[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-24 Terurut Topik mh
Kawasan Wisata (3)
Kelak, Wajah Lembang Seperti Apa?

PADA masa silam, Lembang menuai puja-puji karena keindahan alamnya.
Namun, pujian itu kini disertai hujatan seiring dengan merajalelanya
kerusakan alam karena tangan manusia. Pada masa mendatang, belum
diketahui secara persis bagaimana wajah Lembang. Bisa jadi, Lembang
kembali dipuji. Bisa jadi pula Lembang kian merana, bahkan tinggal
nama.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berkeinginan, Lembang diarahkan
kepada agroindustri dan wisata ramah lingkungan. Menurut Wakil Bupati
Bandung Barat Ernawan Natasaputra, hal itu sesuai dengan visi
kabupaten yang berumur tiga tahun itu. Intinya, ekowisata (wisata
berbasis lingkungan alam) akan menjadi wajah Lembang masa depan.

Objek wisata kebun stroberi dan wisata Kampung Cikidang bisa dijadikan
contoh ekowisata. Ke depan, rencananya, pengembangan wisata seperti
itulah yang akan dikembangkan untuk memaksimalkan potensi alam
Lembang.

Namun, perjalanan pemerintah Kabupaten Bandung Barat mewujudkan visi
itu tampaknya perlu ditinjau kembali. Soalnya, menurut sejumlah
pemangku kepentingan di bidang lingkungan, calon wajah Lembang tidak
sepenuhnya sesuai dengan prinsip arah Lembang ke depan.

Konsep wisata yang ramah lingkungan, misalnya, tidak berarti sebatas
menjadikan lahan terbuka sebagai area wisata baru. Lebih jauh, seperti
diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Jawa Barat M. Hendarsyah, harus ada muatan ekologis dan
edukasi di dalamnya.

Satu hal yang dia nilai cenderung terlupakan dalam pengembangan konsep
ekowisata di Lembang adalah pasifnya peran serta masyarakat dalam
peran-peran vital, khususnya dalam hal jasa. ”Masyarakat setempat
malah cuma menjadi satpam di hotel milik pengusaha. Seharusnya ada
pemberdayaan masyarakat. Misalnya, wisatawan menginap di rumah
penduduk yang memang didesain sebagai penginapan,” katanya.

Masih adanya ketidaksesuaian praktik dengan definisi ekowisata (sesuai
dengan Deklarasi Que Bec), menurut Hendarsyah, menjadikan konsep
Lembang ke depan belum begitu jelas.

Selain itu, konsep Lembang ke depan belum mempertimbangkan benar
keberadaan patahan bumi yang terdapat di sana. Anggota Kelompok Riset
Cekungan Bandung T. Bachtiar mengungkapkan, setiap konstruksi
sebaiknya tidak memotong garis patahan atau berada di atas garis
tersebut.

”Sejauh ini, belum ada penelitian tentang patahan tersebut, khususnya
tentang korelasi patahan dengan konstruksi bangunan. Sepertinya memang
pemerintah di sana belum mengetahui detail rute patahannya,” ujarnya.

Belum akrabnya masyarakat Lembang dengan antisipasi bencana, paling
tidak bisa dilihat dari fasilitas hotel yang belum menyediakan denah
evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam.

Padahal, Lembang memiliki sesar yang sewaktu-waktu bisa aktif.
Aktivasi itu bisa menyebabkan gempa bumi pada skala 6-7 pada skala
Richter dan longsor. Kemungkinan longsor ini besar karena tanah di
Lembang berasal dari material gunung berapi yang mudah
hanyut jika terkena air.
**

ketidakjelasan konsep, sepertinya, juga terjadi dalam pengembangan
pertanian dan perkebunan. Selama ini, Lembang merupakan pemasok besar
hasil perkebunan dan pertanian, seperti bunga dan murbei, ke nusantara
bahkan luar negeri.

Namun, hingga saat ini, hasil pertanian dan perkebunan cenderung
langsung dikirim ke pasar. Padahal, dengan potensi yang begitu besar,
Kabupaten Bandung Barat bisa membentuk konsep sentra bunga yang mampu
menaikkan pertumbuhan wisata dan ekonomi kerakyatan. Konsep ini,
selain memopulerkan nama Lembang sebagai Kota Kembang yang
sesungguhnya, juga bisa menentukan harga jual mandiri.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Bandung Barat Bambang Subagio mengatakan, selama ini, Lembang hanya
menjadi produsen tanpa kemampuan menentukan harga. Alur distribusi pun
dikuasai pihak lain, termasuk para calo sehingga memangkas keuntungan
petani. ”Untuk itu, pembangunan sentra sayuran dan bunga ke depan
diharapkan bisa menjadi jalan keluarnya,” tuturnya.

**

maraknya alih fungsi lahan, tampaknya, harus menjadi perhatian besar
dalam pembenahan Lembang menuju menyongsong masa depan. Anggota Komisi
C DPRD Kabupaten Bandung Barat Samsul Ma’arif menilai, pengetatan
pembangunan di Lembang, sebenarnya, sudah cukup terangkum di dalam
Perda Jabar No. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang
KBU dan Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar No. 21 Tahun 2009 yang
memuat petunjuk pelaksanaannya.

Menurut dia, ketegasan penegakan aturan inilah yang ditunggu
pembuktiannya di lapangan. ”Kalau porsi pemberian izin satu mangkok,
ya satu mangkok saja. Jangan diutak-atik, dipermainkan,” katanya.

Jangan sampai pengembangan dengan dalih pengembangan wisata, tetapi
justru mengeksploitasi Lembang demi keuntungan pendapatan asli daerah
(PAD). ”Harus berorientasi terhadap pelestarian lingkungan,” katanya.

Kepala Dinas Permukiman dan Perumahan (Kimrum) Provinsi Jawa Barat
Yerry Yanuar pun berharap agar, ke depan, pengelolaan Lemba

[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik mh
Kawasan Wisata (2)
Lembang “Hareudang”

Urusan wisata telah mengubah wajah Lembang. Dari wilayah perdesaan
yang relatif tenang dan asri, Lembang menjelma perkotaan lengkap
dengan pernak-pernik persoalan urban. Pengunjung, pendatang, dan
investasi terus berdatangan. Lembang menjadi kota yang sibuk. Setiap
akhir pekan, antrean kendaraan mengular di sepanjang Jalan Raya
Bandung-Lembang. Kemacetan pun secara rutin menyergap pusat kota.

Daya tarik luar biasa mengundang para investor menyerbu Lembang.
Bangunan hotel dan restoran terus bertambah jumlahnya. Kompleks wisata
buatan pun, baik yang berbau alam maupun kuliner, bermunculan. Para
pengembang ikut-ikutan ramai membangun perumahan baru, sementara
individu yang punya dompet tebal mendirikan vila-vila mewah.

Sayangnya, pembangunan kerap dilakukan serampangan tanpa memperhatikan
aturan tata ruang. Padahal, Lembang jelas-jelas ditetapkan sebagai
kawasan konservasi yang pola pembangunannya sudah diatur, bukannya
dilarang, demi kesinambungan kelestarian lingkungan.

Apa yang terjadi terhadap Observatorium Bosscha bisa menggambarkan
persoalan tata ruang ini. Akibat makin padatnya permukiman di
sekitarnya, kegiatan peneropongan bintang terganggu oleh polusi cahaya
dan polusi radio. Gangguan seperti ini tentu kontraproduktif dengan
upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Sterilisasi polusi bisa
dilakukan dengan mengamankan daerah hijau pada radius lima kilometer.

Langkah ini tentu bukan solusi mudah karena permukiman telanjur
”dibolehkan” mendesak Bosscha. Dibutuhkan ketegasan menegakkan aturan
oleh pemerintah kabupaten sebagai pemberi izin sekaligus pengawas lini
pertama pemanfaatan lahan. ”Jangan sampai yang jadi pertimbangan utama
adalah besaran pendapatan asli daerah (PAD),” kata Kepala Dinas
Permukiman dan Perumahan (Kimrum) Provinsi Jawa Barat Yerry Yanuar.

Di Tangkubanparahu, kisruh alih lahan juga menjadi sorotan dalam
setengah tahun belakangan. Izin pengelolaan lahan langsung dari
Menteri Kehutanan untuk sebuah perusahaan swasta asal Jakarta yang
disinyalir akan merampas kawasan lindung, diprotes banyak pihak.
Gubernur Jabar akhirnya menghentikan seluruh kegiatan perusahaan
bersangkutan dalam membangun kompleks wisata. Ketua Pusat Perencanaan
dan Pengembangan Pariwisata (P-P2Par) ITB Budi Brahmantyo menyebut
kasus ini sebagai contoh pola pengelolaan wisata yang kebablasan.

Dalam skala lebih kecil, pembangunan perumahan dan vila mewah kerap
terbukti melanggar peraturan. Tak sedikit pengembang atau perseorangan
berani membangun hanya dengan mengantongi izin dari camat. Padahal,
Perda Jabar No. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang
KBU -- dan menyusul kemudian Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar No. 21
Tahun 2009 -- mensyaratkan rekomendasi gubernur sebelum bupati/wali
kota setempat menerbitkan izin pemanfaatan ruang di KBU.

Ahmad Heryawan mengaku, selama menjabat gubernur, baru 365 izin
pemanfaatan yang ia rekomendasi terdiri atas  360 rumah tinggal dan 5
kawasan perumahan. Untuk kategori rumah tinggal, luasnya berkisar
antara 50-1.000 meter. Sementara itu, untuk kawasan perumahan,
berkisar antara 10-30 hektare. Syarat utamanya adalah persentase
bangunan hanya berkisar antara 10-20 persen dari seluruh lahan.
Heryawan meminta semua pihak yang telah mengantongi izin agar taat
aturan jika tidak ingin dihentikan pacsapembangunannya.

**

Penetapan koefisien wilayah terbangun (KWT) diharapkan menjadi
saringan efektif untuk mengendalikan laju alih fungsi lahan. Besaran
KWT berbeda-beda di tiap desa, antara 10-20 persen, tergantung
kepadatan desa bersangkutan saat ini. Namun, dalam kenyataan di
lapangan, banyak pelanggaran masih ditemukan. Alasan yang dikemukakan
macam-macam, terutama adalah ketidaktahuan aturan.

Ketua Umum Forum Peduli Bandung Utara Suherman mengatakan, kebanyakan
pelanggar adalah mereka yang menjadikan lahannya sebagai tempat usaha.
Penyebabnya adalah ketidaktegasan pemerintah. ”Pengembang dan
masyarakat kan minta izin dulu ke Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Jika tidak sesuai dengan peruntukan dan KWT-nya, kenapa diizinkan?”
ujarnya, seraya menyebutkan sejumlah nama hotel yang melanggar
ketentuan KWT.

Selain tidak tegas, penegakan peraturan juga masih tebang pilih.
Menurut Suherman, tak jarang kasus pelanggaran tata ruang selesai
dengan sendirinya jika menyangkut pejabat atau orang berpangkat.
Peraturan jadi tak punya gigi. Ia berharap, laju alih fungsi lahan
bisa ditangani lebih serius dan adil kelestarian lingkungan dan
terlebih demi penyelamatan warga sendiri.

Menyusutnya kawasan hijau memunculkan aneka persoalan baru di Lembang.
Pada Februari 2008, warga Desa Mekarwangi harus bolak-balik mengambil
air dari rumah ke mata air akibat menyusutnya persediaan air. Sejak
Juni 2008, mata air Cikareo dilaporkan mulai menyusut sekitar lima
belas sentimeter. Selanjutnya, pada Maret 2009, giliran mata air
Cigorowong yang terancam karena kompleks perumahan direncanakan
dibangun di atas mata air ini. Debit air di Situ Lembang juga ter

[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik Remi
Ieu ge kuring salah. Wisata makam teh pan kaasup kana kategori wisata alam 
barzah he he he. Heueuh najan kumaha ge ... alam mah nya alam we atuh!

Di Priangan mah, sagala wisata naon bae kaasup wisata di alam kahiayang lin? 
:)) 

--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, "KAsep"  wrote:
>
> Hahaha bener Kang... 
> Eta wisata jurig euy... kuring ge nu lila di Bandung asa karek ngadenge tah
> makam junghun mah ;)).
> 
> From: Baraya_Sunda@yahoogroups.com [mailto:baraya_su...@yahoogroups.com] On
> Behalf Of Remi
> Sent: 23 Februari 2010 14:55
> To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com
> Subject: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?
> 
> Lain... eta teu salah kitu, nomer 7 jeung nomer 11. Naha asup wisata
> alam?:)))
> 
> Nomer 7 mah sigana asup kana kategori: wisata jurig Walanda!
> Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he he he
>




[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik Remi

Uh... salah alamat atuh. Masih keneh dipake eta toropong teh Kang? Sigana mah 
mahasiswa astrologi eh... astronomi masih keneh make eta toropong?

Lain... panyana teh geus dimuseumkeun!:))) Geuning masih keneh aktif! Atuda 
kabita ku batur, nyieun toropong ge mani sagede alaihim...

--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, "Waluya"  wrote:
>
> > "Remi"  wrote:
> > Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he > he 
> > he
> 
> Kuring mah "karunya" ka Observatorium Boscha teh, cenah ayeuna noropong 
> bentangna kurang jelas, gara-gara di sabudeureunana caang, loba teuing lampu. 
> Jadina Boscha  leuwih ka tempat wisata. Ngan kurang tepat lamun disebut 
> wisata alam mah, tapi wisata elmu pangaweruh keur barudak. Lumayanlah ...da 
> di Indonesia mah euweuh deui. 
> 
> Ceuk beja mah Boscha ayeuna boga toropong radio, tah nu ieu mah moal kaganggu 
> ku lampu-lampu kota.
> 
> Baktos,
> WALUYA
>




RE: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik KAsep
Hahaha bener Kang... 
Eta wisata jurig euy... kuring ge nu lila di Bandung asa karek ngadenge tah
makam junghun mah ;)).

From: Baraya_Sunda@yahoogroups.com [mailto:baraya_su...@yahoogroups.com] On
Behalf Of Remi
Sent: 23 Februari 2010 14:55
To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com
Subject: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

Lain... eta teu salah kitu, nomer 7 jeung nomer 11. Naha asup wisata
alam?:)))

Nomer 7 mah sigana asup kana kategori: wisata jurig Walanda!
Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he he he




[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik Waluya
> "Remi"  wrote:
> Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he > he he

Kuring mah "karunya" ka Observatorium Boscha teh, cenah ayeuna noropong 
bentangna kurang jelas, gara-gara di sabudeureunana caang, loba teuing lampu. 
Jadina Boscha  leuwih ka tempat wisata. Ngan kurang tepat lamun disebut wisata 
alam mah, tapi wisata elmu pangaweruh keur barudak. Lumayanlah ...da di 
Indonesia mah euweuh deui. 

Ceuk beja mah Boscha ayeuna boga toropong radio, tah nu ieu mah moal kaganggu 
ku lampu-lampu kota.

Baktos,
WALUYA   





Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik mh
2010/2/23 Remi :
>
>
> --- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, mh  wrote:
>>
>> Wisata Alam Jabar?
>>
>> 1. Kawah Tangkubanparahu
>> 2. pemandian air hangat Maribaya
>> 3. Curug Cigulung,
>> 4. Curug Cikawari,
>> 5. Curug Cikoleang,
>> 6. Curug Omas.
>> 7. Makam Junghuhn,
>> 8. bumi perkemahan Cikole,
>> 9. Hutan Wisata Jayagiri,
>> 10. Curug Luhur,
>> 11. Observatorium Bosscha
>>
>>
>>
>
> Lain... eta teu salah kitu, nomer 7 jeung nomer 11. Naha asup wisata alam?:)))
>
> Nomer 7 mah sigana asup kana kategori: wisata jurig Walanda!
> Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he he he
>

Hehehe, eta meureun no 7 wisata alam 'karuhun' walanda.
Ari no 11 wisata alam titinggal 'karuhun' walanda oge.


[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-23 Terurut Topik Remi


--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, mh  wrote:
>
> Wisata Alam Jabar?
> 
> 1. Kawah Tangkubanparahu
> 2. pemandian air hangat Maribaya
> 3. Curug Cigulung,
> 4. Curug Cikawari,
> 5. Curug Cikoleang,
> 6. Curug Omas.
> 7. Makam Junghuhn,
> 8. bumi perkemahan Cikole,
> 9. Hutan Wisata Jayagiri,
> 10. Curug Luhur,
> 11. Observatorium Bosscha
> 
> 
> 

Lain... eta teu salah kitu, nomer 7 jeung nomer 11. Naha asup wisata alam?:)))

Nomer 7 mah sigana asup kana kategori: wisata jurig Walanda!
Nomer 11 asup kana kategori: wisata teknik jaman kuda ngegel beusi he he he




Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-22 Terurut Topik dkabayan
Leres Bah... Peuyeum anu tiasa ngadamel surabi haneut ;))... Subang tea nelah 
atuuuh matak kagembang ;))
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Surtiwa 
Date: Tue, 23 Feb 2010 10:30:03 
To: 
Subject: Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

Hush..ari eta mah Tukang Peuyeum..nawiskeun... anu parantos asak

On 2/23/10, KAsep  wrote:
>
>
>
> Subang Bah eta mah kalebetna :)... batesna Tangkuban Parahu :).
>
> Inget Sari Ater teh... babaturan kuring kungsi nyarita lamun urang parkir
> rek nginep terus lalaki wungkul... di parkiran langsung aya nu nawaran bari
> mamawa foto ceunah ;)) Bararade yeh... ayoo dipili... dipiliii...
> dipiliii... duka ayeuna mah... masih keneh kitu?
>
> From: Baraya_Sunda@yahoogroups.com [mailto:
> Baraya_Sunda@yahoogroups.com ] On
> Behalf Of Surtiwa
> Sent: 23 Februari 2010 9:24
> To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com 
> Subject: Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?
>
> Naha ari Ciater anu ayeuna tos lumayan dikalolana teu kasebat2 nya ?
>
>  
>



Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-22 Terurut Topik Surtiwa
Hush..ari eta mah Tukang Peuyeum..nawiskeun... anu parantos asak

On 2/23/10, KAsep  wrote:
>
>
>
> Subang Bah eta mah kalebetna :)... batesna Tangkuban Parahu :).
>
> Inget Sari Ater teh... babaturan kuring kungsi nyarita lamun urang parkir
> rek nginep terus lalaki wungkul... di parkiran langsung aya nu nawaran bari
> mamawa foto ceunah ;)) Bararade yeh... ayoo dipili... dipiliii...
> dipiliii... duka ayeuna mah... masih keneh kitu?
>
> From: Baraya_Sunda@yahoogroups.com [mailto:
> Baraya_Sunda@yahoogroups.com ] On
> Behalf Of Surtiwa
> Sent: 23 Februari 2010 9:24
> To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com 
> Subject: Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?
>
> Naha ari Ciater anu ayeuna tos lumayan dikalolana teu kasebat2 nya ?
>
>  
>


RE: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-22 Terurut Topik KAsep
Subang Bah eta mah kalebetna :)... batesna Tangkuban Parahu :).

Inget Sari Ater teh... babaturan kuring kungsi nyarita lamun urang parkir
rek nginep terus lalaki wungkul... di parkiran langsung aya nu nawaran bari
mamawa foto ceunah ;)) Bararade yeh... ayoo dipili... dipiliii...
dipiliii... duka ayeuna mah... masih keneh kitu?


From: Baraya_Sunda@yahoogroups.com [mailto:baraya_su...@yahoogroups.com] On
Behalf Of Surtiwa
Sent: 23 Februari 2010 9:24
To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com
Subject: Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?
 
Naha ari Ciater anu ayeuna tos lumayan dikalolana teu kasebat2 nya ?




Re: [Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-22 Terurut Topik Surtiwa
Naha ari Ciater anu ayeuna tos lumayan dikalolana teu kasebat2 nya ?

On 2/23/10, mh  wrote:
>
>
>
> Wisata Alam Jabar?
>
> 1. Kawah Tangkubanparahu
> 2. pemandian air hangat Maribaya
> 3. Curug Cigulung,
> 4. Curug Cikawari,
> 5. Curug Cikoleang,
> 6. Curug Omas.
> 7. Makam Junghuhn,
> 8. bumi perkemahan Cikole,
> 9. Hutan Wisata Jayagiri,
> 10. Curug Luhur,
> 11. Observatorium Bosscha
>
> ==
> Kawasan Wisata (1)
> Magnet di Utara Bandung
>
> Selama tiga hari, sejak Selasa (23/2), ”PR” akan menyajikan laporan
> khusus berseri tentang seluk-beluk persoalan di kawasan wisata
> Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
>
> Alam menganugerahkan kekayaan luar biasa besar kepada Lembang.
> Udaranya yang sejuk --lengkap dengan pemandangan yang membuat betah
> mata-- seperti sebuah ”besi berani” berkekuatan besar. Lembang memikat
> setiap orang untuk berkunjung. Tidak heran, sejak zaman kolonial
> Lembang sudah dijadikan tempat tujuan berwisata. Dari Kota Bandung,
> yang mulai padat oleh aktivitas manusia, jalan raya menuju
> Tangkubanparahu pun dibangun.
>
> Lembang juga memiliki pemandian air hangat Maribaya yang juga menjadi
> primadona wisata. Pesona Maribaya (yang dalam legenda merupakan nama
> seorang perempuan cantik jelita) mampu menjadi magnet bagi wisatawan
> sejak 1835. Di sana, pengunjung bisa menikmati pesona air terjun
> (curug). Mulai dari Curug Cigulung, Curug Cikawari, Curug Cikoleang,
> hingga Curug Omas. Lembang juga memiliki objek wisata Makam Junghuhn,
> bumi perkemahan Cikole, Hutan Wisata Jayagiri, Curug Luhur, dan
> Observatorium Bosscha, yang tak kalah menarik untuk dikunjungi.
>
> Dalam perkembangannya, wisata alam maupun buatan terus bermunculan di
> kecamatan seluas 10.620 hektare tersebut. Ada supermarket bunga,
> wisata berkuda, dan kebun stroberi. Selain itu, ada pula beraneka
> ragam wisata kuliner khas, seperti tahu lembang, sate kelinci, dan
> ketan bakar.
>
> Menurut Wakil Bupati Bandung Barat Ernawan Natasaputra, Lembang memang
> diplot sebagai tujuan wisata berbasis agroindustri yang ramah
> lingkungan. ”Sebagai bagian dari Kawasan Bandung Utara (KBU), memang
> harus ada perlakuan khusus bagi Lembang. Pembangunan boleh dilakukan,
> tetapi sudah ada peraturannya,” katanya.
>
> Setiap tahun, jumlah pengunjung ke Lembang mencapai 230.000 orang atau
> separuh lebih dari jumlah total pengunjung di Kabupaten Bandung Barat.
> Dari jumlah tersebut, seperempatnya merupakan wisatawan mancanegara.
> Tingkat hunian (okupansi) hotel mencapai 59 persen, dengan rata-rata
> lama menginap pengunjung di Lembang mencapai 1,7 hari. ”Angka ini
> tergolong lumayan. Akan terus kami usahakan agar rata-rata lama
> menginap wisatawan bertambah panjang,” kata Ernawan.
>
> Rata-rata lama menginap wisa- tawan yang bertambah panjang, menurut
> dia, akan mampu menggerakkan roda ekonomi warga. Apalagi, mengingat
> potensi demikian besar yang dimiliki kecama- tan itu. Kini, Lembang
> menjadi penyumbang utama pos wisata bagi pendapatan asli daerah (PAD)
> KBB yang pada 2009 mencapai Rp 35,5 miliar.
>
> **
>
> Dari sekian banyak wisata alam di Lembang, Tangkubanparahu menjadi
> primadona. Meski demikian, menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas
> Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat Yayan Sudjana, objek
> tersebut tak satu rupiah pun menyumbang pemasukan, baik bagi Kecamatan
> Lembang maupun Kabupaten Bandung Barat. Sejak dulu, objek tersebut
> ditangani langsung oleh Perhutani dan sekarang BKSDA.
>
> Kendati demikian, arus pengunjung ke Tangkubanparahu dari Bandung
> secara perlahan telah mengubah wajah Lembang. Hotel dan restoran
> menjamur. Hingga tahun lalu, jumlah hotel melati telah mencapai 38
> buah, vila dan penginapan 4 buah, serta jumlah restoran dan rumah
> makan mencapai 60 buah. Layanan wisata sampingan, seperti kebun
> stroberi, acara berkuda, atau wisata kuliner, pun memiliki ruang lebar
> untuk berkembang.
>
> Yayan mengakui, dari sekian banyak tempat wisata, selama ini, Maribaya
> masih menjadi andalan satu-satunya dalam mengejar target setoran ke
> PAD. Ditarget sekitar Rp 150 juta per tahunnya, Maribaya baru bisa
> memenuhi sekitar separuhnya. ”Kami sadar, layanan infrastruktur di
> Maribaya masih harus ditingkatkan. Oleh karena itu, belum lama ini
> kami mengajukan proposal pendanaan ke provinsi sebesar Rp 1 miliar.
> Semoga bisa turun sehingga bisa ada revitalisasi,” ucapnya.
>
> Harus diakui, dalam urusan pariwisata, Lembang masih amat bergantung
> kepada kekayaan alamnya. Amat minim upaya pengembangan wisata budaya
> untuk mengimbangi pertumbuhan wisata alam. Padahal, bermacam kesenian
> tradisional seperti singa depok, pencak silat, calung, degung,
> jaipongan, dan wayang golek, ada di kecamatan itu.
>
> Ketua Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata (P-P2Par) Institut
> Teknologi Bandung Budi Brahmantyo berpendapat, pengelola wisata di
> Lembang hendaknya kreatif mencari konsep baru, selain melulu
> mengeksplorasi keindahan alam karena bisa memunculkan kebosanan. Ia
> meng

[Baraya_Sunda] Re: Wisata - Wisata Alam Jabar?

2010-02-22 Terurut Topik mh
Wisata Alam Jabar?

1. Kawah Tangkubanparahu
2. pemandian air hangat Maribaya
3. Curug Cigulung,
4. Curug Cikawari,
5. Curug Cikoleang,
6. Curug Omas.
7. Makam Junghuhn,
8. bumi perkemahan Cikole,
9. Hutan Wisata Jayagiri,
10. Curug Luhur,
11. Observatorium Bosscha


==
Kawasan Wisata (1)
Magnet di Utara Bandung

Selama tiga hari, sejak Selasa (23/2), ”PR” akan menyajikan laporan
khusus berseri tentang seluk-beluk persoalan di kawasan wisata
Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Alam menganugerahkan kekayaan luar biasa besar kepada Lembang.
Udaranya yang sejuk --lengkap dengan pemandangan yang membuat betah
mata-- seperti sebuah ”besi berani” berkekuatan besar. Lembang memikat
setiap orang untuk berkunjung. Tidak heran, sejak zaman kolonial
Lembang sudah dijadikan tempat tujuan berwisata. Dari Kota Bandung,
yang mulai padat oleh aktivitas manusia, jalan raya menuju
Tangkubanparahu pun dibangun.

Lembang juga memiliki pemandian air hangat Maribaya yang juga menjadi
primadona wisata. Pesona Maribaya (yang dalam legenda merupakan nama
seorang perempuan cantik jelita) mampu menjadi magnet bagi wisatawan
sejak 1835. Di sana, pengunjung bisa menikmati pesona air terjun
(curug). Mulai dari Curug Cigulung, Curug Cikawari, Curug Cikoleang,
hingga Curug Omas. Lembang juga memiliki objek wisata Makam Junghuhn,
bumi perkemahan Cikole, Hutan Wisata Jayagiri, Curug Luhur, dan
Observatorium Bosscha, yang tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Dalam perkembangannya, wisata alam maupun buatan  terus bermunculan di
kecamatan  seluas 10.620 hektare  tersebut.  Ada supermarket bunga,
wisata berkuda, dan kebun stroberi. Selain itu, ada pula beraneka
ragam wisata kuliner khas, seperti tahu lembang, sate kelinci, dan
ketan bakar.

Menurut Wakil Bupati Bandung Barat Ernawan Natasaputra, Lembang memang
diplot sebagai tujuan wisata berbasis agroindustri yang ramah
lingkungan. ”Sebagai bagian dari Kawasan Bandung Utara (KBU), memang
harus ada perlakuan khusus bagi Lembang. Pembangunan boleh dilakukan,
tetapi sudah ada peraturannya,” katanya.

Setiap tahun, jumlah pengunjung ke Lembang mencapai 230.000 orang atau
separuh lebih dari jumlah total pengunjung di Kabupaten Bandung Barat.
Dari jumlah tersebut, seperempatnya merupakan wisatawan mancanegara.
Tingkat hunian (okupansi) hotel mencapai 59 persen, dengan rata-rata
lama menginap pengunjung di Lembang mencapai 1,7 hari. ”Angka ini
tergolong lumayan. Akan terus kami usahakan agar rata-rata  lama
menginap wisatawan bertambah panjang,” kata Ernawan.

Rata-rata lama menginap wisa- tawan yang bertambah panjang, menurut
dia, akan mampu menggerakkan roda ekonomi warga. Apalagi, mengingat
potensi demikian besar yang dimiliki kecama-   tan itu. Kini, Lembang
menjadi penyumbang utama pos wisata bagi pendapatan asli daerah (PAD)
KBB yang pada 2009 mencapai Rp 35,5 miliar.

**

Dari sekian banyak wisata alam di Lembang, Tangkubanparahu menjadi
primadona. Meski demikian, menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat Yayan Sudjana, objek
tersebut tak satu rupiah pun menyumbang pemasukan, baik bagi Kecamatan
Lembang maupun Kabupaten Bandung Barat. Sejak dulu, objek tersebut
ditangani langsung oleh Perhutani dan sekarang BKSDA.

Kendati demikian, arus pengunjung ke Tangkubanparahu dari Bandung
secara perlahan telah mengubah wajah Lembang. Hotel dan restoran
menjamur. Hingga tahun lalu, jumlah hotel melati telah mencapai 38
buah, vila dan penginapan 4 buah, serta jumlah restoran dan rumah
makan mencapai 60 buah. Layanan wisata sampingan, seperti kebun
stroberi, acara berkuda, atau wisata kuliner, pun memiliki ruang lebar
untuk berkembang.

Yayan mengakui, dari sekian banyak tempat wisata, selama ini, Maribaya
masih menjadi andalan satu-satunya dalam mengejar target setoran ke
PAD. Ditarget sekitar Rp 150 juta per tahunnya, Maribaya baru bisa
memenuhi sekitar separuhnya. ”Kami sadar, layanan infrastruktur di
Maribaya masih harus ditingkatkan. Oleh karena itu, belum lama ini
kami mengajukan proposal pendanaan ke provinsi sebesar Rp 1 miliar.
Semoga bisa turun sehingga bisa ada revitalisasi,” ucapnya.

Harus diakui, dalam urusan pariwisata, Lembang masih amat bergantung
kepada kekayaan alamnya. Amat minim upaya pengembangan wisata budaya
untuk mengimbangi pertumbuhan wisata alam. Padahal, bermacam kesenian
tradisional seperti singa depok, pencak silat, calung, degung,
jaipongan, dan wayang golek, ada di kecamatan itu.

Ketua Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata (P-P2Par) Institut
Teknologi Bandung Budi Brahmantyo berpendapat, pengelola wisata di
Lembang hendaknya kreatif mencari konsep baru, selain melulu
mengeksplorasi keindahan alam karena bisa memunculkan kebosanan. Ia
mengingatkan, kecenderungan orang berwisata saat ini mengarah kepada
wisata dengan trek (jalur perjalanan) nyata. ”Lembang, dengan segala
kekayaan geologi dan geografinya, sangat memungkinkan untuk
dikembangkan. Tangkubanparahu dan Sesar Lembang, misalnya, bisa
dijadikan tujuan geo