam Indonesia] <http://m.islamindonesia.co.id/> > > - Home <http://m.islamindonesia.co.id/> > - Berita <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/1-Berita> > - Perjalanan <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/2-Perjalanan> > - Islam Menjawab<http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/3-Islam-Menjawab> > - Dari Pembaca <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/4-Dari-Pembaca> > - Wawancara <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/5-Wawancara> > - Tasawwuf <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/6-Tasawwuf> > - Kolom <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/7-Kolom> > - Multimedia <http://m.islamindonesia.co.id/multimedia> > - Budaya <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/9-Budaya> > - Siapa Dia <http://m.islamindonesia.co.id/topic/s/10-Siapa-Dia> > > > - Kolom Haidar > Bagir<http://m.islamindonesia.co.id/topic/c/16-Kolom-Haidar-Bagir> > > KOLOM <http://m.islamindonesia.co.id/section/7-Kolom> > Ilustrasi > > Jum'at, 28 Maret 2014 11:23 WIB > > > Bom Waktu Masa Depan > > Penulis : Akmal Nasery Basral* > > > Pembunuhan mahasiswi Ade Sara (19 tahun) oleh pasangan sejoli Hafitd dan > Assyifa yang tak lain bekas pacar dan sahabat korban saat masih di sebuah > SMA di Jakarta, mendadak menjadi pembicaraan utama di seluruh negeri. > Apalagi modus pembunuhan begitu sadistis: korban lebih dulu disetrum di > dalam mobil milik Hafitd, ditelanjangi, lalu mulutnya disumpal koran > sehingga tersedak tak bisa bernapas, dan setelah menjadi mayat, dibawa > berkeliling kota selama 20 jam sebelum dibuang di pinggiran jalan tol di > kawasan Bekasi. Beragam penjelasan teoritis segera muncul dari banyak > kalangan. Namun komentar yang paling membetot perhatian saya datang dari > dr. Utami Roesli, dokter anak yang juga Ketua Pembina Sentra Laktasi > Indonesia. > > Cucu pujangga Marah Roesli itu menyatakan ingin sekali bertemu dengan > orang tua keduanya. "Saya ingin bertanya kepada orang tua mereka, berapa > lama anak-anak disusui?" katanya menjawab pertanyaan wartawan pada > workshop 'Keajaiban ASI dan Efek Samping Pemberian Susu Formula Pada Bayi > Ditinjau dari Sisi Medis dan Hukum Syariah' di RS Kemang Medical Care, 9 > Maret 2014. "Soalnya nama Hafitd dan Assyifa sudah sangat bagus, Islami, > tetapi kok kelakuan mereka begitu?" > > Utami lalu mengutip riset Wendi H. Oddy, PhD, pakar nutrisi Australia yang > melakukan penelitian terhadap 2900 ibu hamil dan memantau perkembangan > anak-anak mereka sampai berusia 14 tahun. Hasil penelitian yang > dipublikasikan dalam *Journal Pediatric* (Oktober 2009) itu menunjukkan > adanya korelasi yang sangat kuat antara lamanya menyusu seorang anak dengan > perkembangan mental pada usia 2, 6, 8, 10 dan 14 tahun. > > Semakin lama seorang anak mendapatkan pasokan ASI, semakin besar peluang > untuk terbebas dari gangguan mental seperti menarik diri dari pergaulan, > gelisah, gangguan cara berpikir, perilaku menyimpang, autisme, serta > tingkah laku agresif. "Itu penelitian yang lama sekali dengan sampel > banyak. Bagaimana kita nggak mau percaya dengan hasil penelitian itu?" ujar > Utami Roesli. > > Kesadaran terhadap pentingnya ASI bagi pembentukan karakter anak memang > terlihat semakin mengglobal belakangan ini. Berbagai Gerakan Laktasi di > tingkat regional, nasional, sampai provinsi bermunculan menyusul > rekomendasi WHO tentang ASI Eksklusif 6 bulan, yakni agar bayi mendapatkan > susu ibunya tanpa campuran susu formula selama satu semester awal > kehidupannya. Salah satu penelitian terbaru yang dipublikasikan Brown > University juga menunjukkan hasil serupa: adanya perbedaan perkembangan > otak sebesar 20-30 persen antara anak yang murni mendapatkan ASI, dengan > anak yang mendapatkan asupan kombinasi (ASI + susu formula), apalagi yang > hanya mengandalkan penuh susu formula. Rangkuman penelitian lebih jauh bisa > dibaca pada tautan ini: > http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://news.brown.edu/pressreleases/2013/06/breastfeeding > > Hasil penelitian Dr. Leda Chatzi dari University of Crete, Yunani, yang > dilansir kantor beritaReuters di akhir tahun 2013 memperkuat > penelitian-penelitian sebelumnya dengan menunjukkan hasil bahwa bayi-bayi > yang mendapat ASI Eksklusif, pada umur 18 bulan menunjukkan perbedaan yang > signifikan dalam kemampuan kognitif, komunikasi reseptif, dan kelincahan > motorik dibandingkan bayi yang tak mendapatkan ASI Eksklusif. Informasi > lebih jauh tentang ini bisa disimak pada laman berikut: > http://www.reuters.com/article/2013/12/25/us-breast-feeding-idUSBRE9BO08920131225 > > Di tengah eforia global "berikan anak manusia susu manusia bukan susu > sapi" ini terselip kenyataan yang menyedihkan di kalangan muslim. Sebab > meski ajaran Islam sudah mengamanahkan agar para bayi disusui dan disapih > pada usia dua tahun seperti dalam QS 2:233: > > *Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi > yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah > dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih > dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan > jangan pula seorang ayah (men-derita) karena anaknya. Ahli waris pun > (berkewajiban) seperti itu pula. Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan > persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas > keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka > tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. > Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang > kamu kerjakan.* > > Atau dalam QS 31:14: > > *Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang > ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang > bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu > dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.* > > Namun dalam kenyataannya seperti jauh panggang dari > api.<http://islamindonesia.co.id/detail/1296-MENGAJI-TANDA-MENGKAJI-BENCANA#> > Ketegasan > redaksional firman Allah yang menyebutkan secara spesifik "dua tahun" itu > seakan tak berbekas di masyarakat. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan > (2008) menunjukkan bahwa rata-rata ibu hanya menyusui bayi mereka dengan > ASI Eksklusif hanya selama dua bulan. Sementara yang memberikan ASI > Eksklusif 6 bulan hanya 14 persen, yang berarti 86 persen bayi Indonesia di > era digital ini tak pernah mencicipi ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dengan > kata lain, praktis tak ada bayi yang "lulus" ASI Eksklusif 2 tahun, sesuatu > yang sudah diajarkan Islam sejak 14 abad silam. > > Data di atas hanya beranjak sedikit berdasarkan Survei Sosial Ekonomi > Nasional (Susenas) pada 2012 yang menunjukkan "alumnus" ASI Eksklusif 6 > bulan adalah 15,3 persen. Jika kedua data di atas bisa diterima, berarti > hanya 15 orang dari 100 ibu yang menyusukan anaknya dengan ASI Eksklusif. > Itu pun untuk periode 6 bulan, alias seperempat dari waktu yang difirmankan > Allah. Menjadi lebih tragis lagi jika rendahnya angka itu dikontraskan > dengan status Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim > terbanyak di dunia. > > Rendahnya angka ASI Eksklusif di Indonesia -- bahkan dibandingkan para ibu > di Amerika Serikat yang masih menunjukkan angka 30 persen untuk ASI > Eksklusif 4 bulan menurut penelitian Dr. Chatzi - disebabkan oleh berbagai > faktor. Dr. Yesi Elsandra motor Sumbar Peduli ASI menyatakan sedikitnya > ada 6 penyebab yakni (1) Belum sampai ilmu tentang betapa pentingnya ASI > Eksklusif kepada para ibu, (2) Ibu kembali bekerja, (3) Kurangnya motivasi > dari keluarga terutama suami, (4) Gencarnya iklan susu formula, (5) > Kurangnya dukungan sekitar dan tenaga kesehatan, serta (6) Sang ibu merasa > ASI yang dimilikinya kurang memadai. > > Khusus untuk penyebab terakhir, sesungguhnya hal itu lebih merupakan > perasaan subyektif sang ibu karena data yang lebih realistik menunjukkan > hanya 1 dari 1000 orang ibu yang betul-betul memiliki jumlah ASI yang > kurang memadai. Dan masalah ini pun jika dikonsultasikan kepada konselor > laktasi sesungguhnya bisa diatasi. > > Yesi sendiri menggapai gelar doktornya tanpa melepaskan kesempatan > memberikan ASI Eksklusif 2 tahun kepada kedua buah hatinya yang lahir pada > Mei 2006 dan September 2007 dengan pola ASI Tandem, tersebab jarak umur > kedua anak yang begitu rapat. Sama sekali bukan hal yang mudah untuk > menuntaskan pendidikan di tingkat doktoral sambil menangani dua bayi yang > "bergelayutan" setiap saat. "Kalau pun waktu itu harus memilih, saya akan > korbankan kuliah karena masih bisa dikejar tahun berikutnya, sedangkan masa > golden > ageanak-anak tak kan pernah kembali lagi sehingga harus saya manfaatkan > sebaik-baiknya," katanya. > > Dengan melihat paparan sepintas seluruh data di atas, maka mahfumlah kita > mengapa dr. Utami Roesli menautkan problem kriminalitas remaja (bukan > kenakalan remaja lagi) saat ini dengan asumsi masa menyusui pelaku > kejahatan yang sangat mungkin tak memadai di masa mereka kecil dulu. > Sehingga dengan begitu sesungguhnya sepasang sejoli remaja H dan A itu pun > adalah korban dari kurang pahamnya keluarga masing-masing, dan masyarakat > Indonesia secara keseluruhan, tentang peran penting dua tahun pertama > kehidupan seorang anak yang sangat ditentukan oleh ASI Eksklusif. > > Sudah saatnya setiap keluarga muslim, sebagai umat mayoritas di Indonesia, > memprakarsai gairah baru sebagai teladan ASI Eksklusif ini. Sebab kalau > kondisi ini tak segera diperbaiki, sebuah 'bom waktu' sejatinya sedang > mengintai masa depan generasi yang akan tampil di pentas publik 25-30 tahun > ke depan. Seluruh elemen masyarakat harus segera bergerak sesuai kapasitas > masing-masing, terutama mengingatkan anak-cucu yang akan segera menikah > atau melahirkan, menyangkut pentingnya ASI Eksklusif bagi menyiapkan > generasi baru yang lebih baik dalam segala hal dibandingkan para pendahulu > mereka. > > > > **Akmal Nasery Basral*, novelis, cerpenis, kolumnis, pengajar mata kuliah > Penulisan Fiksi di Akademi Literasi dan Penerbitan Indonesia (ALINEA), > Ikapi Pusat. Akun Twitter: @akmal_n_basral. > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google > Grup. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. > Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.