kabanyo, si trump mamantaan pitih 110 milyar dollar US untuk mambuek pabrik sanjato di Saudi supayo urang Timteng tatap saling mambunuah sudahtu untuak mamarangi Iran.

On 5/22/17 9:27 AM, Fashridjal M. Noor wrote:

Pendidikan seharusnya nomor satu, di mana pun

Raja Salman pun sempat mendidik President Trump in English:

"Please use your right hand"


On May 22, 2017 05:56, "Fashridjal M. Noor" <fashridjalmn...@gmail.com <mailto:fashridjalmn...@gmail.com>> wrote:

    Artikel dibawah ini menjelaskan masalah refugee dan terorisme
    serta penyebabnya

    
https://www.wsws.org/en/articles/2015/09/04/pers-s04.html?view=article_mobile
    
<https://www.wsws.org/en/articles/2015/09/04/pers-s04.html?view=article_mobile>

    👆
    Excerpts

    With the dissolution of the Soviet Union in 1991, the US ruling
    elite concluded that it was free to exploit America’s unrivaled
    military might as a means of offsetting US capitalism’s long-term
    economic decline. By means of military aggression, Washington
    embarked on a strategy of establishing its hegemony over key
    markets and sources of raw materials, beginning first and foremost
    with the energy-rich regions of the Middle East and Central Asia.

    This strategy was summed up crudely in the slogan advanced by
    the Wall Street Journal in the aftermath of the first war against
    Iraq in 1991: “Force works.”

    What the world is witnessing in today’s wave of desperate refugees
    attempting to reach Europe are the effects of this policy as it
    has been pursued over the whole past period.

    Decade-long wars in Afghanistan and Iraq, waged under the pretext
    of a “war on terrorism” and justified with the infamous lies about
    Iraqi “weapons of mass destruction,” succeeded only in devastating
    entire societies and killing hundreds of thousands of men, women
    and children.

    They were followed by the US-NATO war for regime change that
    toppled the government of Muammar Gaddafi and turned Libya into a
    so-called failed state, wracked by continuous fighting between
    rival militias. Then came the Syrian civil war—stoked, armed and
    funded by US imperialism and its allies, with the aim of toppling
    Bashar al-Assad and imposing a more pliant Western puppet in Damascus.

    The predatory interventions in Libya and Syria were justified in
    the name of “human rights” and “democracy,” receiving on this
    basis the support of a whole range of pseudo-left organizations
    representing privileged layers of the middle class—the Left Party
    in Germany, the New Anti-Capitalist Party in France, the
    International Socialist Organization in the US and others. Some of
    them went so far as to hail the actions of Islamist militias armed
    and funded by the CIA as “revolutions.”

    The present situation and the unbearable pressure of death and
    destruction that is sending hundreds of thousands of people into
    desperate and deadly flight represent the confluence of all of
    these crimes of imperialism. The rise of ISIS and the ongoing
    bloody sectarian civil wars in both Iraq and Syria are the product
    of the US devastation of Iraq, followed by the backing given by
    the CIA and US imperialism’s regional allies to ISIS and similar
    Islamist militias inside Syria.

    No one has been held accountable for these crimes. Bush, Cheney,
    Rumsfeld, Rice, Powell and others in the previous administration
    who waged a war of aggression in Iraq based upon lies have enjoyed
    complete impunity. Those in the current administration, from Obama
    on down, have yet to be called to account for the catastrophes
    they have unleashed upon Libya and Syria. Their accomplices are
    many, from a US Congress that has acted as a rubber stamp for war
    policies to an embedded media that has helped foist wars based
    upon lies upon the American public, and the pseudo-lefts who have
    attributed a progressive role to US imperialism and its
    “humanitarian interventions.”

    Together they are responsible for what is unfolding on Europe’s
    borders, which, more than a tragedy, is part of a protracted and
    continuing war crime.

    Bill Van Auken


    On May 22, 2017 05:41, "Isna Huriati" <i...@pacific.net.id
    <mailto:i...@pacific.net.id>> wrote:

        Mari kita simak pidato Presiden Jokowi didepan KTT Arab -
        Amerika.  Hati hati lah umat  Islam di Indonesia, karena trump
        gang akan makin menjadi dalam adu domba umat terutama sekali
        untuk membenci presiden dengan berbagai macam fitnah. Siapa
        yang berani bicara blak blak an didepan Trump seperti ini?


          Di Depan Trump, Jokowi: Atasi Terorisme dengan Pendekatan Agama

        Ray Jordan - detikNews
        
<https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#><https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#><https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#><https://news.detik.com/berita/d-3507578/di-depan-trump-jokowi-atasi-terorisme-dengan-pendekatan-agama#>

        *Riyadh* - Dalam KTT Arab Islam Amerika Serikat yang digelar
        di Arab Saudi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bicara soal upaya
        mengatasi radikalisme dan terorisme. Jokowi menyarankan untuk
        mengatasi paham tersebut dengan pendekatan agama.

        Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan sejarah mengajarkan bahwa
        senjata dan kekuatan militer saja tidak akan mampu mengatasi
        terorisme.

        "Pemikiran yang keliru hanya dapat diubah dengan cara berpikir
        yang benar," ujar Jokowi ketika berbicara di KTT Arab Islam
        Amerika di Conference Hall King Abdulaziz Convention Center,
        Riyadh Arab Saudi, Minggu (21/5/2017) lewat keterangan
        tertulis yang disampaikan Kepala Biro Pers Media dan Informasi
        Sekretariat Presiden Bey Machmudin.

        Oleh karenanya, lanjut Jokowi, Indonesia meyakini pentingnya
        menyeimbangkan pendekatan hard-power dengan pendekatan
        soft-power. Selain pendekatan hard-power, Indonesia juga
        mengutamakan pendekatan soft-power melalui pendekatan agama
        dan budaya.

        "Untuk program deradikalisasi, misalnya, otoritas Indonesia
        melibatkan masyarakat, keluarga, termasuk keluarga mantan nara
        pidana terorisme yang sudah sadar; dan organisasi masyarakat,"
        kata Jokowi.

        Untuk kontra radikalisasi, lanjut Presiden, antara lain
        Indonesia merekrut para netizen muda dengan follower yang
        banyak untuk menyebarkan pesan-pesan damai.

        "Kita juga melibatkan dua organisasi Islam terbesar di
        Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama untuk terus
        mensyiarkan Islam yang damai dan toleran," kata Jokowi.

        "Pesan-pesan damailah yang harus diperbanyak bukan pesan-pesan
        kekerasan. Setiap kekerasan akan melahirkan kekerasan baru,"
        tambah mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

        Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengatakan bahwa pertemuan
        ini memiliki makna yang penting untuk mengirimkan pesan
        kemitraan dunia Islam dengan Amerika Serikat. Serta
        menghilangkan persepsi bahwa Amerika Serikat melihat Islam
        sebagai musuh.

        "Yang lebih penting lagi pertemuan ini harus mampu
        meningkatkan kerja sama pemberantasan terorisme dan sekaligus
        mengirimkan pesan perdamaian kepada dunia," ujar Presiden.

        Jokowi menjelaskan bahwa ancaman radikalisme dan terorisme
        terjadi di mana-mana. Indonesia adalah salah satu korban aksi
        terorisme, serangan di Bali terjadi tahun 2002 dan 2005 dan
        serangan di Jakarta terjadi Januari 2016.

        "Dunia marah dan berduka melihat jatuhnya korban serangan
        terorisme di berbagai belahan dunia di Perancis, Belgia,
        Inggris, Australia dan lain-lain," ucap Jokowi.

        Dunia seharusnya juga sangat prihatin terhadap jatuhnya lebih
        banyak korban jiwa akibat konflik dan aksi terorisme di
        beberapa negara seperti Irak, Yaman, Suriah, Libya.

        "Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik dan
        radikalisme terorisme," kata Jokowi.

        Lebih lanjut, Jokowi mengatakan jutaan orang harus keluar dari
        negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jutaan
        generasi muda kehilangan harapan masa depannya.

        "Kondisi ini membuat anak-anak muda frustasi dan marah. Rasa
        marah dan frustasi ini dapat berakhir dengan muculnya
        bibit-bibit baru ektremisme dan radikalisme," kata Presiden.

        Acara ini, dihadiri oleh para pemimpin dunia, di antaranya
        Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Presiden Amerika
        Serikat Donald Trump.

        Sebelum KTT dimulai, dilakukam sesi foto bersama. Dalam sesi
        foto ini, tampak Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud, Presiden
        Amerika Serikat Donald Trump, tampak pula Sultan Brunei Sultan
        Hassanal Bolkiah, Raja Jordan Raja Abdullah II, Presiden Mesir
        Abdelfattah Said Al-Sisi, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi,
        Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Afghanistan Ashraf
        Ghani.


        *(rjo/ams)*
-- .
        * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di
        tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
        * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
        ===========================================================
        UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
        * DILARANG:
        1. Email besar dari 200KB;
        2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
        3. Email One Liner.
        * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di
        http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
        * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
        * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
        * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email
        lama & mengganti subjeknya.
        ===========================================================
        Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting
        keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
        <http://groups.google.com/group/RantauNet/>
        ---
        Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet"
        di Google Grup.
        Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari
        grup ini, kirim email ke
        rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com
        <mailto:rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com>.
        Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi
        https://groups.google.com/d/optout
        <https://groups.google.com/d/optout>.

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com <mailto:rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com>.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
 1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke