Semuanya kembali kepada tetapan kata2 sesuai UU.
Koreksi kepada pemerintah yang sah, boleh2 saja
Tapi dengan mengangkat senjata, memprolamirkan pemerintah sendiri (PRRI), 
kabinet sendiri, mata uang sendiri, memutuskan hubungan dengan pemerintah, 
menerima bantuan dana dan senjata dari negara lain, merekrut pasukan sendiri, 
ya pasti itu adalah Pemberontak

Tidak bisa disangkal lagi, dan sudah dicatat oleh sejarah


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "Nofendri T. Lare" <nof...@rantaunet.org>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sun, 13 Feb 2011 09:03:29 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] 53 TAHUN GERAKAN PRRI : Harga Mati sebagai Pemberontak

CAP sebagai pemberontak bagi PRRI oleh Pemerintah Pusat masih terus
disematkan hingga kini. Padahal, gerakan PRRI sebagai perjuangan koreksi
bagi jalannya pemerintah. Lalu sampai kapan cap pemberontak melekat pagi
yang terlibat dalam gerakan PRRI?

 

The twilight in Jakarta. Suatu senja kala di Jakarta. Hari itu 15 Februari
1958. Lima puluh tiga tahun silam. Sejumlah wartawan asing memasuki halaman
rumah kediaman Menteri Luar Negeri RI Dr Subandrio, Jalan Merdeka Barat,
Jakarta. Ternyata rumah itu kosong. Dari paviliun kanan muncul seorang
diplomat muda, Ganis Harsono, Mantan Atase Pers Kedutaan Besar RI di
Washington.

 

Di depan Ganis, wartawan New York Times, Bernie Kalb berteriak keras. "Apa
macam kalian semua ini, hah? Di mana Perdana Menteri Djuanda sekarang?
Dimana Menteri Luar Negerimu Subandrio? Semua tak ada di tempat. Tak ada
seorang pun yang bisa dimintai keterangan. Apa macam, nih?"

 

Lalu Ganis Warsono menyuruh para wartawan asing itu pergi ke Menteng, Pusat
Perwakilan Negara-Negara Asing. "Di sana beliau-beliau itu akan bertemu. Ada
Prime Minister Djuanda dan ada Menlu Subandrio," kata Ganis. 

 

Tapi Hans Martinot, wartawan ANP (Algeemeen Nederlands Persbureu) dari
Belanda berteriak lagi: "Hei, Ganis! Kau jangan berlagak pintar. Kau pasti
sudah mendengar satu jam yang lalu RRI Bukittinggi dan Padang telah
menyiarkan Proklamasi PRRI (Pemerintah Revolusioner Repunblik Indonesia di
Padang)."

 

Demikian ditulis almarhum Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie, dalam bukunya
Mesin Ketik Tua terbitan Pusat Pengkajian Islam Minangkabau (PPIM) tahun
2005.

 

Saat itu 15 Februari 1958. Genderang perang ditalu. Pemicunya, ketidakpuasan
daerah kepada Pemerintah Pusat: banyak senjang, tak sedikit yang timpang
dalam roda pemerintahan. Komunis berkembang subur.

 

RRI Padang, Bukittinggi, Pekanbaru, Tanjung Pinang, dan Jambi pada waktu itu
memang menunda siaran yang telah diagendakan lalu digantikan oleh pengumuman
penting dari Ketua Dewan Perjuangan Letkol Ahmad Husein tentang terbentuknya
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Perdana Menteri Mr
Sjafruddin Prawiranegara, yang sebelumnya merupakan pemimpin PDRI-dipilih
Perdana Menteri.

 

Ahmad Husein membacakan tuntutannya untuk Pemerintah Pusat yang dikenal
dengan "Piagam Perjuangan". Isinya tuntutan itu: 

1). Bubarkan Kabinet Djuanda dan kembalikan mandatnya ke Presiden, 

2). Bentuk zaken kabinet nasional di bawah suatu panitia pimpinan M Hatta
dan Hamengkubuwono IX, 

3). Beri kabinet baru mandat sepenuhnya untuk bekerja sampai pemilu
mendatang, 

4). Presiden Soekarno/Pj. Presiden agar membatasi diri menurut konstitusi. 

5). Bila tuntutannya tak dipenuhi dalam tempo 5x24 jam, Dewan Perjuangan
akan mengambil kebijaksanaan sendiri.

 

Setelah membacakan "Piagam Perjuangan" itu, Ahmad Husein pun melantik
Kabinet PRRI di Gubernuran Padang. 

 

Pecah di Tubuh Militer

 

Menurut Rusli Marzuki Saria -akrab dipanggil Papa- salah seorang yang ikut
bergabung dengan PRRI, terlepas dari sebutan apakah PRRI sebagai
pemberontakan atau tidak, PRRI muncul merupakan akumulasi dari geliat
militer yang banyak muncul sebelum kemerdekaan dan sesudahnya.

"Ini dipicu karena faktor kekuasaan, militerisme, dan belum solidnya militer
Indonesia," kata Rusli Marzuki Saria yang bergabung PRRI saat berusia 22
tahun. Ia bergabung dengan Mobbri (kini Brimob) 106 Sumatera Tengah kepada
Haluan, Sabtu (12/1).

 

Dijelaskannya, sekitar tahun 1945-1950, puluhan para para militer yang
bergabung di antaranya Masyumi (tentaranya Hizbullah), PKI (tentaranya
Tentara Merah Indonesia), Ninik Mamak (tentara adat), Perti (tentara Allah),
dan sebagainya. "Sebagian besar tentara itu tak bergaji."

 

Pada tahun 50-an pemerintah memberlakukan sistem gaji terhadap tentara dan
mengatur secara benar organisasi militer ini, sehingga banyak tentara yang
tersingkir. "Tentara-tentara yang sebelumnya ikut berjuang meraih
kemerdekaan ini, banyak yang tersingkir karena berbagai persyarakat yang
diterapkan pemerintah. Mereka inilah kemudian berkumpul dan melakukan
perlawanan dari daerah-daerah," jelas Papa.

 

Rusli Marzuki Saria saat itu bergabung dengan Kompi Mawar FK Unand. Di Kompi
itu, ada banyak senjata pemberian Dewan Benteng, yaitu 12 buah basoka, 12
LMS, brengan, british LE, dan JS Karaben.

 

Diserang Kiri-Kanan

 

Pemerintah Pusat tak senang diultimatum. Lima hari setelah ancaman itu,
Pusat kirim tentara ke Padang sebanyak 7.500-10.000 personil terdiri dari
Kodam Diponegoro, Siliwangi, Brawijaya dan elit Banteng Raiders juga KKO
khusus Marinir AL ke Sumatra Tengah (Minangkabau). Tidak cukup? Pusat
memperkuat lagi dengan mengirim 5-7 kapal perang dan ditambah dengan pesawat
tempur.

 

Kolonel Ahmad Yani memimpin penyerangan. Namanya Sandi Operasi 17 Agustus.
Maka, berdarah-darahlah negeri ini. Dentuman dan raungan senjata perang
sahut-menyahut. Perang sesama saudara sendiri. Saling mengunus senjata
dengan saudara yang pernah sama-sama berjuang memerdekakan negeri yang
bernama Indonesia ini.

 

Bagindo Fachmi, 70 tahun, salah seorang yang terlibat langsung dalam gerakan
PRRI mengisahkan, gerakan PRRI sebagai perjuangan koreksi terhadap jalannya
pemerintahan. 

"Pemerintah pusat saat itu tidak merasa ada yang perlu dikoreksi. Perlawan
itu dinilai pusat sebagai pembangkangan terhadap pusat. Senjata adalah
jawaban yang tepat pagi pusat. Pembangkangan para militer yang sakit hati.
Di dalam teori militer, mereka disebut desersi. Maka, kebijakannya adalah
tumpas," kata Bagindo Fachmi.

 

Dewan Perjuangan yang diketuai oleh Letkol Ahmad Husein adalah gabungan dari
dewan-dewan daerah seperti Dewan Benteng (Sumatera Tengah), Dewan Gajah
(Sumatera Utara), Dewan Garuda (Sumatera Selatan), Dewan Lambung Mangkurat
(Kalimantan Selatan), dan Permesta (Sulawesi Utara). Sekretaris Jenderal
Dewan Perjuangan adalah Kolonel Dahlan Djambek, Deputy III KSAD yang
bergabung dengan Dewan Banteng.

 

Rapat Rahasia

 

Dalam buku "Mesin Ketik Tua" disebutkan, lebih kurang sebulan sebelumnya
yakni pada 8 Januari 1958 telah berlangsung rapat rahasia di Sungai Dareh,
Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung. Tempat rapat di sebuah gedung yang amat
sederhana di tepi Sungai Batanghari yang dikenal dengan "Pasanggrahan".

 

Dari pihak militer yang hadir, Letkol Ahmad Husein (Ketua Dewan Banteng),
Kolonel Maludin Simbolon (Ketua Dewan Gajah), Letkol Barlian (Ketua Dewan
Garuda), Letkol Venje Sumual (Permesta), Kolonel M. Dahlan Djambek (Deputi
II KSAD yang bergabung dengan Dewan Banteng), Kolonel Zulkifli Lubis (Wakil
KSAD yang menghilang).

 

Tokoh dari sipil adalah Moh Natsir, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo, Syarif Usman, Almez, Taher Samad, Duski Samad, H.
Darwis Taram, Moh. Sjafe'i Kayutanam, Sulaiman, dan Sjarif Said. Rapat itu
berlangsung dua hari dan berakhir tanggal 9 Januari 1958. Pertemuan hari
pertama khusus militer dan hari kedua gabungan militer dengan politisi.

 

Dalam pertemuan rahasia tersebut disepakati bahwa sebulan setelah rapat
Sungai Dareh yakni pada tanggal 10 Februari 1958 disampaikan tuntutan kepada
pemerintah pusat melalui ultimatum 5x24 jam. (h/naz/adk)

 

e-Paper Harian Haluan, 13 February 2011 

 

Wassalam

Nofend/34+/M-CKRG

 

=> MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!!

Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat
dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang,
Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi
Sumatera Barat.

 

 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke