Terima kasih Pak Dr. BAHAR atas koreksinya. Salam, r.a. --- On Sat, 2/28/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote:
From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar To: RantauNet@googlegroups.com Cc: "WEST SUMATRA TOURISM BOARD" <w...@googlegroups.com>, "LKAAM SUMBAR" <lkaamsum...@yahoo.com>, "Dr.Ir Yuzirwan RASYID" <yuzirwanras...@yahoo.co.id>, "MH Bachtiar Abna SH" <bachtiara...@yahoo.co.id> Date: Saturday, February 28, 2009, 4:33 PM Bukan main cepat reaksi Sanak RA ini. Terima kasih atas keterangan yang demikian lengkap. Intinya dalam pengembangan rencana pariwisata berjangka panjang perlu dukungan Perda dan keputusan LKAAM (bukan LKAM). Email saya ini saya tembuskan kepada Pucuk Pimpinan LKAAM sebagai informasi dan amanah. Wassalam, Saafroedin Bahar (L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo) "Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak". Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com; saafroedin.ba...@rantaunet..org From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> To: RantauNet@googlegroups.com Sent: Saturday, February 28, 2009 4:25:14 PM Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar Dear Pak Dr. BAHAR dan DUNSANAK sadonyo 1. Terima kasih sekali atas pandangan Bapak. 2. Jika boleh berharap, sebagai mana posting saya pada salam perkenalan dengan Pak Muljadi Ali Basjah (MA) maka mohon kiranya Bapak dan dunsanak kasadonyo berkenan utk memanggil saya dengan RA saja. 3. Dengan segala kekurangam, keterbatasan dan kelemahan yang saya miliki dlm menggeluti bidang ini, maka ijinkan saya untuk berpendapat bahwa ide Bapak untuk membangun WSTB (West Sumatra Tourism Board) adalah salah satu bentuk langkah penguatan institusi yang SANGAT PERLU untuk kita perjuangkan BERSAMA dan SEGERA. 4. Namun demikian, belajar dari berbagai pengalaman masyarakat lain (negeri lain) yang selama ini telah mencoba membangun dan mengembangkan institusi seperti itu, maka barangkali ada baiknya jika kita menghindari beberapa hal berikut yang sering menjadi "ampang-"ampang" (penghalang) efektifitas keberadaaan suatu Tourism Board (TB) di tempat mereka, yaitu : a. Rendahnya LIGITIMASI atas suatu TB yang didirikan. Kasus ini banyak terjadi di Indonesia (termasuk di Bali). Jika dicermati maka penyebabnya umumnya adalah : (1) Rendah nya Kualitas SDM lokal sehingga tidak cermat memformulasikan visi, misi dan struktur dari institusi, sehingga kemudian (2) suatu TB hanya menjadi "institusi aksesoris" dalam konstelasi pembangunan. Pada kasus-kasus TB dibangun secara privat, maka umumnya pemerintah lokal menyikapi keberadaan TB seaka-akan sebagai SAINGAN bagi pemerintah lokal dan sebaliknya TB juga memperlakukan pemerintah lokal seakan-akan sebagai "penghambat" yang harus selalu dilawan. Demikian pula pada kasus-kasus TB dibangun oleh pemerintah lokal maka umumnya mereka hanya menjadi institusi yang mandul dan menghabiskan uang rakyat untuk studi banding kemana-mana. Sedangkan pada kasus-kasus suatu TB dibangun bersama oleh privat dan pemerintah lokal (seperti yg secara nasional kita pernah miliki dulu) maka sejarah juga sdh menunjukan bahwa ligitamasi TB tersebut kembali menjadi HANCUR karena kualitas SDM yang ada hanya cenderung mengambil langkah-langkah sesaat utk menghasilkan berbagai show-window yg mereka rancang untuk menjadi indikator keberhasilan mereka. b. Di Indonesia saya belum pernah menemukan suatu TB yg secara objektif bisa kita katakan mempunyai ligitmasi yang baik dan powerful serta efisien dan efektif dalam menjalankan berbagai misi untuk mencapai visinya. Sebagai negara yg digolongkan orang sebagai negara berkembang, maka barangkali apa yang dibuat oleh Thailand (BUKAN MALAYSIA) ada baiknya kita contoh dan lebih sempurnakan. Di Thailand, TB yang mereka bangun pada era 80-an menjadi sangat ligitimate dan powerful sejalan komando dari Raja Thailand. Pemerintah dan swasta bersatu membangun TB dan disiplin dalam menjalankan berbagai rencana yg mereka bangun bersama di dalam TB. Kun Chai, sebagai keluarga Raja Thailand telah berhasil memimpin TB untuk menjadi besar dan mengimplementasikan berbagai rencana mereka dgn baik dan benar. Berkembangnya wilayah DOI TUNG - yang diubah dari sautu kawasan tanaman morphin terbesar di wilayah perbatasan Thailand dan Myanmar menjadi suatu kawasan pertanian yang produktif dan menyejahterakan masyarakat mereka - adalah sebagai salah satu bukti terbaik tentang betapa kerja keras TB mereka adalah tidak sia-sia. Konsep makro perencanaan wilayah telah mereka sentuh dan perkaya dengan added value sektor pariwisata. 5. Jika kemudian muncul pertanyaan "apakah pengalaman Thailand" tsb bisa kita adopsi di Ranah Minang, maka ijinkan saya utk mengatakan BISA, yaitu dengan cara menggunakan INSTRUMENT PERDA dan KEPUTUSAN LKAM. 6. TB di Ranah Minang menjadi PERLU utk SEGERA kita kembangkan (berbasis Propinsi dan bergradasi hingga nagari) adalah agar TIDAK TERJADI berbagai KETERLANJURAN yang menyebabkan rusaknya sumberdaya (baik sumberdaya alam, sosial-budaya dan adat istiadat) maaupun agar tidak menjadi HIGH COST ( baik karena kegiatan pembangunan yang tumpang-tindih dan tambal-sulam ataupun karena diperlukannya biaya rehabilitasi atas semua keterlanjuran). Barangkali demikian Pak, pendapat saya. Salam, r.a. --- On Sat, 2/28/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote: From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar To: RantauNet@googlegroups.com Date: Saturday, February 28, 2009, 3:07 PM Dr. Ricky Avenzora yang saya hormati, Sebagai salah seorang pemeduli pariwisata Sumatera Barat, saya mengikuti dengan cermat wawasan kepariwisataan yang Anda sampaikan dalam berbagai pertemuan di Ranah. Saya sangat senang dengan wawasan Anda, yang mengombinasikan community-based tourism development dengan sustainable tourism, yang harus dikemas dengan konsep dan variabel berskala makro. Suatu pertanyaan kecil dari saya dalam rangka mewujudkan wawasan Anda tersebut: perlukah kita wujudkan dalam waktu dekat ini suatu West Sumatra Tourism Board (WSTB) sebagai sarana dan wahana yang bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin, untuk menata dan mengembangkan konsep dan variabel yang bersifat makro tersebut ? Atau kita biarkan saja seluruhnya tumbuh secara alamiah ? Wassalam, Saafroedin Bahar (L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo) "Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak". Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com; saafroedin.ba...@rantaunet.org From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> To: RantauNet@googlegroups.com Sent: Saturday, February 28, 2009 2:17:25 PM Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar Dear ALL, 1.. Salam kenal dan hormat utk Pak Aidinil. Terima kasih atas telah berkenan ikut membaca tulisan itu. 2. Mohon ijin dan perkenankan saya utk sedikit menyampaikan esensi dari tulisan saya yg dikutip harian tersebut sbb: a). Pak Aidinil BENAR bahwa secara umum literatur maupun praktisi adalah menyuarakan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas (Community Based Tourism Development), demikian pula dengan salah satu isu utama yang saya cuatkan. Namun demikian, isu tersebut saya anggap 'belum cukup" untuk bisa diimplementasikan secara BAIK dan BENAR. Untuk itu, maka pada tulisan tersebut (maupun dalam diskusi di Taman Budaya) saya mencoba menggelitik pemikiran bersama ttg bagaimana caranya kita bisa mengimplementasikan paradigma SUSTAINABLE TOURISM tersebut secara BAIK, BENAR, EFISIEN dan EFEKTIF. b). Setelah hampir 20 tahun paradigma sustainable tourism diterapkan di Indonesia, maka umumnya para scholar dan praktisi hanya terfokus untuk berbincang dan bertindak secara PARTIAL dengan pusat perhatian dan kegiatan hanya pada SKALA TAPAK. Meskipun topik yang mereka usung, diskusikan dan canangkan berbunyi atau tampak tergolong SKALA MAKRO (=destinasi, wilayah, nasional, ataupun regional yg lintas negara), tapi kenyataannya variabel-variabel yang mereka ambil dan metoda yang digunakan adalah hanya variabel-variabel dan metoda untuk SKALA TAPAK. c). Jika variabel-variabel dan metoda Community Based Tourism Development pada Skala Tapak digunakan ke dalam SKALA MAKRO, maka banyak kejadian telah membuktikan bahwa apapun hasil yang dicapai (meskipun terlihat berhasil) sesungguhnya hanyalah bersifat PLACEBO dan JANGKA PENDEK belaka, dan juga akhirnya hanya menjadi COSTLY dan MERUGIKAN MASYARAKAT yang namanya kita pakai dan jual. Sebagai contoh: meskipun namanya tenar, tapi Traditional Land-use di Bali telah lama hancur berantakan dan Orang Bali ternyata hanya jadi BURUH di negeri nya sendiri sejalan dengan hanya sebanyak 2.7 % saja inverstasi pariwisata di BALI yang benar-benar dimiliki oleh Orang Bali. Demikian juga dengan Wilayah BOPUNJUR di Jawa Barat,....atau dimana saja destinasi wisata yang ada di Indonesia ini. d). Atas segala keterbatasan dan kelemahan yang saya milki dalam menggeluti bidang tsb selama 20 tahun lebih, maka saya sengaja untuk mencuatkan dan MENEKANKAN tentang betapa PENTING nya untuk kita di RANAH MINANG agar tidak terjebak dan ikut-ikutan bertindak seperti itu. Untuk kebaikan dan keselamatan jangka panjang kita bersama di Ranah Minang, maka saya berfikir bahwa pembangunan parawisata (dengan apapun pilihan icon yang mau dipakai) HARUSLAH menerapkan KONSEP, VARIABEL dan METODA MAKRO. e).. Sesuai dengan karakter bidang tourism yang bersifat multi-disiplin dan multi sektoral, dalam konteks MAKRO maka pariwisata BUKANLAH sebagai THE MAIN HIGH END MISSION dari suatu proses pembangunan wilayah. Secara sederhana, barangkali bisa dikatakan bahwa posisi sektor pariwisata dalam suatu pembangunan wilayah hanyalah sebagai ADDED VALUE MISSION. Para profesional dlm bidang pariwisata bertanggungjawab untuk memberikan sentuhan keilmuan bidangnya agar setiap pembangunan di suatu wilayah mempunyai added value yang bisa dijual dalam sektor pariwisata. f). Kerancuan penerapan konsep tapak ke konsep makro tsb, barangkali bisa juga kita lihat di Tana Toraja (sebagai salah satu destinasi utama nasional yg dicanangkan pada tahun 68 bersama Bali, Toba dan Bunaken). Setelah lebih dari 30 tahun utk dicoba dikembangkan, maka Tana Toraja saat ini bisa kita katakan dalam kondisi MENDERITA. Mayarakatnya yang tergolong AGRARIS (maaf) telah DIRACUNI dengan konsep pembangunan wisata yang tidak hati-hati, sehingga saat ini tanah pertanian mereka terbengkalai, sementara ternyata perubahan budaya dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yg berorientasi pada jasa wisata nampaknya masih membutuhkan waktu yg sangat panjang untuk benar-benar menjadi emboded dalam kehidupan mereka. Akibatnya, keindahan dan keasrian hidup dan kehidupan agraris yang tadinya menjadi salah satu kekuatan utama mereka utk masuk ke dalam industri pariwisata akhirnya MENJADI RUSAK dan KEHILANGAN NILAI. 3. Sebagai anak negeri, saya sungguh tidak berharap semua kelemahan dan kekeliruan di tempat orang lain itu terjadi di Ranah Minang kita. Mudah2an posting yang agak panjang ini tidak menjadi sesuatu yg mengganggu anggota milis kita.. Dan jika ada anggota milis yang ingin diskusi lebih dalam, maka barangkali ada baiknya jika kita pakai cara japri (avenzor...@yahoo.com). salam, r.a. --- On Sat, 2/28/09, aidinil zetra <aidi...@yahoo.co.id> wrote: From: aidinil zetra <aidi...@yahoo.co.id> Subject: Bls: [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar To: RantauNet@googlegroups.com Date: Saturday, February 28, 2009, 7:59 AM --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---