Terima kasih, pak Mochtar. Tema ini sungguh relevan untuk kita kaji, bahkan 
untuk kita teliti lebih lanjut secara lebih bersungguh-sungguh. Bagaimanapun, 
sikap, perilaku, dan perbuatan orang seorang adalah resultante dari demikian 
banyak pengaruh kultural, yang dalam bangsa kita juga bermasalah karena 
kemajemukannya.
Jika tesis pola M kita kaitkan dengan adat Koto Piliang yang mirip pola J atau 
B-M dan adat Bodi Chaniago yang relatif murni berciri sentrifugal, kok rasanya 
sama-sama sulit untuk saling percaya satu sama lain ? Bagaimana menerangkan hal 
ini ? Mestinya sanak kita yang adatnya Koto Piliang kan lebih mudah saling 
percaya mempercayai ?
Secara pribadi saya sudah lama risau dengan hal ini, dan belum menemukan 
penjelasan yang agak memuaskan. Kelihatannya sifat kita orang Minang ini hampir 
sama dengan sifat orang Arab, yang juga sukar untuk saling percaya satu sama 
lain. Apa ini dampak 'tribalism' ?
Tapi tentang sifat negatif orang Indonesia secara umum sudah lama ditulis oleh 
Koentjaraningrat, Mochtar Lubis, dan Taufiq Ismail. Disederhanakan, mungkin 
kekurangan kita orang Minang merupakan bagian dari kekurangan kita sebagai 
orang Indonesia.

Yang masih perlu kita usahakan adalah: bagaimana memperbaikinya ?
Wassalam,
Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


--- On Mon, 12/14/09, Mochtar Naim <mochtarn...@yahoo.com> wrote:

From: Mochtar Naim <mochtarn...@yahoo.com>
Subject: Tanggapan untuk Bung Daus dan Pak Saf, dari Mochtar Naime: 
[...@ntau-net] 33 TH KKSS, Bagaimana dg MINANG ???
To: RantauNet@googlegroups.com, "firdaus hasan basri" <d...@indo.net.id>, "azmi 
dt bgd abu" <azmi_libra_kenc...@yahoo.co.id>, "basri mangun" 
<basri_man...@yahoo.com>, "Dr.Saafroedin BAHAR" <saaf10...@yahoo.com>, 
ba...@yahoogroups.com, buyamasoed abi...@gmail.com, bachyu...@yahoo.com, 
"Achyarli Djalil" <achyarli_dja...@yahoo.com>, "ASLIM NURHASAN" 
<aslimnurha...@yahoo.com>, "asmun syueib" <kinno...@yahoo.co.id>, "Prof. Dr 
Azyumardi AZRA" <azyumardia...@yahoo.com>, amelian...@yahoo.com, "Cha cha" 
<srikandi_of_wo...@yahoo.com>, "PHENI CHALID" <phenicha...@undp.org>, "fasli 
djalal" <faslidja...@yahoo.com>, "Prof Dr Djohermansyah DJOHAN" 
<ddjo...@yahoo.com>, "Elvira Naim" <elviran...@yahoo.com>, "Emil Pk" 
<emi...@yahoo.com>, "Prof.Dr Emil SALIM" <emilsalim2...@yahoo.com>, 
edyut...@yahoo.com, "Gamawan Fauzi" <gube...@sumbarprov.go.id>, "nurul fikri" 
<bkbnf_cab...@yahoo.com>, "Genius Umar" <geniusu...@yahoo.com>, 
hamboc...@yahoo.com, "Laode Ida"
 <laodeid...@yahoo.com>, "rahmi naska" <izzati_kh...@yahoo.co.id>, 
kemal...@yahoo.com, kongkebmin...@yahoo.com, "Harlizon MBAu" 
<harli...@gmail.com>, "mairizal meirad" <mairizal_mei...@yahoo.co.id>, "Meuthia 
Suyudi" <meuthia_suy...@yahoo.com>, "Muslih Sayan" <mimbarmin...@yahoo.com.sg>, 
"Mochtar Naim" <mochtarn...@yahoo.com>, "Suryadi" <niadil...@yahoo.co.id>, 
"yudi suyudi" <su_y...@yahoo.com>, "sylvia tadjudin" <svia...@yahoo.com>, 
tasrilmo...@telkom.net, yy_da...@yahoo.com, zuler2...@yahoo.com, "Zulharbi 
Salim" <zsmangk...@telkom.net>, nda_c...@rocketmail.com
Date: Monday, December 14, 2009, 8:30 AM

bBung Daus, Pak Saf, dkk
 
    Perbedaan cara pandang antara Bugis-Makasar dan Minang, secara sosiologinya 
adalah konsekuensi logis dari sistem sosial dan budayanya. Minang (M) dan B-M 
(Bugis-Makasar), masing-masingnya, pada gilirannya, adalah refleksi dari sistem 
sosial dan budaya yang mereka anut. Masyarakat-masyarakat yang lainpun, 
yang pola sosial-budayanya sama dengan masing-masing, artinya M dan BM itu, ya 
sama juga. Praktis keseluruhan masyarakat yang berpola sama dengan M, artinya 
yang tribal-bersuku-suku, egaliter, demokratis, horizontal, sentrifugal, dsb, 
ya sama juga. Lihat itu, pada masyarakat Mentawai, Dayak, Papua, dlsb, kalau 
mereka memperkatakan sesuatu apapun, mereka ya berdebat secara terbuka, yang 
kalau orang luar melihatnya, kelihatannya seperti bertengkar, demikian 
terbukanya. Melalui proses itu mereka mendapatkan kata sepakat, ada yang 
konsensus bulat -- kok bulek lah buliah digolongkan -- dan ada yang konsensus 
berdasarkan suara
 mayoritas -- kok picak lah buliah dilayangkan, dan ada pula yang diperanginkan 
dulu karena belum mendapatkan kata sepakat. Inilah yang namanya "ur-demokrasi" 
itu. Dan itu bukan centang-perenang, anarki, amburadul, saling mamburuakkan, 
dsb. Ada polanya sesuai dengan acuan sistem sosial-budaya mereka itu.
     Begitu juga dengan masyarakat-masyarakat yang berpola seperti masyarakat 
B-M itu, yang dasarnya adalah feodalisme beraja-raja, hirarkis, oligarkis, 
vertikal, top-down, entah apa lagi. Yang berapat-bermusyawarah dan mengambil 
kata putus itu adalah tetua-tetua, yang berdarah biru, yang memiliki hak 
prerogatif, dsb. Beda feodalisme yang berpola B-M dan J (Jawa) terutama adalah 
pada orientasi hasil-akhirnya. B-M berorientasi sentrifugal, menempatkan raja, 
tetua, dsb, sebagai abdi rakyat, demi dan untuk kepentingan dan kesejahteraan 
rakyat, sementara J berorientasi sentripetal: rakyat adalah abdi, kawulo, dari 
raja. Dan negeri itu adalah miliknya raja. Nah, inilah yang sekarang sedang 
bergelinsam-pinsam dalam NKRI sekarang ini. Korupsi dan 
penyalah-gunaan wewenang dan kekuasaan meraja lela, karena para pejabat dan 
penguasa merasa bahwa negara ini adalah milik mereka, bukan milik rakyat.  
    Apa yang Bung Daus lihat dengan cara orang B-M "begitu mulus"nya mengambil 
kata sepakat, jelas tidak terlepas dari pola budaya mereka itu. Tapi karena 
orientasi mereka adalah sentrifugal, maka di ujung2nya pun kita melihat 
maraknya demo2, unjuk rasa, dsb, yang di Minang tidak terlihat atau tidak 
menonjol.
    Yang 'bedo' dengan kita dan generasi kita sekarang ini adalah karena kita 
dalam proses transisi yang serba tak menentu. Satu kaki kita masih terkait ke 
masa lalu, dengan bernostalgia ke masa ur-demokrasi masa lalu. Kaki yang satu 
lagi ikut dengan arus NKRI sekarang ini yang polanya adalah pola J itu. 
Karenanya kita sedang menghadapi penyakit skizofrenia, jiwa terbelah, yang 
cukup parah, yang tak jelas mau ke mana kita, dan mana yang mau dipilih. Tokoh 
intelektual Minang, baik yang di ranah maupun yang di rantau, tak segera keluar 
dengan alternative solutions. Entah dengan Kongres Kebudayaan Minang 2010 nanti 
akan keluar gagasan-gagasan cemerlang dalam mencarikan jalan keluarnya itu, 
atau hanya sekadar basuo-suo palapehkan taragak.   
    Ini komentar saya sekadar pahangekkan tungku. MN 
 
----- 





      


      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke