[Keuangan] Kemandirian
Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply such a number quickly and we want American equipment. In making this request we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the program-details such as exact plan application, technical help and financing can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we are prepared to take risks and even material losses in embarking on this program-But embark upon it we will, with or without your help". Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) Cheers Enda
[Keuangan] Tambahan - was: Mana yang lebih baik...
Tambahan, biar lebih sfesifik dan tidak terkesan sentimen kepada pemerintahan. Jika negara ini disederhanakan dengan lapangan bola, dan aparatur negara sama dengan panitia/pengelola, pengawas dan pelatih. Maka tentunya yang perlu diperhatikan diantaranya: - Lapangannya (bersih, datar, gawangnya bagus, garis-garis pelanggaran jelas dsb...) - Tribun penontonnya, biar rapi dan tidak mengganggu pemain - Aturan mainnya : gak boleh narik baju, nendang kaki lawan, opsait dsb... - Wasit : harus netral/jujur, cermat dan memegang serta paham betul aturan main. Demikian juga dengan perekonomian. Harus terkelola deangan kompleks (dan itu memang tidak mudah). Mulai dari suku bunga, ketersediaan energi dan sumberdaya air, jalan/transportasi, sarana komunikasi, keamanan dari rasa takut dan pencurian, kepastian hukum dalam perselisihan bisnis, pajak, ketenaga kerjaan, sistim produksi, eksport-import, izin pendirian usaha yang mudah, pengawasan persaingan usaha yang fair, daya beli masyarakat/konsumen, dsb... Memang banyak faktor yang terkait dan mempengaruhi perekonomi tersebut, tidak cukup hanya dijelaskan dalam satu atau dua lembar kertas. Dan yang terpenting adalah sistim keuangan dan produksi, rasa aman dan kepastian hukum. Karena melakukan bisnis itu juga tidak mudah, apa lagi ditengah persaingan yang semakin ketat, karena pelaku bisnis dan barang/jasa semakin meningkat jumlahnya melebihi kebutuhan dan daya beli konsumen (over supplay). Pada kondisi over supplay, konsumen memang diuntungkan karena harga-harga murah. Tetapi para pelaku bisnis kesulitan memperoleh laba, bisa jadi bangkrut. Ketika banyak yang bangkrut, maka terjadi over demand dan harga-harga naik lagi, dan pada kondisi ini masyarakat golongan konsumen yang kerepotan (daya beli melemah). Jika terjadi berlarut-larut, maka konsumsi berkurang, itu berarti terjadi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazarjb" wrote: > > Hm...yang lebih baik adalah menata sistim politik dan ketatanegaraan itu dulu > yang benar-benar nasional indonesia. Toh kita bisa lihat sendiri ketika > politik bisa melabrak norma-norma/uu/kesepakatan-kesepakatan yang sudah > dirumuskan sebelumnya. dan kita juga bisa melihat bagaimana bingungnya > masyarakat mencari tokoh yang Bisa dipercaya sebagai panutan atau tuntunan. > karena sistim negara dan politik di negeri ini justru membolak balik > kebenaran, mengatakan tidak baik seseorang yang sebenarnya berkompeten. ya, > penilaian tidak objektif itu penyebabnya. dan penyakit itu masuk ke setiap > daerah-daerah. Maaf: contoh pak BJ. Habibi, (karena perilaku politisi) sempat > dibilang tidak berkompeten, sementara di negeri tetangga dia diakui > keahliannya. Ya, standar menilai orang-orang indonesia ini cenderung > berdasarkan "like dan dislike" akibatnya tidak objektif. persis seperti > tes-tes diberbagai instansi kenegaraan. mungkin karena Budaya kekeluargaan > dan kebersamaan serta mata duitan yang terlalu tinggi sehingga penilaian > objektif menjadi tereliminasi. > > Salam > Nazar > On: Tebo-Jambi > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Wong Cilik > wrote: > > > > Seperti Cina... atau > > Seperti Brunei Darussalamm? > > > > Maksudnya, ekonomi cina diperkirakan sudah menjadi ekonomi terbesar ke dua > > (atau 3) di dunia. Tapi secara orang perorang, 150juta jiwa (kira2 10% > > penduduk mungkin?) masih merupakan penduduk miskin dengan pendapatan perhari > > $1 per hari (280 ribu rupiah per bulan?). Pemerintahnya sih bisa arogan, > > tidak mengacuhkan saran internasional untuk meningkatkan HAM dan memilih > > bekerja sama dengan pemerintah diktator negara lain asalkan bisa beli minyak > > murah, batubara murah, dan besi murah? Merasa gagah sebagai pemerintah > > negara besar padahal pendapatan penduduk per kapita masih rendah? > > > > Ataukah seperti Brunei atau Singapore? Negaranya kecil, total ekonomi GDP > > negara barangkali kecil tapi per kapitanya lebih baik tapi kalau hubungan > > luar negeri atau diplomasi sering dianggap gak ada saking kecilnya ekonomi? >
[Keuangan] Tambahan - was: Mana yang lebih baik...
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazarjb" wrote: > > Hm...yang lebih baik adalah menata sistim politik dan ketatanegaraan itu dulu > yang benar-benar nasional indonesia. Toh kita bisa lihat sendiri ketika > politik bisa melabrak norma-norma/uu/kesepakatan-kesepakatan yang sudah > dirumuskan sebelumnya. dan kita juga bisa melihat bagaimana bingungnya > masyarakat mencari tokoh yang Bisa dipercaya sebagai panutan atau tuntunan. > karena sistim negara dan politik di negeri ini justru membolak balik > kebenaran, mengatakan tidak baik seseorang yang sebenarnya berkompeten. ya, > penilaian tidak objektif itu penyebabnya. dan penyakit itu masuk ke setiap > daerah-daerah. Maaf: contoh pak BJ. Habibi, (karena perilaku politisi) sempat > dibilang tidak berkompeten, sementara di negeri tetangga dia diakui > keahliannya. Ya, standar menilai orang-orang indonesia ini cenderung > berdasarkan "like dan dislike" akibatnya tidak objektif. persis seperti > tes-tes diberbagai instansi kenegaraan. mungkin karena Budaya kekeluargaan > dan kebersamaan serta mata duitan yang terlalu tinggi sehingga penilaian > objektif menjadi tereliminasi. > > Salam > Nazar > On: Tebo-Jambi > > > > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Wong Cilik > wrote: > > > > Seperti Cina... atau > > Seperti Brunei Darussalamm? > > > > Maksudnya, ekonomi cina diperkirakan sudah menjadi ekonomi terbesar ke dua > > (atau 3) di dunia. Tapi secara orang perorang, 150juta jiwa (kira2 10% > > penduduk mungkin?) masih merupakan penduduk miskin dengan pendapatan perhari > > $1 per hari (280 ribu rupiah per bulan?). Pemerintahnya sih bisa arogan, > > tidak mengacuhkan saran internasional untuk meningkatkan HAM dan memilih > > bekerja sama dengan pemerintah diktator negara lain asalkan bisa beli minyak > > murah, batubara murah, dan besi murah? Merasa gagah sebagai pemerintah > > negara besar padahal pendapatan penduduk per kapita masih rendah? > > > > Ataukah seperti Brunei atau Singapore? Negaranya kecil, total ekonomi GDP > > negara barangkali kecil tapi per kapitanya lebih baik tapi kalau hubungan > > luar negeri atau diplomasi sering dianggap gak ada saking kecilnya ekonomi? >
Re: [Keuangan] Research Question
Actually my frend already has solution (pasang badan gwa,hehe) however,may be he needs some other point of view from jago2 keuangan di Indo, Best regards, Abren Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Wong Cilik Date: Sat, 20 Feb 2010 14:58:04 To: Subject: Re: [Keuangan] Research Question Gak apa, gak merugikan orang lain. Malah juga ngasi manfaat... bisa tau cerita bagus.. Lain sama si nick itu... mosok ngajak pemegang saham laen meeting, tapi yang dibayar cuma dia doang. Meres bin rampok itu namanya... On Sat, Feb 20, 2010 at 1:48 AM, Bayu Wirawan < bayu.wira...@ahlikeuangan-indonesia.com> wrote: > Yang lebih licik ya temannya lae abren. Masa' mau jadi phd kok cari > jawaban di milis...:) > > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Kemandirian
Knapa penasarang, bung? Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang bahkan "dianjurkan" oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana? Atau ada view lain.:) Oka Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "irmec" Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 To: Subject: [Keuangan] Kemandirian Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply such a number quickly and we want American equipment. In making this request we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the program-details such as exact plan application, technical help and financing can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we are prepared to take risks and even material losses in embarking on this program-But embark upon it we will, with or without your help". Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) Cheers Enda [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Kemandirian
Setuju dg Bung Oka. Perusahaan dg leveraged malah memiliki firm value lebih lebih tinggi ketimbang yg unleveraged sepanjang masih manageable. Bagi saya, memonya menggelitik sebab bernada menekan US, kalo nggak, gue ke Rusia nhhh... Usaha yg bagus, sebab saat itu yg penting kita dapat traktor dgn soft loan dgn memanfaatkan bargaining power yg kuat. Sekarang ini, apakah Indonesia masih memiliki bargaining position spt di zaman Bung Karno? I don't think so. Regards, Andy Porman Tambunan Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "Oka Widana" Date: Mon, 22 Feb 2010 13:13:17 To: Millis AKI Subject: Re: [Keuangan] Kemandirian Knapa penasarang, bung? Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang bahkan "dianjurkan" oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana? Atau ada view lain.:) Oka Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "irmec" Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 To: Subject: [Keuangan] Kemandirian Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply such a number quickly and we want American equipment. In making this request we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the program-details such as exact plan application, technical help and financing can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we are prepared to take risks and even material losses in embarking on this program-But embark upon it we will, with or without your help". Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) Cheers Enda [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Kemandirian
Bung Andy, Bunga luar negeri jauh lebih rendah dari bunga dalam negeri. Apalagi bunga untuk proyek infrastruktur pemerintah yang bisa sangat murah (mendekati 0%) Tetapi ada komitmen yang ternyata dianggap terlalu berat, yaitu kewajiban untuk transparansi. Selain itu kredit luar negeri bisa di periksa oleh BPKP. Sebab itu kita ogah pakai sarana ini dan malah CGI dibubarkan. Bagi saya sistem ini adalah subvensi dari bank2 dalam negeri. Ada yang bilang sistem ini adalah rekap secara pelan2 sebab bank2 itu banyak yang sebetulnya belum sehat benar. Ada ahli yang tidak setuju dengan cara ini sebab proses sampai bank2 itu ikut kembali memberi kredit investasi lama sekali. Salam Hok an andy_tambu...@yahoo.com schrieb: > Setuju dg Bung Oka. Perusahaan dg leveraged malah memiliki firm value lebih > lebih tinggi ketimbang yg unleveraged sepanjang masih manageable. > > Bagi saya, memonya menggelitik sebab bernada menekan US, kalo nggak, gue ke > Rusia nhhh... Usaha yg bagus, sebab saat itu yg penting kita dapat > traktor dgn soft loan dgn memanfaatkan bargaining power yg kuat. > Sekarang ini, apakah Indonesia masih memiliki bargaining position spt di > zaman Bung Karno? I don't think so. > > Regards, > Andy Porman Tambunan > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message- > From: "Oka Widana" > Date: Mon, 22 Feb 2010 13:13:17 > To: Millis AKI > Subject: Re: [Keuangan] Kemandirian > > Knapa penasarang, bung? > > > > Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang > bahkan "dianjurkan" oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah > langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? > Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana? > > > > Atau ada view lain.:) > > > > > > Oka > > > > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > -Original Message- > > From: "irmec" > > Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 > > To: > > Subject: [Keuangan] Kemandirian > > > > Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU > jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International > Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya > "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. > > > > Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to > increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands > into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend > and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on > credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply > such a number quickly and we want American equipment. In making this request > we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the > program-details such as exact plan application, technical help and financing > can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we > are prepared to take risks and even material losses in embarking on this > program-But embark upon it we will, with or without your help". > > > > Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. > Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) > > > > Cheers > > Enda > > > > >
Re: [Keuangan] Kemandirian
Saya setuju bahwa hutang sangat diperlukan untuk mendongkrak pembangunan. Namun ada dua hal yang perlu disoroti : 1. Umumnya, hutang luar negeri justru menjadi alat tersembunyi dari negara-negara kreditur untuk menjajah negara-negara berkembang. Umumnya, negara berkembang diberikan hutang terus-menerus sampai hutangnya tak mungkin terbayar lagi sehingga negara berkembang itu dapat ditodong (dengan syarat-syarat yang amat menekan) untuk menjual sumber daya alamnya dengan harga murah meriah. 2. Penggunaan hutang yang menurut saya tidak efektif dan tidak efisien karena korupsi. Selama tingkat korupsi masih tinggi, berapapun hutang diambil tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi pembangunan. Salam Habibie Nugroho Wicaksono
Re: [Keuangan] Kemandirian
Bung Oka, Yg bikin aku curious bukan masalah utang..Tapi kalau lihat memo tsb..yg muncul ialah permainan psikologis untuk menekan US supaya tidak intervensi. "We know you and Russia are the only nations in position to supply such a number quickly and we want American equipment. ...In making this request we are not (rpt not) asking your opinion" Rasanya bargaining tsb sudah agak sulit dilakukan oleh Indonesia dijaman sekarang. BTW, sebenarnya memo tsb aku dapat dari tulisan yg dikirim oleh penulisnya (kini assisten professor di Colorado), Suzanne Moon, tentang teknologi transfer yg terjadi di era pasca kemerdekaan. Jdlnya provoking, "Takeoff or Self-Sufficiency? Ideologies of Development in Indonesia, 1957-1961". Jika baca artikel tsb kelihatan bhw isu mandiri lebih merupakan isu politis daripada isu ekonomi. Salam, Enda --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Oka Widana" wrote: > > Knapa penasarang, bung? > > Bukankah, berhutang bagian dari strategy pengelolaan keuangan negara? Hutang > bahkan "dianjurkan" oleh ilmu keuangan moderen...Anyway, berhutang adalah > langkah yg sangat lazim, dan kreditur maupun debitur punya posisi yang sama? > Toh kalo saya ngak boleh berhutang ke sini, saya bisa berhutang kesana? > > Atau ada view lain.:) > > > Oka > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "irmec" > Date: Mon, 22 Feb 2010 08:15:39 > To: > Subject: [Keuangan] Kemandirian > > Baru2 aku lihat memo tua (yg dikirim pada bulan Juni 1958) oleh menteri PU > jaman orla, Mohammed Noor ke James Baird, director of the U.S. International > Cooperation Administration (ICA) mission in Indonesia. Memo tersebut isinya > "permohonan" pinjaman untuk membeli traktor land development project. > > Yg menarik isinya berbunyi sbb: "The [Indonesian] cabinet, in its efforts to > increase agriculture production is making extensive plans to bring new lands > into production and need mechanical equipment. I am coming to you as a friend > and not (rpt not) as a minister to ask if U.S. will sell us 500 tractors on > credit. We know you and Russia are the only nations in position to supply > such a number quickly and we want American equipment. In making this request > we are not (rpt not) asking your opinion as to what you think of the > program-details such as exact plan application, technical help and financing > can be dealt with later. Our resources are adequate to service a loan and we > are prepared to take risks and even material losses in embarking on this > program-But embark upon it we will, with or without your help". > > Kalau baca memo tsb, yg terasa ialah "politis"nya daripada sekedar bantuan. > Aku curious jg bagaimana memo jaman sekarang..:-)) > > Cheers > Enda > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >
Re: [Keuangan] Kemandirian
At 07:34 AM 2/23/2010, you wrote: > > >Saya setuju bahwa hutang sangat diperlukan untuk mendongkrak >pembangunan. Namun ada dua hal yang perlu disoroti : >1. Umumnya, hutang luar negeri justru menjadi alat tersembunyi dari >negara-negara kreditur untuk menjajah negara-negara berkembang. >Umumnya, negara berkembang diberikan hutang terus-menerus sampai >hutangnya tak mungkin terbayar lagi sehingga negara berkembang itu >dapat ditodong (dengan syarat-syarat yang amat menekan) untuk >menjual sumber daya alamnya dengan harga murah meriah. Utang yg dimaksud itu utang komersial atau ODA? Sebesar apa sih besar bunga utang yang disebut sampai tak terbayar itu? Anda punya datanya? Sebesar apa sih utang tersebut? Anda bisa sebutkan nominalnya? Sumber daya alam mana yang anda sebut dijual dengan harga "murah meriah" itu? pada periode kapan?
[Keuangan] Puan: Kami Akan Tetap Sebut Nama, Ucapan Pak TK Hanya Masukan
Bayangkan, untuk sebuah (atau beberapa buah) nama saja bapak dan anak bisa berbeda pendapat. Bisa dibayangkan pula sekarang kegaduhan antar fraksi baik antar koalisi ataupun dengan non koalisi yang heboh karena nama . Jadi inget lagunya Meriam Belina : . Untuk sebuah nama rindu tak pernah pudar Oh mimpi dimana dia dambaan hati ... (dikutip dari lagu Untuk sebuah nama) Laurencius Simanjuntak - detikNews Jakarta - Ketua I Fraksi PDI Perjuangan Puan Maharani mengatakan partainya tetap akan menyebutkan nama pejabat yang harus bertanggung jawab dalam skandal Bank Century. Saran Ketua Deperpu PDIP Taufiq Kiemas agar Pansus Century tidak menyebut nama, akan dipertimbangkan. "Kami akan tetap menyebut nama pada kesimpulan nanti malam. Apa yang dikatakan Pak Taufiq tetap menjadi masukan, karena Pak Taufiq merupakan salah satu Deperpu PDIP," kata Puan Maharani di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (23/2/2010). Puan mengaku tidak akan terpengaruh dengan rencana pertemuan partai koalisi yang direncanakan tadi malam di kediaman SBY di Cikeas. "Kita tidak ikutan, kita tetap bekerja untuk rakyat. Tidak ada hubungan dengan lain (tidak terpengaruh lobi)," papar putri pasangan Megawati-Taufiq Kiemas itu. Sebelumnya, Ketua Deperpu PDIP Taufiq Kiemas menyarankan langkah berbeda dengan sikap partainya. Dia menyarankan agar Pansus Century tidak menyebut nama dalam kesimpulan akhirnya. Menurut Taufiq, untuk urusan siapa yang harus bertanggungjawab lebih baik Pansus tidak terlibat terlalu jauh. Pansus hanya perlu menyerahkan datanya ke pihak berwajib. (mpr/iy)
[Keuangan] Apa beda/samanya bailout dan penjaminan LPS
Rekan2, Saya bingung, apa bedanya penjaminan LPS dengan bailout? Kalau misalnya century tidak dibailout, apakah artinya tabungan di century batal dijamin oleh LPS? Terima kasih sebelumnya.
Re: [Keuangan] Apa beda/samanya bailout dan penjaminan LPS
Nah ini yang gak jelas.. Menurut hukum positifnya gimana (soalnya UU nya masih belum disetujui sama DPR)? Tapi secara ilmu, kalau tabungan tidak dijamin berarti bailout otomatis tidak akan terjadi Logikanya karena yang utama itu adalah dana nasabah pihak ketiga (deposito BUMN, orang retail, dan nasabah lainnya - tidak termasuk deposito pemilik). Secara umum pemerintah berusaha untuk lepas dari fungsi komersial, sehingga umumnya pemerintah tidak akan ngambil bisnis. Jadi kalau pemerintah sampai akhirnya punya bisnis gara-gara bailout bank, itu sebenarnya adalah efek sampingan upaya pemerintah untuk menyelamatkan "keyakinan rakyat atas sistem perbankan" dengan cara menjamin dana nasabah dari bank yang "gagal". Jadi kalau misalnya LPS harus dilibatkan, maka yang harus diperhatikan secara detail oleh "badan yang me-manage bank gagal" ini adalah tentang kualitas aset yang dimiliki bank gagal. Kalau asetnya bagus dan peluang bank tersebut balik arah menjadi bank sehat adalah besar, maka keputusan yang diambil adalah bailout - artinya bank tersebut dibiarkan terus beroperasi. Pemegang saham lama bisa jadi boleh dibiarkan memiliki bank (dengan porsi yang kecil sementara porsi besar diambil pemerintah). Dalam kasus ini LPS umumnya tidak rugi (atau malah untung di masa depan) karena dana yang dikeluarkan sekarang bisa diperoleh lagi dimasa depan. Yang gawat kalau aset yang dimiliki bank ternyata bermasalah, cuma isi kertas-kertas bodong, proyek pembangunan yang macet dan kemungkinan gagal besar. Yang seperti ini umumnya akan dilikuidasi atau bank tersebut ditutup. Yang inilah yang jadi masalah, sebab setelah ditutup maka pasti LPS akan rugi. Apakah LPS boleh rugi? Menurut ilmu sih boleh sebab memang ini tujuannya, yakni menjamin nasabah ketiga yang gak tau apa-apa agar kepercayaan masyarakat dalam sistem perbankan tidak terkompromi. Bagaimana caranya agar Negara tidak rugi banyak? Tentu dengan mengikutsertakan bank-bank lainnya dalam melakukan penjaminan yakni dengan bank-bank lain membayar premi asuransi kepada LPS. Kalau mau di-ngotot-ngototin dan tegang urat leher segala, bisa di debat apakah uang LPS ini uang negara atau keuangan negara atau rugi LPS adalah rugi negara atau kerugian negara, atau kerugian APBN ataukah korupsi terhadap negara. Menurut saya kalau LPS tidak boleh rugi, maka bank tidak boleh ditutup/likuidasi dan negara/LPS harus mengubah segala aset bank gagal tersebut menjadi aset yang berkualitas. Ya kalau bisa sih silahkan saja, kalau bicara logika sih itu upaya menjaring angin atau seperti ilmu alchemy, mengubah batu menjadi emas... 2010/2/23 verthandy > Rekan2, > > Saya bingung, apa bedanya penjaminan LPS dengan bailout? Kalau misalnya > century tidak dibailout, apakah artinya tabungan di century batal dijamin > oleh LPS? > > Terima kasih sebelumnya. > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kemandirian
Ikut kasih koment. Dulu setahu saya ada dua jenis hutang luarnegeri dari sisi bunga yang dibayar: 1. bunga dibayar setelah uang pinjaman diterima. 2. bunga dibayar sebelum uang pinjaman diterima. contoh, total pinjaman 5000 USD tapi yang cair baru 2500 USD, namun bunga yang dibayar = rate x 5000 usd. Nah sistim hutang seperti ini yang dulu banyak dikritik (termasuk saya, :-) ) - Hutang memang sah-sah dan wajar-wajar saja, selama hutang dibayar dengan penghasilan/laba. Bukan hutang lama dibayar dengan hutang baru. Itu berarti tergantung pada cara mengalokasikan hutang luar negeri tersebut ke sekto-sektor yang memiliki Return On Investment (ROI) yang cepat/jangka waktu yg singkat. - Namun, karena organisasi pemerintah mengandung falsafah non-profit oriented, maka hitung-hitungan masalah ROI ini cenderung tidak teraplikasikan. Lebih-lebih pengeluaran/alokasi dana yang diakibatkan oleh faktor politik yang tidak sehat, maka keputusan alokasi dana tersebut terkadang tidak sistematis dan tidak idealis akademis. Salam Nazar On: Tbo-Jambi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero wrote: > > At 07:34 AM 2/23/2010, you wrote: > > > > > >Saya setuju bahwa hutang sangat diperlukan untuk mendongkrak > >pembangunan. Namun ada dua hal yang perlu disoroti : > >1. Umumnya, hutang luar negeri justru menjadi alat tersembunyi dari > >negara-negara kreditur untuk menjajah negara-negara berkembang. > >Umumnya, negara berkembang diberikan hutang terus-menerus sampai > >hutangnya tak mungkin terbayar lagi sehingga negara berkembang itu > >dapat ditodong (dengan syarat-syarat yang amat menekan) untuk > >menjual sumber daya alamnya dengan harga murah meriah. > > > Utang yg dimaksud itu utang komersial atau ODA? > Sebesar apa sih besar bunga utang yang disebut sampai tak terbayar > itu? Anda punya datanya? > Sebesar apa sih utang tersebut? Anda bisa sebutkan nominalnya? > Sumber daya alam mana yang anda sebut dijual dengan harga "murah > meriah" itu? pada periode kapan? >
Re: [Keuangan] Black list
All, Makasih atas masukannya. Dari masukan temen2, saya info ke rekanan kami untuk mengecek ke absahan dari 'black list' tersebut dan melaporkan petugas yg memberikan info kalo kreditnya bermasalah ke atasannya. Mudah2an masalahnya bisa clear. Rgds. --- Pada Rab, 17/2/10, harri3...@yahoo.com menulis: Dari: harri3...@yahoo.com Judul: Re: [Keuangan] Black list Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 10:37 AM Setau saya siy SID tdk bisa diperoleh secara umum. Karena sifatnya sangat confidential. Lagian tiap bank saat men inquiry data SID wajib lapor ke BI kok :). Masalah oknum bank yg meminta duid itu mungkin cm alasan ajah utk proses kelancaran kredit dan tdk ada sangkut pautnya dengan record di SID. Kecuali, nasabah tsb memang punya masalah dengan kreditnya di bank sebelumnya. Dan bank tidak bs langung mengubah begitu saja kolektibilitas nasabah tsb, krn banyak aturan yg hrs di patuhi. "success is not created overnight, but patience and hardwork of financial literacy as well, that's the key to financial freedom and live happily" -Original Message- From: "oka" Date: Wed, 17 Feb 2010 03:14:26 To: Subject: Re: [Keuangan] Black list Saya ngak tahu yang dimaksud credit report itu apa? yang menurut bung Verthady dapat diminta cukup dengan menggunakan KTP... Selain itu saya kira, tidak tepat juga jika kita bersikap terlalu curiga. Bukankah dalam berbisnis selalu ada prinsip good faith? lagipula bank adalah lembaga kepercayaan. tidak tepat jika ada kecurigaan bahwa dengan adanya SID bank akan menyandera calon debiturnya, dengan cara membuat laporan kredit palsu. Perlu diketahui bahwa laporan ke BI dari bank2 di Indonesia, banyak sekali. Masing2 laporan, ada yang on line ada yang berkala, saling terkait satu dengan yang lain. Akan sangat sulit jika bank "berbohong" disuatu laporan, tanpa "berbohong" dilaporan lain. Contoh, jika bank mengeluarkan laporan kredit macet, dilaporan CAR pasti akan langsung ada pengaruhnya dstjadi tak ada pointnya bank membuat laporan kredit macet palsu Soal apakah nasabah boleh menyanggah laporan yang ada di SIDnah ini yang berabe memang. Seperti saya contohkan dibawah, biasanya petugas bank tidak menyebutkan secara jelas dimana kita punya kredit macet. Kalo kita memang merasa bahwa kita punya masalah dengan tagihan kartu kredit, KPM atau KPR, dengan gampang kita tahu bank yang dimaksud. Segara kita bisa melakukan follow upAkan tetapi jika kita tak merasa sama sekali, nah ini yang bisa jadi masalah. sedangkan bank dimana kita baru mengajukan Mungkin teman2 yang bekerja di BI atau bank lain bisa memberi penjelasan tambahan Oka --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "verthandy" wrote: > > > Ini terlalu menarik untuk tidak dikomentari :-D, > > Data SID ini apakah sama dengan credit report yang ada di BI? Yang setahu > saya boleh diambil di kantor BI dengan membawa kartu identitas? Atau SID ini > adalah sistem informasi antar bank yang berbeda yang tidak disimpan di BI? > > Kalau saya baca sekilas, kelihatannya sebuah bank bisa mencelakakan > nasabahnya agar cuma bisa meminjam di bank tersebut, dengan cara membuat > laporan kredit macet yang palsu. Sementara tidak ada mekanisme bagi nasabah > untuk menantang keabsahan data yang ada karena nasabah tidak diberitahu bank > mana yang mengklaim kredit macet. > > Bukankah baik bagi bank kalau nasabah bisa menantang keabsahan laporan kredit > macet dari bank lain, sehingga pengajuan kredit nasabah yang seharusnya layak > tidak akan ditolak karena bank tertipu data palsu? Apa alasan munculnya > aturan aneh yang malah merugikan bank ini? > > --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "Oka Widana" wrote: > > > > Data SID belum bisa dibagi kepihak lain. Pd dasarnya data itu bersifat > > rahasia, bisa dibuka jika debitur ybs mengajukan aplikasi kredit ke bank. > > Kemudian bank tsb meng-inquiry data via SID, hanya utk data debitur/nasabah > > yg mengajukan aplikasi kredit. > > Data yg telah di-retrieve hanya utk kepentingan internal, bank yg memproses > > pengajuan kredit. Data tsb TIDAK BOLEH dibagikan kepada pihak lain. Bahkan > > tidak kepada Debitur yg mengajukan kredit. > > > > Contoh, saya mengajukan KPR ke bank X, kemudian ternyata ditolak. Saya > > pasti tanya alasannya. Nah petugas bank X plg akan bilang, bahwa saya punya > > kredit macet di bank lain. Petugas tsb seharusnya tak akan memberikan info, > > bank mana saya punya tagihan kredit macet. Ya, dikira2 sendiri aja. > [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]