[bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation

2003-07-20 Terurut Topik nyoman suwela

Rekan-rekan di Milis,
   Ide untuk membuat Information Centre di Buleleng, sangat bagus sekali. Melalui Pusat Informasi ini, masyarakat baik asal Buleleng maupun tidak, akan dapat menyumbangkan pikiran dan pengalamannya untuk pembangunan Buleleng pada khususnya dan Bali pada umumnya. Salah satu bentuk kepedulian masyarakat ini adalah adanya Milis ini. Saya sendiri banyak menimba pengetahuan dari Milis ini, meskipun saya arahnya sudah menuju “kelod kauh” yang mungkin sebentar lagi dititipkan “digeni”, diantar warga “maudeng selem”.
    Masalahnya sekarang: apakah para pengambil keputusan mau mendengar dan peduli terhadap masukan masyarakat ini. Saya cukup lama “ngayah” di Pemda, melayani cukup banyak Bupati, sehingga saya sedikit tahu bagaimana kecendrungan mereka yang lagi berkuasa itu. Itu sebabnya saya menulis di Milis ini tentang LAIN JURAGAN LAIN SELERANYA. Kecendrungannya adalah semua ingin membuat sejarah dan meningalkan sesuatu yang bisa dibanggakan waktu beliaunya berkuasa. Belum lagi masuk unsur politik. Lihat patung Banteng di Makam Pahlawan di Singaraja, waktu mulai bangkitnya lambang pohon beringin. Lihat itu patung Singa Ambara Raja yang warna gunta ganti seperti warna “ogoh-ogoh”. 
    Misalkan saja permimpin kita ada keinginan untuk mendengar masukan masyarakat. Buat alamat Email dan masuk di Milis ini. Dengan jaringan maya ini, beliaunya ( maksud saya Bu Pati dan Pak Pati ) bisa mendapat masukan dan mendengar KELUHAN masyarakat. Kalau tidak mau Emailnya dijejali  “rubbish” ( kalau masukan dianggap sampah ), bikin dua alamat. Satu alamat masuk di Milis dan satu alamat lagi untuk hanya keperluan dinas. Dan untuk memberikan informasi dijaman IT ini, memang seharusnya Pemkab. sudah punya website. Saya cari-cari di internet, apakah Kab. Buleleng punya alamat Email atau Website, hasilnya nihil. Yang saya ketemukan Cuma gambar telanjang. Contoh Kab. Jermbrana punya website dengan address : Jembrana.go.id
 Saya kira bukan soal biaya. Pemkab. kan bisa bayar seorang web master untuk membuat dan mengelola web site ini. Yang menarik pula di Pemkab. Buleleng ada Dinas Informasi dan Elektronika. Saya pernah kesana, banyak kompouter, branded, KATANYA segera punya web site. 
 Pertanyaan  Pak Bangsing, apa Buleleng punya buku panduan. Saya pernah ngayah ( mantan, maan taen ) sebagai Ka Dinas Pariwisata. Waktu itu saya menerbitkan buku panduan “Discover Buleleng, Enjoy the difference”. Buku itu saya susun dengan bantuan teman-teman orang Bule karena saya hanya tahu bahasa Bali kasar. Saya juga menyusun buku kecil ( booklet ) tentang Gedong Kirtya. Saya juga menyusun buku tentang data pariwisata Buleleng hasil survey Dinas kami waktu itu. Begitu saya “lengser” tidak pernah saya lihat ada terbitan baru, buku yang saya susun hanya dicetak ulang, TANPA DIEDIT ISINYA. Sayang sekali, akhirnya buku itu menjadi MISGUIDED BOOK. Barangkali yang perlu MENCETAKNYA, bukan goalnya. Saya pernah protes mengenai hal ini karena dalam buku
 tercantum nama saya sebagai penyusunnya.
    Kembali tentang pelestarian budaya, yang diperlukan dalam Information Centre ini, bukan hanya masukan waktu dibangun, juga PENGAWASAN masyarakat setelah selesai. Maksud saya, jangan sampai ganti Bupati, seleranya lain, dibongjkar lagi. Bicara soal sejarah, kadang-kadang seorang pemimpin tidak menyadari membuat sejarah. Misalnya kalau PLTGU Pemaron go ahead, maka pariwisata Lovina tinggal sejarah dan pemimpin waktu itulah yang membuat Lovina menjadi sejarah. Sampai bertemu lagi Milis ini. Setidak-tidaknya outlet untuk unek-unek. Nyoman Suwela
 Nyoman Bangsing <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ysh. Pak Nengah Sudja, Pak Gde Wisnaya, Pak Suwela, Pak Ketut Arthana, Ibu Widiasari, Ibu Dwi dan teman-teman lp3b lainnya.Saya sependapat dengan Pak Sudja. Bila dimungkinkan, nampaknya kita perlu memberdayakan masyarakat kita, dimana masyarakat ikut aktif mengawasi jalannya proyek yang akan dilaksanakan. Kita bisa memulainya dengan membentuk information centre.Pusat informasi yang ada nantinya kita bisa perluas aktifitasnya.Sebagai bentuk servis, lp3b bisa memberikan info tentang pendidikan tinggi pada masyarakat Buleleng. Melalui servis ini, kita berharap masyarakat akan tertarik, dan mulai melirik lp3b.LP3B juga bisa menggandeng PHRI, dan Dinas Pariwisata Buleleng, untuk menggali potensi wisata yang dimiliki Bali Utara. Untuk maksud itu diperlukan survey tentang potensi wisata yang dimiliki Bali Utara. Coba kita lihat, apakah
 kita punya buku panduan tentang pariwisata Buleleng ?Wisatawan yang ada jelas memerlukan informasi yang lengkap tentang obyek pariwisata yang ada di Bali Utara.Kita bisa melakukan survey tentang potensi wilayah beserta SDM yang ada di Buleleng.Satu contoh konkret, bila saya ingin belajar menabuh Gender, siapa yang bisa saya hubungi ?Bila seseorang ingin belajar/kursus melukis, siapa yang bisa dihubungi ?Bila saya ingin punya sunari, siapa yang mahir membuatnya ?Apabila seorang wisatawan ingin menginap di Bali Utara, apakah sudah ad

[bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation

2003-07-20 Terurut Topik popodanes
Untuk Bu Made Widiasari,

Beh , mara ngelah adi arsitek, asane agak ragu ye ajak selerane I Popo. ha
ha ha 

Yang ada di www.popodanes.com, memang masih koleksi kerjaan lama sebelum
dimuseumkan, karena karya kita yang sekarang lagi ada perubahan image, ke
arah positif tentunya. Semua yang baru akan di launch awal tahun depan.

Thanks supportnya anyway.

Popo




- Original Message -
From: "nimade widiasari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Sunday, July 20, 2003 11:46 PM
Subject: [bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation


> Yth pak Popo (pendekar kita),
> saya sangat senang, perkembangan dari program yang
> mengarah ke visi yang bagus. Saya percaya sama selera
> anda, ya...tinggal bagaimana menulari selera bagus ini
> ke para pengambil keputusan.
> Memang ada dilema, antara mau bikin yang serasi pada
> suatu lokasi dengan catatan sejarah yang ingin
> dipertahankan (tentu ini ada unsur sosialnya, untuk
> menjadi semacam kebanggaan gitu/mengingatkan akan
> unsur stimulasi bagi masyarakat).
>
> Tapi kalau boleh urun, kadang kita mesti agak "tegaan"
> untuk membuat yang keren sekalian. Sorry aku memang
> orangnya lebih cenderung ke unsur "keindahan".
> Sekalian menyajikan ini nih..yang keren, stimulasi
> selera pejabat/masyarakatlah.
> Kadang nggak sabaran ngebayangin pelabuhan yang
> keren/nggak norak(dengan cat "pelung tusing karuan2").
>
> Mungkin juga kita bisa main di warna, untuk
> mendekatkan satu style art Deco dengan style2 lain
> dari masa yang berbeda. Aku usulkan pakai warna
> dominan merah terakota, dengan krem, hijau antik dan
> dekat2 situlah, sorry kalau cenderung ujung2nya
> dominan ke art Deco. Warna ini diharapkan dimainkan,
> sehingga kagak "njomplang"...(istilah gaulnya
> :nabrak). Pohonnya ya...pasti sekitar Palm Raja,ada
> kaktus, pandan,Prasok dan teman2nya. Selamat
> berjuang...!
> cheers : Widi
>
>
> --- popodanes <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Terimakasih banyak untuk semua respon positif yang
> > ditulis di milist ini.
> > Setelah cukup sering bertemu di Denpasar,
> > temen-temen yang Rabu malam suka
> > kumpul di Hayam Wuruk juga ingin ngobrol soal ini di
> > Singaraja. Kalau tidak
> > ada halangan, kita coba membuatnya hari Jumat 25
> > Juli. Senin besok kita akan
> > mulai organise, termasuk dengan orang-orang
> > pemerintah yang terlibat.
> >
> > Khusus mengenai opini pak Suwela dan ibu Widiasari
> > yang cantik jelita itu
> > tentang gedung Bea & Cukai, saya perlu
> > menjelaskannya sedikit. Dalam hal
> > ini, kami tidak asal mendukung study CHC yang sudah
> > terlebih dahulu disusun
> > dengan baik, tetapi juga mempertimbangkan beberapa
> > aspek lain.
> >
> > Suatu catatan sejarah, menurut saya tidak selalu
> > harus berumur dalam
> > hitungan abad, karena bisa terjadi dalam hitungan
> > dekade maupun tahun.
> > Secara fisik, bangunan satu ini mewakili generasi
> > art-deco yang ada di
> > Singaraja, yang menurut hemat saya, sekecil apapun,
> > apabila masih bisa kita
> > pertahankan, harus kita pertahankan, palagi
> > mengingat sudah begitu banyak
> > sodaranya bangunan ini yang hancur begitu saja,
> > diganti bangunan baru yang
> > seringkali juga nggak ada indah-indahnya.
> >
> > Secara non-fisik, bangunan ini menandai sejarah
> > kepabeanan di Bali. Sebagai
> > orang Buleleng, saya merasakan ini sebagai suatu
> > kebanggaan yang amat
> > sangat, karena inilah yang menjadi saksi penting
> > bahwa kegiatan custom
> > clearance di Bali, pertama kali adanya di Buleleng.
> > Semoga ini juga bisa
> > menjadi pecut, bahwa pendahulu kita di Buleleng
> > sudah melakukan kegiatan
> > export langsung hasil bumi dan celeng dari Pabean.
> > Bagaimana yang sekarang ?
> > Silakan jawab sendiri.
> >
> > Secara planning ke depan, saya tidak melihat
> > bangunan ini akan
> > menghalang-halangi usaha kita untuk menata kembali
> > Pelabuhan Buleleng dengan
> > cantik. Saya sendiri sudah menyanggupi untuk membuat
> > usulan penataan kembali
> > kawasan Pelabuhan ini, yang tentunya juga nanti
> > perlu banyak input dari
> > rekan-rekan lain yang peduli. Saya berharap, kalau
> > sudah ada perencanaan
> > yang konkrit dengan visi yang jelas, kita sedikit
> > banyak akan terhindar dari
> > kemungkinan mekerah yang arahnya tidak jelas, ya,
> > paling juga saling
> > mengingatkan, begitu.
> >
> > Salam dari Tanjung Bungkak,
> >
> > Popo
> >
> >
> > - Original Message -
> > From: "Nyoman Bangsing" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Sunday, July 20, 2003 1:14 PM
> > Subject: [bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage
> > Conservation
> >
> >
> > > Ysh. Pak Nengah Sudja, Pak Gde Wisnaya, Pak
> > Suwela, Pak Ketut Arthana, Ibu
> > > Widiasari, Ibu Dwi dan teman-teman lp3b lainnya.
> > >
> > > Saya sependapat dengan Pak Sudja. Bila
> > dimungkinkan, nampaknya kita perlu
> > > memberdayakan masyarakat kita, dimana masyarakat
> > ikut aktif mengawasi
> > > jalannya proyek yang akan dilaksanakan. Kita bisa
> > memulainya dengan
> > membent

[bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation

2003-07-20 Terurut Topik nimade widiasari
Yth pak Popo (pendekar kita),
saya sangat senang, perkembangan dari program yang
mengarah ke visi yang bagus. Saya percaya sama selera
anda, ya...tinggal bagaimana menulari selera bagus ini
ke para pengambil keputusan.
Memang ada dilema, antara mau bikin yang serasi pada
suatu lokasi dengan catatan sejarah yang ingin
dipertahankan (tentu ini ada unsur sosialnya, untuk
menjadi semacam kebanggaan gitu/mengingatkan akan
unsur stimulasi bagi masyarakat). 

Tapi kalau boleh urun, kadang kita mesti agak "tegaan"
untuk membuat yang keren sekalian. Sorry aku memang
orangnya lebih cenderung ke unsur "keindahan".
Sekalian menyajikan ini nih..yang keren, stimulasi
selera pejabat/masyarakatlah.
Kadang nggak sabaran ngebayangin pelabuhan yang
keren/nggak norak(dengan cat "pelung tusing karuan2").
 
Mungkin juga kita bisa main di warna, untuk
mendekatkan satu style art Deco dengan style2 lain
dari masa yang berbeda. Aku usulkan pakai warna
dominan merah terakota, dengan krem, hijau antik dan
dekat2 situlah, sorry kalau cenderung ujung2nya
dominan ke art Deco. Warna ini diharapkan dimainkan,
sehingga kagak "njomplang"...(istilah gaulnya
:nabrak). Pohonnya ya...pasti sekitar Palm Raja,ada
kaktus, pandan,Prasok dan teman2nya. Selamat
berjuang...! 
cheers : Widi


--- popodanes <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Terimakasih banyak untuk semua respon positif yang
> ditulis di milist ini.
> Setelah cukup sering bertemu di Denpasar,
> temen-temen yang Rabu malam suka
> kumpul di Hayam Wuruk juga ingin ngobrol soal ini di
> Singaraja. Kalau tidak
> ada halangan, kita coba membuatnya hari Jumat 25
> Juli. Senin besok kita akan
> mulai organise, termasuk dengan orang-orang
> pemerintah yang terlibat.
> 
> Khusus mengenai opini pak Suwela dan ibu Widiasari
> yang cantik jelita itu
> tentang gedung Bea & Cukai, saya perlu
> menjelaskannya sedikit. Dalam hal
> ini, kami tidak asal mendukung study CHC yang sudah
> terlebih dahulu disusun
> dengan baik, tetapi juga mempertimbangkan beberapa
> aspek lain.
> 
> Suatu catatan sejarah, menurut saya tidak selalu
> harus berumur dalam
> hitungan abad, karena bisa terjadi dalam hitungan
> dekade maupun tahun.
> Secara fisik, bangunan satu ini mewakili generasi
> art-deco yang ada di
> Singaraja, yang menurut hemat saya, sekecil apapun,
> apabila masih bisa kita
> pertahankan, harus kita pertahankan, palagi
> mengingat sudah begitu banyak
> sodaranya bangunan ini yang hancur begitu saja,
> diganti bangunan baru yang
> seringkali juga nggak ada indah-indahnya.
> 
> Secara non-fisik, bangunan ini menandai sejarah
> kepabeanan di Bali. Sebagai
> orang Buleleng, saya merasakan ini sebagai suatu
> kebanggaan yang amat
> sangat, karena inilah yang menjadi saksi penting
> bahwa kegiatan custom
> clearance di Bali, pertama kali adanya di Buleleng.
> Semoga ini juga bisa
> menjadi pecut, bahwa pendahulu kita di Buleleng
> sudah melakukan kegiatan
> export langsung hasil bumi dan celeng dari Pabean.
> Bagaimana yang sekarang ?
> Silakan jawab sendiri.
> 
> Secara planning ke depan, saya tidak melihat
> bangunan ini akan
> menghalang-halangi usaha kita untuk menata kembali
> Pelabuhan Buleleng dengan
> cantik. Saya sendiri sudah menyanggupi untuk membuat
> usulan penataan kembali
> kawasan Pelabuhan ini, yang tentunya juga nanti
> perlu banyak input dari
> rekan-rekan lain yang peduli. Saya berharap, kalau
> sudah ada perencanaan
> yang konkrit dengan visi yang jelas, kita sedikit
> banyak akan terhindar dari
> kemungkinan mekerah yang arahnya tidak jelas, ya,
> paling juga saling
> mengingatkan, begitu.
> 
> Salam dari Tanjung Bungkak,
> 
> Popo
> 
> 
> - Original Message -
> From: "Nyoman Bangsing" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Sunday, July 20, 2003 1:14 PM
> Subject: [bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage
> Conservation
> 
> 
> > Ysh. Pak Nengah Sudja, Pak Gde Wisnaya, Pak
> Suwela, Pak Ketut Arthana, Ibu
> > Widiasari, Ibu Dwi dan teman-teman lp3b lainnya.
> >
> > Saya sependapat dengan Pak Sudja. Bila
> dimungkinkan, nampaknya kita perlu
> > memberdayakan masyarakat kita, dimana masyarakat
> ikut aktif mengawasi
> > jalannya proyek yang akan dilaksanakan. Kita bisa
> memulainya dengan
> membentuk
> > information centre.
> > Pusat informasi yang ada nantinya kita bisa
> perluas aktifitasnya.
> > Sebagai bentuk servis, lp3b bisa memberikan info
> tentang pendidikan tinggi
> > pada masyarakat Buleleng. Melalui servis ini, kita
> berharap masyarakat
> akan
> > tertarik, dan mulai melirik lp3b.
> > LP3B juga bisa menggandeng PHRI, dan Dinas
> Pariwisata Buleleng, untuk
> > menggali potensi wisata yang dimiliki Bali Utara.
> Untuk maksud itu
> diperlukan
> > survey tentang potensi wisata yang dimiliki Bali
> Utara. Coba kita lihat,
> > apakah kita punya buku panduan tentang pariwisata
> Buleleng ?
> > Wisatawan yang ada jelas memerlukan informasi yang
> lengkap tentang obyek
> > pariwisata yang ada di Bali Utara.
> > Kita bisa melakukan survey tentang potensi wilayah
> beserta 

[bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation

2003-07-20 Terurut Topik popodanes
Terimakasih banyak untuk semua respon positif yang ditulis di milist ini.
Setelah cukup sering bertemu di Denpasar, temen-temen yang Rabu malam suka
kumpul di Hayam Wuruk juga ingin ngobrol soal ini di Singaraja. Kalau tidak
ada halangan, kita coba membuatnya hari Jumat 25 Juli. Senin besok kita akan
mulai organise, termasuk dengan orang-orang pemerintah yang terlibat.

Khusus mengenai opini pak Suwela dan ibu Widiasari yang cantik jelita itu
tentang gedung Bea & Cukai, saya perlu menjelaskannya sedikit. Dalam hal
ini, kami tidak asal mendukung study CHC yang sudah terlebih dahulu disusun
dengan baik, tetapi juga mempertimbangkan beberapa aspek lain.

Suatu catatan sejarah, menurut saya tidak selalu harus berumur dalam
hitungan abad, karena bisa terjadi dalam hitungan dekade maupun tahun.
Secara fisik, bangunan satu ini mewakili generasi art-deco yang ada di
Singaraja, yang menurut hemat saya, sekecil apapun, apabila masih bisa kita
pertahankan, harus kita pertahankan, palagi mengingat sudah begitu banyak
sodaranya bangunan ini yang hancur begitu saja, diganti bangunan baru yang
seringkali juga nggak ada indah-indahnya.

Secara non-fisik, bangunan ini menandai sejarah kepabeanan di Bali. Sebagai
orang Buleleng, saya merasakan ini sebagai suatu kebanggaan yang amat
sangat, karena inilah yang menjadi saksi penting bahwa kegiatan custom
clearance di Bali, pertama kali adanya di Buleleng. Semoga ini juga bisa
menjadi pecut, bahwa pendahulu kita di Buleleng sudah melakukan kegiatan
export langsung hasil bumi dan celeng dari Pabean. Bagaimana yang sekarang ?
Silakan jawab sendiri.

Secara planning ke depan, saya tidak melihat bangunan ini akan
menghalang-halangi usaha kita untuk menata kembali Pelabuhan Buleleng dengan
cantik. Saya sendiri sudah menyanggupi untuk membuat usulan penataan kembali
kawasan Pelabuhan ini, yang tentunya juga nanti perlu banyak input dari
rekan-rekan lain yang peduli. Saya berharap, kalau sudah ada perencanaan
yang konkrit dengan visi yang jelas, kita sedikit banyak akan terhindar dari
kemungkinan mekerah yang arahnya tidak jelas, ya, paling juga saling
mengingatkan, begitu.

Salam dari Tanjung Bungkak,

Popo


- Original Message -
From: "Nyoman Bangsing" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Sunday, July 20, 2003 1:14 PM
Subject: [bali] Re: Buleleng & Cultural Heritage Conservation


> Ysh. Pak Nengah Sudja, Pak Gde Wisnaya, Pak Suwela, Pak Ketut Arthana, Ibu
> Widiasari, Ibu Dwi dan teman-teman lp3b lainnya.
>
> Saya sependapat dengan Pak Sudja. Bila dimungkinkan, nampaknya kita perlu
> memberdayakan masyarakat kita, dimana masyarakat ikut aktif mengawasi
> jalannya proyek yang akan dilaksanakan. Kita bisa memulainya dengan
membentuk
> information centre.
> Pusat informasi yang ada nantinya kita bisa perluas aktifitasnya.
> Sebagai bentuk servis, lp3b bisa memberikan info tentang pendidikan tinggi
> pada masyarakat Buleleng. Melalui servis ini, kita berharap masyarakat
akan
> tertarik, dan mulai melirik lp3b.
> LP3B juga bisa menggandeng PHRI, dan Dinas Pariwisata Buleleng, untuk
> menggali potensi wisata yang dimiliki Bali Utara. Untuk maksud itu
diperlukan
> survey tentang potensi wisata yang dimiliki Bali Utara. Coba kita lihat,
> apakah kita punya buku panduan tentang pariwisata Buleleng ?
> Wisatawan yang ada jelas memerlukan informasi yang lengkap tentang obyek
> pariwisata yang ada di Bali Utara.
> Kita bisa melakukan survey tentang potensi wilayah beserta SDM yang ada di
> Buleleng.
> Satu contoh konkret, bila saya ingin belajar menabuh Gender, siapa yang
bisa
> saya hubungi ?
> Bila seseorang ingin belajar/kursus melukis, siapa yang bisa dihubungi ?
> Bila saya ingin punya sunari, siapa yang mahir membuatnya ?
> Apabila seorang wisatawan ingin menginap di Bali Utara, apakah sudah ada
web
> yang memuat info tentang hotel-hotel yang ada di Bali Utara, termasuk
> sewanya ?
> Bila LP3B punya informasi yang lengkap tentang Bali Utara, maka akan
banyak
> pihak akan melirik lp3b. Apalagi bila kita mempunyai segala informasi
tentang
> Bali, mulai dari potensi manusianya, potensi wilayahnya, info lingkungan,
> info budayanya, dan segala pernik-pernik tentang Bali, maka lp3b nantinya
> akan semakin dicari banyak orang.
> Dari info yang ada, nantinya bisa ditelorkan berjilid-jilid buku yang bisa
> kita wariskan pada anak cucu kita.
> Pertanyaannya maukah kita melakukan pekerjaan besar seperti itu ?
> Jawabannya terpulang pada kita semua.
>
> Ngiring asapunika dumun, benjang pungkur malih wawanin. Sampai jumpa.
>
> salam sejahtera dari
> Nyoman Bangsing
>
> On Sat, 19 Jul 2003 10:20:51 +0700, nsudja wrote
> > Mbak Widi, Gde Wis  dan kawan-kawan,
> > Saya ikuti kegiatan heritage Pelabuhan Buleleng pada milis ini..
> > Dalam kerangka good governance (yang berkaitan dengan kepentingan
> > publik perlu mempertimbangkan   aspek seperti  tranpansi,
> >  pertanggung jawaban publik, partisipasi masyarakat, pencapaian
> > efisiensi), apakah tidak sebaiknya diadakan satu ruang