Terima kasih bung Akmal. Asyik juga membaca tanggapan Prof Shofwan ini.
Wassalam,
SB.
Pada tanggal 26 Agt 2015 07:31, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org>
menulis:

> Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya
> Selasa, 25 Agustus 2015, 14:00 WIB
>
> Dialog kreatif Buya Syafii Maarif dengan Irsyad Syafar di "Resonansi"
> Republika, Selasa (18/8), dan ruang opini Republika, Sabtu (22/8), menarik
> perhatian saya. Judul "Resonansi" Buya adalah, "Pilkada di Sumatra Barat
> 2015". Sementara judul tulisan Irsyad Syafar adalah "Pulanglah Buya".
> Rasanya, bahkan juga menarik perhatian kalangan tertentu di ranah ini
> khususnya dan umumnya semua pembaca Republika.
>
> Buktinya, beberapa media sosial mengutip kedua wacana itu. Buya dengan
> bahasanya yang cerdas dan bernas, sementara Irsyad dengan bahasanya yang
> lirih dan juga terus terang. Keduanya enak untuk direnungkan, terutama bagi
> yang ingin Sumatra Barat lebih maju dalam Indonesia yang lebih cemerlang
> dan berperadaban.
>
> Kata kunci yang dikutip Irsyad Syafar dari Buya adalah bahwa Sumbar dalam
> hal indeks kesejahteraan (Irsyad: kebahagiaan) terjun bebas pada angka tiga
> dari bawah setelah Papua dan NTB (Irsyad: NTT). Lalu, Irwan Prayitno
> dianggap lebih banyak mengurus kepentingan partainya daripada rakyat
> Sumbar.
>
> Sebagai orang yang tinggal di Sumbar, sepanjang pemahaman dan pengetahuan
> saya, apa yang dikemukakan Buya Syafii dan Irsyad Syafar, kedua-duanya
> mempunyai nilai kebenaran. Kalau dicermati, resonansi Buya bukan hanya
> kepada Irwan Prayitno yang dituju, tetapi juga kepada lawan bertandingnya
> di Pilkada Sumbar, dalam hal ini Muslim Kasim dan Fauzi Bahar.
>
> Akan tetapi, terhadap Irwan Prayitno ada pembelaan datang dari Irsyad
> Syafar anggota DPRD dari Fraksi PKS. Sedangkan terhadap Musim Kasim dan
> Fauzi Bahar, tidak ada pembelaan. Padahal Irsyad Syafar kalau konsisten
> sebagai wakil rakyat, bukan lagi milik PKS sebagaimana dia mengatakan bahwa
> Irwan Prayitno bukan lagi milik PKS, tentu harus membela Muslim dan Fauzi
> juga.
>
> Oh ya, Irwan Prayitno bukan pengurus PKS di Sumbar, tetapi anggota Majelis
> Syura pada tingkat nasional. Artinya, posisinya lebih menentukan dalam
> segala hal. Dan itu tidak berarti dia harus hari-hari ikut rapat atau hadir
> dalam acara-acara PKS tingkat wilayah, daerah, dan cabang lagi seperti yang
> disinggung Irsyad Syafar. Itu bukan maqamnya.
>
> Lebih dari itu, ketika Irsyad Syafar membela Irwan Prayitno mengenai hasil
> survei BPS (2015) tentang indeks kebahagiaan tidak sama dengan
> kesejahteraan, dia menggiring kepada pendekatan subjektif dan kualitatif.
> Membedakan kebahagiaan dengan kesejahteraan tidak dengan angka-angka.
> Tetapi, ketika Irsyad Syafar mengemukakan kesuksesan Irwan Prayitno, yang
> dikemukakan adalah kuantitatif dengan persentase dan angka-angka.
>
> Apa yang dikutip oleh Irsyad semuanya ada di dalam buku ukuran saku yang
> diterbitkan dan dicetak oleh PT Grafika Jaya Sumbar (milik Pemda Prov
> Sumbar) Januari 2015 dengan editor Yongki Salmeno teman Irwan Prayitno yang
> sehari-hari dekat dengannya. Buku kecil itu sebagai data dan fakta yang
> dibuat Irwan Prayitno seakan-akan pertanggungjawabannya selama memimpin
> Sumbar, tetapi bukan resmi dari pemerintah provinsi.
>
> Isi buku dibuka dengan pendahuluan dan pujian seorang teman dan diakhiri
> dengan riwayat hidup Irwan Prayitno. Lalu isi di dalamnya ada dua hal.
> Pertama, 315 indikator kemajuan pembangunan Sumbar, yang kedua prestasi dan
> penghargaan sebanyak 194 butir. Lalu ada dua ilustrasi gambar tentang
> pembangunan jalan Padang By Pass yang mulus kalau nanti sudah jadi
> (sekarang belum selesai).
>
> Maka, Irsyad Syafar mengutip sebagian kecil dari 315 indikator tadi.
> Begitu pula soal apa yang dinamakan penghargaan dan prestasi juga dikutip
> oleh Irsyad dari 194 tadi. Maka di dalam pikiran saya, semua gubernur yang
> akan mengakhiri masa jabatannya membuat laporan seperti itu.
>
> Akan tetapi, ada yang mengusik pikiran saya ketika Irsyad Syafar
> mengatakan "prestasi yang dicapai Irwan selama lima tahun memimpin Sumbar
> adalah fakta yang tak terbantahkan, belum pernah dicapai gubernur-gubernur
> sebelumnya".
>
> Lalu, Irsyad Syafar menerangkan yang dimaksudnya, kembali ke buku Irwan
> Prayitno soal LKPJ, WTP dari BPK, pemuda pelopor, tour sepeda, penyaluran
> dana BOS, rehab-rekon pascabencana, dan seterusnya.
>
> Irsyad lupa menyentuh soal pariwisata yang belum optimal. Perolehan
> prestasi pendidikan yang juga belum pada deretan papan atas di tingkat
> nasional. Padang, ibu kota provinsi dan gerbang Sumbar, mestinya menjadi
> wilayah binaan dan pengawasan utama oleh gubernur, tetapi belum bersih
> seperti zaman Syahrul Udjud menjabat wali kota. Ada gelagat, semua yang
> baik diklaim dan semua yang kurang belum disebut.
>
> Orang rantau yang gelisah karena komuniksi yang terputus. Investor gamang
> masuk ke Sumbar antara lain karena soal lahan. Banyak MoU dengan calon
> investor yang tak ada realisasinya. Gamangnya beberapa pihak terhadap
> investor luar yang dianggap punya misi lain dan seterusnya.
>
> Lalu amnesia pula menyebut bahwa semua pembangunan yang monumental seperti
> Masjid Raya, Kelok Sembilan, Jalan Raya Sicincin-Malalak, dan lainnya
> adalah kelanjutan dari pekerjaan gubernur-gubernur sebelumnya. Bahwa sampai
> sekarang macet berat mulai dari Koto Baru ke Bukittinggi belum teratasi dan
> bila musim libur atau Lebaran datang dari Padang ke Payakumbuh yang 110
> kilometer itu ditempuh 9 jam.
>
> Hotel Balairung Minang berlantai 13 di Matraman Jakarta dibangun oleh
> gubernur sebelumnya. Pembangunan kembali Istano Basa yang terbakar 2006
> dibangun oleh gubernur sebelumnya. Beasiswa dari pemda untuk melanjutkan
> sekolah dalam dan luar negeri dan pembangun asrama mahasiswa Minang empat
> lantai di Kairo, Mesir, oleh gubernur sebelumnya. Semua perguruan tinggi di
> Sumbar mendapat bantuan untuk beasiswa dosen ke S-2 dan S-3 waktu itu.
>
> Saya khawatir pembaca tersinggung ketika membandingkan Irwan Prayitno
> dengan Gamawan Fauzi, Zainal Bakar, Hasan Basri Durin, Azwar Anas, dan
> Harun Zain, semuanya gubernur-gubernur sebelumnya. Padahal, di zaman
> gubernur sebelumnya, prestasi monumental penyelenggaraan pemerintahan dan
> pembangunan sudah diukir. Antara lain, penghargaan tertinggi Samkarya
> Nugraha Parasamya Purna Karya Nugraha di zaman Gubernur Azwar Anas dan
> Hasan Basri Durin.
>
> Untuk tahun 2014 diterima oleh gubernur Jawa Tengah pada peringatan Hari
> Otonomi Derah ke-18 di Istana Negara Jakarta, diserahkan oleh Presiden SBY,
> Jumat (25/4/14). Parasamya paling baru diserahkan Presiden Jokowi 27 April
> 2015 di istana. Tiga besar penerima Parasamya itu Jatim, Jateng, dan DIY.
>
> Ukurannya jelas bukan hal-hal yang rutin seperti yang disebutkan oleh
> Irsyad di atas yang hal itu siapa pun gubernurnya akan melakukan. Menurut
> Prof Dr Djohermansyah Djohan, mantan dirjen otoda Kementerian Dalam Negeri,
> pada lima tahun terakhir penilaian untuk anugerah luar biasa tadi itu terus
> dilakukan. Namun, Sumbar belum memperoleh prestasi angka satu atau bahkan
> belum pada tiga besar. Sumbar baru pada peringkat nomor 20 dari 34 provinsi
> di Indonesia.
>
> Variabel yang menentukan, di antaranya, indeks perolehan kinerja dalam
> EKPPD (Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah). Paling pokok
> tiga aspek. Wilayah inisiator dan penentu kebijakan. Penilaian berlaku
> terhadap kinerja kepala daerah dan DPRD.
>
> Tataran pelaksana kebijakan, di antaranya, penilaian terhadap kinerja 47
> SKPD. Begitu pula penilaian dan capaian urusan pemerintah, yaitu penilaian
> perolehan kinerja 26 urusan wajib dan delapan urusan pilihan. Hal lain yang
> pokok lagi penilaian terhadap indeks kesesuaian materi antara LPPD dan
> Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007.
>
> Di atas segalanya itu, saya menangkap apa yang dirisaukan oleh Buya adalah
> pada tataran monumental tersebut di atas tadi. Itu pula yang diinginkan
> Buya bahwa gubernur Sumbar mendatang adalah "petarung sejati", bukan yang
> biasa-biasa saja. Sekadar tambahan, meski zaman Orde Baru sudah tinggal
> kenangan, zaman Rudini sebagai mendagri (1988-1993) dulu, kepala daerah
> yang dapat Parasamya saja yang boleh maju untuk pemilihan periode kedua.
>
> Akhirnya, di balik itu semua, apa yang menjadi wacana Irsyad Syafar
> sangatlah saya hargai karena bagaimanapun telah memberikan penjelasan
> terhadap resonansi Buya sehingga ada perbandingan pemikiran. Begitu pula
> tulisan saya ini dimaksudkan untuk mengasah pikiran, bukan menolak dan
> meniadakan. Allah Yang Mahatahu. n
>
> *Shofwan Karim*
>
> Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang
>
> Sumber:
> http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/08/25/ntmm4732-pilkada-sumbar-dan-gubernur-sebelumnya
>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke