Politisi Minang: Sisipus atau Malin Kundang? 

 

Sabtu, 16 Agustus 2008 

Oleh : Indra J Piliang, Alumni SMA 2 Pariaman dan SMP Kampung Dalam 
Minggu ini adalah parade pengumuman calon anggota legislatif (caleg)
untuk kursi DPR RI yang dilakukan oleh 34 partai politik. Dari sisi
kategori pekerjaan sebelum menjadi caleg, tentu didominasi oleh
politisi. Selain itu, terdapat caleg yang berprofesi sebagai artis,
sekalipun hanya bermain dalam satu atau dua sinetron. Kalangan yang juga
mulai tampak adalah kelompok intelektual. Terdapat juga profesional
lainnya, baik dokter, insinyur, sampai para pensiunan sipil atau
militer. 

Bayangkan, untuk mengisi 77 daerah pemilihan guna memperebutkan 560
kursi di DPR RI, masing-masing partai politik harus menyiapkan kurang
lebih 600 sampai 800 caleg. Kalau dijumlah, terdapat sekitar 20.400
sampai 27.200 orang caleg. Itupun kalau semua parpol mengirimkan
calegnya. Sebanyak 30 persen harus berasal dari kalangan perempuan.
Jumlah itu tidaklah sedikit, mengingat sumberdaya manusia di bidang
politik sangatlah minim. 

Selain itu, ratusan ribu caleg dipersiapkan untuk mengisi keanggotaan di
DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dengan kebutuhan sebanyak itu,
partai-partai politik tentu berebutan terhadap caleg berkualitas,
sekaligus populer. Popularitas menjadi prioritas, karena tujuan setiap
parpol adalah meraih dukungan massa sebanyak-banyaknya. Metode survei
dalam menjaring caleg, calon kepala daerah, sampai capres-cawapres
dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh tingkat penerimaan
(aksebtabilitas) dari kandidat-kandidat itu. 

Sumberdaya manusia yang kurang di dunia politik telah menyebabkan
partai-partai politik mencoba menempatkan orang-orang sudah dianggap
mempunyai kriteria yang cukup. Partai politik di Indonesia ibarat
pemungut buah durian atau mangga yang sudah matang dan jatuh ke tanah.
Partai politik jarang langsung menanam pohon durian atau mangga itu,
serta memeliharanya sampai menghasilkan buah. Kesibukan memungut, bukan
menanam, di kalangan partai politik ini terasa menjelang pemilu 2009
nanti. 

Dari sisi sejarah kepartaian di ranah Minang, termasuk juga di
Indonesia, para caleg berkualitas berasal dari kalangan intelektual.
Beragam julukan bisa dilekatkan kepada intelektual ini, yakni kaum
cendekiawan, ilmuwan, akademisi, sampai bahkan seniman. Kalangan ulama
atau buya juga ikut masuk kategori ini. Sebagian besar dari kaum
intelektual ranah Minang yang sekaligus juga politisi berkiprah di
tingkat nasional. Sebut saja Tan Malaka, Agus Salim, Mohammad Hatta,
Syahrir, sampai Natsir dan Hamka. Mereka ada dalam arus ideologi politik
dan konsepsi ekonomi yang beragam, dari spektrum kiri sampai kanan. 

Sementara, sampai kini, belum ada kategori artis yang bisa dikatakan
menjadi kelompok politisi di Ranah Minang. Kalaulah ada kategori
seniman, sekaligus intelektual, mereka terdiri dari para penyair dan
penulis, seperti Abdul Moeis atau Chairil Anwar. Dunia panggung di
Minang hidup dalam aliran kehidupan normal. Bahwa pada pagi hari ia
adalah seorang pangirik padati, atau petani penggarap, malam hari bisa
berubah menjadi pemain randai dan rabab yang sangat mengharukan dan
pandai. Yang dihadirkan dari beragam kisah yang dipanggungkan tetaplah
kisah-kisah kehidupan yang akrab dengan masyarakat, bukan jauh berada di
kemelimpahan material sebagaimana sinetron zaman ini. 

Benar bahwa sejak PRRI meletus, kelompok penguasa di Minang didominasi
oleh kalangan birokrat dan militer. Pikiran sebagian besar generasi muda
di Minang juga terarahkan untuk menjadi pegawai negeri sipil, insinyur,
tentara atau polisi. Pilihan ini bukannya salah, karena zaman
menghendaki pergantian tradisi intelektual dalam ranah kebudayaan
menjadi permesinan pikiran dalam rantai birokrasi. Ini pilihan strategi
yang baik, tetapi dari keseluruhan alam kebudayaan Minangkabau, selalu
saja dinamisasi dalam pemikiran menjadi sesuatu yang menonjol. 

Selama sepuluh tahun terakhir, kelompok lain yang juga masuk ke ranah
politik  di Minang adalah para pengusaha. Pengusaha yang menjadi
penguasa. Bagi masyarakat kebanyakan, sebagaimana ditampilkan dalam
survei-survei, penyelesaian persoalan ekonomi adalah masalah utama yang
dikehendai dari politisi. Pengusaha memenuhi kriteria yang baik untuk
menciptakan inovasi-inovasi ekonomi. 

Tetapi kita patut juga melihat bahwa pengusaha selalu saja mengejar
keuntungan maksimal dengan modal minimal, sebagaimana adagium dalam
teori-teori ekonomi. Yang harus diutamakan bagi politisi-pengusaha
adalah pemaksimalan keuntungan itu tentu harus diarahkan kepada
masyarakat luas, bukan kepada pribadi dan kelompok usahanya. 

Lalu, pada arus mana masyarakat menjatuhkan pilihan kepada politisi?
Politisi adalah pekerjaan yang bergelanggang mata orang banyak. Politisi
wajib bersikap etis ketika mempraktekkan prinsip tiba di mata tidak
dipicingkan, tiba di dada tidak dibusungkan dan tiba di perut tidak
dikempiskan. Politisi memang bekerja mendapatkan dukungan publik secara
luas, tetapi ketika menjalankan fungsi-fungsi kenegaraan dalam jabatan
publik yang diemban, katakan sebagai anggota parlemen, maka ia harus
mengedepankan kepentingan masyarakat luas, bukan partai politiknya. 

Masyarakat idealnya juga perlu menyesuaikan politisi pilihannya dengan
pekerjaan yang diemban. Menjadi anggota legislatif, misalnya,
berhubungan dengan fungsi legislasi (pembuatan aturan perundang-undangan
bersama pemerintah), penyusunan anggaran (bersama pemerintah) dan
pengawasan terhadap pemerintah. 

sebagai anggota parlemen, politisi juga memiliki sejumlah hak dan
kewajiban. Status intelektual, artis atau pengusaha yang diemban akan
memasuki bingkai struktural. Ada pembatasan dan keterbatasan. 

Maka saya setuju pendapat bahwa ketika seseorang memasuki kehidupan
politik sebagai anggota parlemen, rumah seorang intelektual tidak lagi
di atas awan atau gunung yang tinggi. Ia bukan lagi seorang resi,
pandito atau buya dalam artian sosiologis dan kultural. Ia jelas adalah
hanya seseorang yang berlandaskan kepada suara yang didapat dan rakyat
yang diwakili. Ia adalah pembicara (parle) ketika di parlemen. Yang ia
bicarakan adalah kehendak atau aspirasi konstituennya. 

Saya masih meyakini betapa masyarakat Sumatera Barat adalah masyarakat
rasional yang alergi terhadap praktik-praktik money politics. Masyarakat
Minang adalah masyarakat yang bermartabat dan tidak mau kehilangan
martabat itu, apalagi dalam bentuk pemberian kepercayaan kepada orang
lain yang akan menjadi simbol perjuangan di bidang politik. 

Sebagai suku-bangsa yang sebetulnya minoritas dari segi jumlah,
orang-orang Minang tidaklah hendak menjadi Sisipus. Sisipus, karena
kesalahannya, telah dihukum untuk terus mendorong batu besar ke atas
gunung. Ketika sampai di gunung, batu besar itu menggelinding ke lembah,
lalu Sisipus mengejarnya lagi dan mendorongnya lagi. Melepaskan kutukan
Malin Kundang dan tidak menjadi Sisipus adalah bagian dari tugas setiap
pemilih dalam pemilu 2009 nanti. (***)

(c) 2008 PADANG EKSPRES - Koran Nasional Dari Sumbar

 


The above message is for the intended recipient only and may contain 
confidential information and/or may be subject to legal privilege. If you are 
not the intended recipient, you are hereby notified that any dissemination, 
distribution, or copying of this message, or any attachment, is strictly 
prohibited. If it has reached you in error please inform us immediately by 
reply e-mail or telephone, reversing the charge if necessary. Please delete the 
message and the reply (if it contains the original message) thereafter. Thank 
you.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke