Ky

Koreksi juo senek..Pak Saafroedin Bahar, di Palanta ko familiar disapo Pak Saaf
lah baliak Ky dari Meumere..baa carito Alpukat sagadang kapalo bayi baru lahia 
tu
yo santiang mah...lai pulen bin kamek pokat tu

Slamat...slamat..loe udah makan Pokat Maumere..ha..ha..kok makan pokat..pake 
slamat si

Taruihlah lapehkan ulemu tu disiko..buek kemajuan ulemu kito
cubo dari dulu..masuak palanta..lah pasti..ka bajadi2 bakuhampe badiskusi 
seputar Parawisata di Ranah Minang..banyak sanak2 nan ahli2 mah disiko

Wass-Jepe




________________________________
Dari: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com>
Kepada: RantauNet@googlegroups.com
Terkirim: Sabtu, 28 Februari, 2009 16:54:26
Topik: [...@ntau-net] Terima Kasih


Terima kasih Pak Dr. BAHAR atas koreksinya.
 
Salam,
r.a.

--- On Sat, 2/28/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote:

From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com>
Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] 
PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: "WEST SUMATRA TOURISM BOARD" <w...@googlegroups.com>, "LKAAM SUMBAR" 
<lkaamsum...@yahoo.com>, "Dr.Ir Yuzirwan RASYID" <yuzirwanras...@yahoo.co.id>, 
"MH Bachtiar Abna SH" <bachtiara...@yahoo.co.id>
Date: Saturday, February 28, 2009, 4:33 PM


 
Bukan main cepat reaksi Sanak RA ini. Terima kasih atas keterangan yang 
demikian lengkap. 
 
Intinya dalam pengembangan rencana pariwisata berjangka panjang perlu dukungan 
Perda dan keputusan LKAAM (bukan LKAM).
 
Email saya ini saya tembuskan kepada Pucuk Pimpinan LKAAM sebagai informasi dan 
amanah.
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo)
"Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak".
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;
saafroedin.ba...@rantaunet..org 




________________________________
 From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Saturday, February 28, 2009 4:25:14 PM
Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] 
PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar


Dear Pak Dr. BAHAR dan DUNSANAK sadonyo
 
1. Terima kasih sekali atas pandangan Bapak. 
 
2. Jika boleh berharap, sebagai mana posting saya pada salam perkenalan dengan 
Pak Muljadi Ali Basjah (MA) maka mohon kiranya Bapak dan dunsanak kasadonyo 
berkenan utk memanggil saya dengan RA saja.
 
3. Dengan segala kekurangam, keterbatasan dan kelemahan yang saya miliki dlm 
menggeluti bidang ini, maka ijinkan saya untuk berpendapat bahwa ide Bapak 
untuk membangun WSTB (West Sumatra Tourism Board) adalah salah satu bentuk 
langkah penguatan institusi yang SANGAT PERLU untuk kita perjuangkan BERSAMA 
dan SEGERA. 
 
4. Namun demikian, belajar dari berbagai pengalaman masyarakat lain (negeri 
lain) yang selama ini telah mencoba membangun dan mengembangkan institusi 
seperti itu, maka barangkali ada baiknya jika kita menghindari beberapa hal 
berikut yang sering menjadi "ampang-"ampang" (penghalang) efektifitas 
keberadaaan suatu Tourism Board (TB) di tempat mereka, yaitu : 
 
a.  Rendahnya LIGITIMASI atas suatu TB yang didirikan. Kasus ini banyak terjadi 
di Indonesia (termasuk di Bali). Jika dicermati maka penyebabnya umumnya adalah 
: (1) Rendah nya Kualitas SDM lokal sehingga tidak cermat memformulasikan visi, 
misi dan struktur dari institusi, sehingga kemudian  (2) suatu TB hanya menjadi 
"institusi aksesoris" dalam konstelasi pembangunan. Pada kasus-kasus TB 
dibangun secara privat, maka umumnya pemerintah lokal menyikapi keberadaan TB 
seaka-akan sebagai SAINGAN  bagi pemerintah lokal dan sebaliknya TB juga 
memperlakukan pemerintah lokal seakan-akan sebagai "penghambat" yang harus 
selalu dilawan.  Demikian pula pada kasus-kasus TB dibangun oleh pemerintah 
lokal maka umumnya mereka hanya menjadi institusi yang mandul dan menghabiskan 
uang rakyat untuk studi banding kemana-mana. Sedangkan  pada kasus-kasus suatu 
TB dibangun bersama oleh privat dan pemerintah lokal (seperti yg secara 
nasional kita pernah miliki dulu) maka
 sejarah juga sdh menunjukan bahwa ligitamasi TB tersebut kembali menjadi 
HANCUR karena kualitas SDM yang ada hanya cenderung mengambil langkah-langkah 
sesaat utk menghasilkan berbagai show-window  yg mereka rancang untuk menjadi 
indikator keberhasilan mereka.
 
b.  Di Indonesia saya belum pernah menemukan suatu TB yg secara objektif bisa 
kita katakan mempunyai ligitmasi yang baik dan powerful serta efisien dan 
efektif dalam menjalankan berbagai misi untuk mencapai visinya. Sebagai negara 
yg digolongkan orang sebagai negara berkembang, maka barangkali apa yang dibuat 
oleh Thailand (BUKAN MALAYSIA) ada baiknya kita contoh dan lebih sempurnakan. 
Di Thailand, TB yang mereka bangun pada era 80-an menjadi sangat ligitimate dan 
powerful sejalan komando dari Raja Thailand. Pemerintah dan swasta bersatu 
membangun TB dan disiplin dalam menjalankan berbagai rencana yg mereka bangun 
bersama di dalam TB. Kun Chai, sebagai keluarga Raja Thailand telah berhasil 
memimpin TB untuk menjadi besar dan mengimplementasikan berbagai rencana mereka 
dgn baik dan benar. 
 
Berkembangnya wilayah DOI TUNG - yang diubah dari sautu kawasan tanaman morphin 
terbesar di wilayah perbatasan Thailand dan Myanmar menjadi suatu kawasan 
pertanian yang produktif dan menyejahterakan masyarakat mereka - adalah sebagai 
salah satu bukti terbaik tentang betapa kerja keras  TB mereka adalah tidak 
sia-sia. Konsep makro perencanaan wilayah telah mereka sentuh dan perkaya 
dengan added value sektor pariwisata.  

5. Jika kemudian muncul pertanyaan "apakah pengalaman Thailand" tsb bisa kita 
adopsi di Ranah Minang, maka ijinkan saya utk mengatakan BISA, yaitu dengan 
cara menggunakan INSTRUMENT PERDA dan KEPUTUSAN LKAM.
 
6. TB di Ranah Minang menjadi PERLU utk SEGERA kita kembangkan (berbasis 
Propinsi dan bergradasi hingga nagari) adalah agar TIDAK TERJADI berbagai 
KETERLANJURAN yang menyebabkan rusaknya sumberdaya (baik sumberdaya alam, 
sosial-budaya dan adat istiadat) maaupun agar tidak menjadi HIGH COST ( baik 
karena kegiatan pembangunan yang tumpang-tindih dan tambal-sulam ataupun karena 
diperlukannya biaya rehabilitasi atas semua keterlanjuran). 
 
Barangkali demikian Pak, pendapat saya.
 
Salam,
r.a.
 

--- On Sat, 2/28/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote:

From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com>
Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] 
PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Saturday, February 28, 2009, 3:07 PM


 
Dr. Ricky Avenzora yang saya hormati,
 
Sebagai salah seorang pemeduli pariwisata Sumatera Barat, saya mengikuti dengan 
cermat wawasan kepariwisataan yang Anda sampaikan dalam berbagai pertemuan di 
Ranah. Saya sangat senang dengan wawasan Anda, yang mengombinasikan 
community-based tourism development dengan sustainable tourism, yang harus 
dikemas dengan konsep dan variabel  berskala makro.
 
Suatu pertanyaan kecil dari saya dalam rangka mewujudkan wawasan Anda tersebut: 
perlukah kita wujudkan dalam waktu dekat ini suatu West Sumatra Tourism Board 
(WSTB) sebagai sarana dan wahana yang bersifat lintas sektoral dan lintas 
disiplin, untuk menata dan mengembangkan konsep dan variabel yang bersifat 
makro tersebut ?
 
Atau kita biarkan saja seluruhnya tumbuh secara alamiah ?
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta; Tanjuang, Soetan Madjolelo)
"Basuku ka Ibu; banasab ka Bapak; basako ka Mamak".
Alternate e-mail address: saaf10...@gmail.com;
saafroedin.ba...@rantaunet.org 




________________________________
 From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Saturday, February 28, 2009 2:17:25 PM
Subject: Re: Bls: Perecanaan Wisata -Tapak vs Makro - [...@ntau-net] 
PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di Sumbar


Dear ALL,
 
1.. Salam kenal dan hormat utk Pak Aidinil. Terima kasih atas telah berkenan 
ikut membaca tulisan itu.
 
2. Mohon ijin dan perkenankan saya utk sedikit menyampaikan esensi dari tulisan 
saya yg dikutip harian tersebut sbb:
 
a).  Pak Aidinil BENAR bahwa secara umum literatur maupun praktisi adalah 
menyuarakan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas (Community Based Tourism 
Development), demikian pula dengan salah satu isu utama yang saya cuatkan. 
Namun demikian, isu tersebut saya anggap 'belum cukup" untuk bisa 
diimplementasikan secara BAIK dan BENAR. Untuk itu, maka pada tulisan tersebut 
(maupun dalam diskusi di Taman Budaya) saya mencoba menggelitik pemikiran 
bersama ttg bagaimana caranya kita bisa mengimplementasikan paradigma 
SUSTAINABLE TOURISM tersebut secara BAIK, BENAR, EFISIEN dan EFEKTIF.
 
b). Setelah hampir 20 tahun paradigma sustainable tourism diterapkan di 
Indonesia, maka umumnya para scholar dan praktisi hanya terfokus untuk 
berbincang dan bertindak secara PARTIAL dengan pusat perhatian dan kegiatan 
hanya pada SKALA TAPAK. Meskipun topik yang mereka usung, diskusikan dan 
canangkan berbunyi atau tampak tergolong SKALA MAKRO (=destinasi, wilayah, 
nasional, ataupun regional yg lintas negara), tapi kenyataannya 
variabel-variabel yang mereka ambil dan metoda yang digunakan adalah hanya 
variabel-variabel dan metoda untuk SKALA TAPAK.
 
c). Jika variabel-variabel dan metoda Community Based Tourism Development pada 
Skala Tapak digunakan ke dalam SKALA MAKRO, maka banyak kejadian telah 
membuktikan bahwa apapun hasil yang dicapai (meskipun terlihat berhasil) 
sesungguhnya hanyalah bersifat PLACEBO dan JANGKA PENDEK belaka, dan juga 
akhirnya hanya menjadi COSTLY dan MERUGIKAN MASYARAKAT yang namanya kita pakai 
dan jual. Sebagai contoh: meskipun namanya tenar, tapi Traditional Land-use di 
Bali telah lama hancur berantakan dan Orang Bali ternyata hanya jadi BURUH di 
negeri nya sendiri sejalan dengan hanya sebanyak 2.7 % saja inverstasi 
pariwisata di BALI yang benar-benar dimiliki oleh Orang Bali. Demikian juga 
dengan Wilayah BOPUNJUR di Jawa Barat,....atau dimana saja destinasi wisata 
yang ada di Indonesia ini. 
 
d). Atas segala keterbatasan dan kelemahan yang saya milki dalam menggeluti 
bidang tsb selama 20 tahun lebih, maka saya sengaja untuk mencuatkan dan 
MENEKANKAN tentang betapa PENTING nya untuk kita di RANAH MINANG agar tidak 
terjebak dan ikut-ikutan bertindak seperti itu. Untuk kebaikan dan keselamatan 
jangka panjang kita bersama di Ranah Minang, maka saya berfikir bahwa 
pembangunan parawisata (dengan apapun pilihan icon yang mau dipakai) HARUSLAH 
menerapkan KONSEP, VARIABEL dan METODA MAKRO.
 
e).. Sesuai dengan karakter bidang tourism yang bersifat multi-disiplin dan 
multi sektoral, dalam konteks MAKRO maka pariwisata BUKANLAH sebagai THE MAIN 
HIGH END MISSION dari suatu proses pembangunan wilayah. Secara sederhana, 
barangkali bisa dikatakan bahwa posisi sektor pariwisata dalam suatu 
pembangunan wilayah hanyalah sebagai ADDED VALUE MISSION. Para profesional dlm 
bidang pariwisata bertanggungjawab untuk memberikan sentuhan keilmuan bidangnya 
agar setiap pembangunan di suatu wilayah mempunyai added value yang bisa dijual 
dalam sektor pariwisata. 
 
f). Kerancuan penerapan konsep tapak ke konsep makro tsb, barangkali bisa juga 
kita lihat di Tana Toraja (sebagai salah satu destinasi utama nasional yg 
dicanangkan pada tahun 68 bersama Bali, Toba dan Bunaken). Setelah lebih dari 
30 tahun utk dicoba dikembangkan, maka Tana Toraja saat ini bisa kita katakan 
dalam kondisi MENDERITA. Mayarakatnya yang tergolong AGRARIS (maaf) telah 
DIRACUNI dengan konsep pembangunan wisata yang tidak hati-hati, sehingga saat 
ini tanah pertanian mereka terbengkalai, sementara ternyata perubahan budaya 
dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yg berorientasi pada jasa wisata 
nampaknya masih membutuhkan waktu yg sangat panjang untuk benar-benar menjadi 
emboded dalam kehidupan mereka. Akibatnya, keindahan dan keasrian hidup dan 
kehidupan agraris yang tadinya menjadi salah satu kekuatan utama mereka utk 
masuk ke dalam industri pariwisata akhirnya MENJADI RUSAK dan KEHILANGAN NILAI. 
 
3. Sebagai anak negeri, saya sungguh tidak berharap semua kelemahan dan 
kekeliruan di tempat orang lain itu terjadi di Ranah Minang kita. Mudah2an 
posting yang agak panjang ini tidak menjadi sesuatu yg mengganggu anggota milis 
kita.. Dan jika ada anggota milis yang ingin diskusi lebih dalam, maka 
barangkali ada baiknya jika kita pakai cara japri (avenzor...@yahoo.com).
 
salam,
r.a.
 

--- On Sat, 2/28/09, aidinil zetra <aidi...@yahoo.co.id> wrote:

From: aidinil zetra <aidi...@yahoo.co.id>
Subject: Bls: [...@ntau-net] PERENCANAAN : Komunitas Berbasis Pariwisata di 
Sumbar
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Saturday, February 28, 2009, 7:59 AM


 
 


  



 



      ____________________________________________________________________
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke