"Hah. dari mana kau tahu bahwa Malaikat Penghisap Darah itu adalah cucumu,
selama ini tidak ada satupun orang yang pernah melihat wajah aslinya.
Seluruh kepalanya ditutupi kain putih bahkan matanya saja ditutupi kain
kasat, bagaimana kau tahu dia adalah pendekar pilih tanding itu?" kata
Benteng bingung.

 

"Memang aku tidak tahu pasti, tapi aku sangat yakin bahwa cucuku itulah
Malaikat Penghisap Darah. Tadi aku sudah uji sedikit kemampuannya dan kau
tahu dia lulus dengan baik. Kau lihat saja besok saat dia ujian kedua dan
ketiga, baru kau sadar siapa cucuku itu sebenarnya," kata sang kakek
tersenyum senang.

 

"Apa kau berharap dia yang akan menerima warisan darimu ? Bukannya itu malah
melanggar aturan yang ada ? Bagaimana kau akan atasi hal ini ? Aku tahu kau
bilang dasarnya dari sejarah yang tertulis di daun lontar yang kau punya,
tapi apa itu bisa diterima oleh cucumu kelak?"

 

"Hehehe. Benteng, aku yakin beberapa dari cucuku sekarang pasti sedang pergi
mencari daun lontar itu, untuk memastikan perkataanku tadi. Bagiku hal itu
lebih baik lagi karena memang begitulah kenyataan yang tercatat di sejarah,
dan aku yakin mereka tidak akan berani mencuri untuk menghapus kebenaran
yang tertera di daun lontar itu."

 

"Kenapa?"

 

"Karena aku sudah meletakkan penjaga di ruangan itu dan penjaga khusus daun
lontar, tidak sembarangan orang yang bisa mengalahkan para penjaga itu.
Kalaupun kalah, maka aku akan segera tahu."

 

"Tapi terlepas dari itu semua sebenarnya ujian yang aku laksanakan itu hanya
sekedar melihat kemampuan para cucuku saja. Ujian yang benar-benar adalah
ketika ilmu dan elang itu memilih sendiri tuannya, bahkan akupun tidak bisa
berbuat apa-apa lagi ketika mereka sudah menetapkan majikan mereka yang
baru."

 

"Hmmm jadi begitu, yah kita lihat saja nanti bagaimana jadinya,
mudah-mudahan semua bisa berjalan lancar."

 

"Yah sudah, hayo kita makan, aku sudah lapar. Ah. aku tidak sabar lagi
menunggu besok, pasti sangat menarik."

 

Maka berlalulah mereka ke ruangan makan, dan benar apa yang dikatakan sang
kakek, beberapa dari cucunya pergi ke ruang antic belakang untuk mencari
daun lontar itu. Mereka hanya bisa melihatnya dari luar lemari kaca, dan
ketika ada yang hendak menyentuhnya, tangannya langsung kebakar, sehingga
yang lain tidak ada yang berani menyentuhnya lagi.

 

Dan hari itu berlalu dengan berbagai hal yang berkecamuk di benak
masing-masing orang, sedangkan yang hendak ujian besok mempersiapkan diri
mereka agar bisa tampil dengan membanggakan.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke