Sabtu, 02 April 2011 02:38
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari berse-jarah Indonesia yang jatuh pada
tanggal 19 Desember untuk mem-peringati deklarasi Pe-me-rintahan Darurat
Re-publik Indonesia oleh Mr. Sjafruddin Prawi-ranegara di Sumatera Barat
pada 19 Desember tahun 1948. Keputusan ini ditetapkan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono mela-lui Keppres No.28 Tahun 2006.

(Dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas)

***

Tanggal 12 Januari 2006, bersama selusin wartawan senior Sumatera Barat saya
berkesempatan bertemu muka dan bertemu-wicara dengan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono atau SBY di Istana Bung Hatta Bukittinggi.

Kesempatan itu datang ketika Presiden SBY menikmati kunjungan empat harinya
di Bukittinggi -konon kunjungan terlama Presiden di satu daerah- dalam
rangka Pertemuan Bilateral Indonesia - Malaysia.

Tiba giliran saya bicara, saya tidak mengajukan pertanyaan, tetapi
permintaan. Setelah memper-kenal-kan diri dan sedikit argumen, saya
sampaikan: "Bapak Presiden, saya hanya ingin mengajukan permintaan, di masa
pemerintahan Bapak ini hendaknya soal Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia atau PDRI dapat didudukkan dalam sejarah ketatanegaraan kita.
Teri-makasih."

Jawaban Presiden juga spontan: "Saya telah menerima sejumlah permintaan dan
usul yang demikian. Insya Allah, saya akan segera mengundang para ahli
sejarah dan meminta diadakan seminar di perguruan tinggi, sehingga masalah
PDRI dapat kita tempatkan pada proporsi yang sebenarnya, pada tempat yang
seobjektif mungkin."

Tak lama setelah itu Presiden SBY memang menugaskan Menteri Sekretaris
Negara Yusril Ihza Mahendra untuk bertemu dengan sejumlah ahli sejarah dan
menggelar serangkaian seminar mengenai PDRI di sejumlah perguruan tinggi
terke-muka, termasuk di Universitas Andalas. Lalu, tak sampai setahun
setelah kunjungan bersejarah SBY di Bukittinggi itu, terbitlah Keputus-an
Presiden (Keppres) No. 28 Tahun 2006 tanggal 16 Desember 2006 tentang
penetapan Hari Bela Negara seperti yang dijelaskan secara seder-hana namun
tegas oleh Wikipedia sebagaimana dikutip di atas.

Tak sampai dua tahun kemudian, bulan November 2008, Presiden SBY
menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Mohammad Natsir. Natsir adalah
negarawan besar dan tokoh terkemuka dunia Islam yang punya peran cukup
menentukan pada masa akhir PDRI. Natsir bersama Dokter Halim dan Johannes
Leimena adalah para tokoh nasional yang datang ke Sumatera Barat untuk
menemui dan berhasil membujuk Ketua PDRI Sjafruddin Prawi-ranegara agar
kembali ke Yogyakarta dan menyerahkan kembali mandat kepala pemerintahan RI
kepada Soekarno dan Hatta.

***

Hari Minggu (2/4) besok, Panitia Satu Abad Mr. Sjafruddin Prawi-ranegara
akan menggelar seminar "Mengenang Satu Abad Sjafruddin Prawiranegara: Makna
PDRI dalam Revolusi Indonesia". Seminar rencananya dibuka dan dihadiri
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dengan pembicara antara lain mantan Wakil
Ketua MPR-RI A.M. Fatwa, cedekiawan dan tokoh muda nasional asal Minang
Fadli Zon, serta sejarawan Prof. Dr. Mestika Zed dan Prof. Dr. Nina Lubis.
Akan hadir pula dalam seminar tersebut sejum-lah tokoh pelaku sejarah dan
putra Sjafruddin, Farid Prawiranegara.

Seminar di Istana Negara Bung Hatta Bukittinggi -gedung bersejarah tempat
Sjafruddin lebih 62 tahun silam mencetuskan ide PDRI-adalah rangkaian dari
kegiatan Mengenang Satu Abad Sjafruddin Prawiraranegara yang sudah diadakan
sejak dua bulan lalu dengan acara puncak di Gedung Bank Indonesia (BI)
Jakarta yang dihadiri Wakil Presiden Boediono tanggal 28 Februari 2011.

Sjafruddin Prawiranegara adalah tokoh dan negarawan besar yang pernah
dimiliki Indonesia. Ketika Republik yang baru berumur tiga tahun ini
terancam hilang dari peta negara-negara merdeka dan ber-daulat di dunia
-karena ibukota negara diduduki Belanda dan Presiden serta Wakil Presiden
ditangkap lalu ditawan musuh-Sjafruddin tampil sebagai 'penyam-bung nyawa'
Repub-lik yang baru merdeka itu dengan membentuk dan memproklamasikan
Peme-rintahan Darurat Republik Indo-nesia atau PDRI. Sjafruddin me-mang tak
menyebut dirinya Pre-siden, tetapi "Ketua PDRI". Tetapi ketika Presiden dan
Wakil Presiden -kepala negara dan kepala peme-rintahan-tidak bisa
menja-lankan tugas dan fungsinya karena ditawan musuh, apa bedanya jabatan
"ketua" itu dengan "presiden"?

Tak perlu kita berbasa-basi, bahwa rangkaian peringatan Satu Abad Sjafruddin
Prawiranegara -termasuk seminar di Bukittinggi besok-sebenarnya adalah suara
sayup-sayup yang terdengar nyaring, yang menginginkan peran dan sumbangsih
besar Sjafruddin itu agar dapat pula didudukkan secara objektif dan benar
dalam sejarah bangsa ini. Kita akuilah orang besar ini memang mempunyai
peran yang penting dan besar pula dalam sejarah negeri ini.

Tapi sebagian besar kita tahu, terutama para ahli sejarah, ada faktor
penghambat bagi adanya pengakuan 'resmi' itu. Yaitu Peristiwa "Pemerin-tah
Revolusioner Republik Indo-nesia" atau PRRI -suatu singkatan yang kadang
-mungkin tanpa sengaja- disamakan pula dengan PDRI. Khusus untuk Sjaf-ruddin
Prawiranegara memang ada benang merah dan kesamaannya -tokoh ini adalah
Ketua PDRI dan juga Perdana Menteri PRRI.

Agar bangsa ini bisa menem-patkan seluruh rangkaian peristiwa sejarahnya
secara objektif dan benar - supaya para tokoh pejuang dan negarawan yang
punya peran dan sumbangsih besar terhadap bangsa dan negara ini juga bisa
dilihat dan ditempatkan secara objektif dan benar pula- yang tak kalah
pentingnya untuk direkonstruksi dan dikaji ulang adalah sejarah PRRI itu
sendiri. Mumpung para tokoh yang punya 'kepentingan sejarah' sudah tidak ada
lagi, dan setelah lebih setengah abad peristiwanya berlalu, para sejarawan
tentulah kini bisa melihat rangkaian sejarah bangsa ini dengan lebih jernih.
Termasuk peristiwa PRRI di mana selain Sjafruddin dan Mohammad Natsir,
sejumlah negarawan besar juga terlibat di dalamnya - sebutlah mantan Acting
Presiden RI Mr. Assaad, bekas Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, serta
para veteran perjuang kemerdekaan seperti Kolonel Ahmad Husein, Kolonel
Simbolon, Kolonel Dahlan Djambek, dan banyak lagi.

Sebagai penutup tulisan ini -mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan bagi
kita-saya kutipkan laporan Dean Almy, wakil CIA di Konsulat Amerika di
Medan, yang menjelang meletusnya peristiwa PRRI selama beberapa hari awal
Oktober 1957 berkunjung ke Bukit-tinggi dan bertemu dengan para (bakal)
tokoh PRRI. Almy menulis-kan kesaksiannya:

Saya menemukan Simbolon duduk di bawah gambar Sukarno. Saya berkata saya
heran melihat hal itu. Simbolon menjawab, "Bagaimana pun juga, ia presiden."
Ketika saya meninggalkan Bukittinggi tanggal 5 Oktober, pasukan-pasukan
(Ahmad) Husein sedang menjalankan upacara merayakan Hari Angkatan
Bersen-jata. Mereka berdiri di bawah bendara Indonesia sewaktu band
memainkan lagu nasional. (Paul F. Gardner, 50 Tahun Amerika Serikat -
Indo-nesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hlm. 293).*

HASRIL CHANIAGO
http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=319
1:karena-prri&catid=12:refleksi&Itemid=82

Wassalam
Nofend/34+/M-CKRG

=> MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!!
Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat
dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang,
Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi
Sumatera Barat.


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke