[budaya_tionghua] Re: : Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)

2009-10-16 Terurut Topik kwaih...@ymail.com


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Justru itu sdr Lim:
 
 Orang berkumpul itu sebaiknya bukan berdasarkan suku, ras atau agama, tapi yg 
 lebih penting adalah kesamaan hobby, visi dan cita2.
 
 Saya tdk mau terjebak dng slogan2 semacam: kita sesama tionghoa hrs membantu, 
 kita sesama kristen hrs saling menolong dsb dsb. Karena itu adalah slogan 
 eksklusif!
 
 Dlm kenyataan pun sesama tionghoa juga bisa lain visi dan ideologinya, 
 makanya timbul berbagai organisasi dan kelompok politik. Jangan berilusi bhw 
 kita bisa menyatukan seluruh orang tionghoa.
 
 Justru yg penting, kita harus bisa membedakan, mana tionghoa yg sehati dng 
 kita mana yg tdk, saya akan memilih kumpul dng orang sehati meski itu dari 
 etnis Jawa Batak Bali dsb, drpd kumpul dng orang sesuku tapi hatinya lain. 
 Persektuan semu takkan langgeng, bahkan jika tak waspada kita akan ditikam dr 
 belakang, seperti kelompok LPKB dulu yg sesama tionghoa telah  menikam kita. 
 Lebih baik punya musuh yg jelas daripada musuh dalam selimut!
 
 ZFy 
 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Lim Wiss lim.w...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 10:50:26 
 To: zho...@...
 Subject: RE:[budaya_tionghua] : Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
 positif ( I am sure )...:)
 
 Sdr Zhoufy,
 
  
 
 Saya malah sedih melihat di millis ini begitu banyak orang saling menyerang 
 satu sama lain.
 
 Bisa jadi begitu banyak peristiwa pembantaian atas orang kita terjadi 
 disebabkan orang kita yang jadi provokator.
 
  
 
 Coba kita berfikir dari beberapa orang di millis saling menyerang padahal 
 hanya dengan tulisan.
 
 Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari?? Pasti lebih mengerikan bukan?
 
  
 
 Saya dengar cerita dari mama saya bagaimana ex suami (orang chinesse) bisa 
 tega membayar orang hanya untuk membakar toko ex istrinya (orang chinesse) di 
 samping tokonya. Padahal ex suami yang menyeleweng dengan sepupu istri, 
 menikah, dan menceraikan istrinya.
 
  
 
 Kalau saya dengar cerita tsb malah saya jadi takut dengan orang chinesse 
 sendiri. Apalagi dengan orang pribumi.
 
 Jujur saja, saya menjaga jarak dengan siapapun. Saya tidak tahu siapa teman 
 siapa musuh dalam hidup ini.
 
 Teman terbaik bisa menghancurkan kita. Jika musuh, kita bisa waspada tetapi 
 teman baik atau keluarga sendiri yang menjadi musuh?
 
 Itu yang paling menakutkan dalam hidup kita.
 
  
 
 Rgds,
 
 Lim Wiss
 
  
 
 _  

Bung Wiss, hati2 menggunakan istilah pribumi, asli, tulen.
UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret.
Lebih baik simak pidato Habibie waktu kerusuhan mei 98, apa itu pribumi? apakah 
keturunan pitaecantropus soloensis?
saya pribadi lebih senang terang2an sebut langsung arab, india, jawa, batak, 
dayak, tionghoa dlsb, meskipun  ada orang lebih senang disebut cabo cina, 
genduk jawa.
sojah wushu,
Koay Hiap.



Re: [budaya_tionghua] Re: Panggilan antara Besan

2009-10-16 Terurut Topik harry alim
David heng  Cek Liang U,

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, keluarga2 Tionghoa terutama yang keturunan 
Hokkian (agaknya demikian juga di keturunan yang lain, hokchia, khek, hinghua, 
tujia dll) mempunyai panggilan kekerabatan yang bervariasi antara 2 polar. Satu 
ujung 100 persen mengikuti aturan kekerabatan hokkian (atau yang lain) sedang 
ujung yang lain 100 persen tidak mengikuti lagi. Secara statistik mungkin 
mengikuti distribusi normal. Tentu saja yang paling banyak yang di antara 2 
kutub itu. 

Bagi mereka yang mengikuti ya panggilannya masih seperti yang diuraikan oleh 
David heng ataupun Cek Liang U. 

Kalau penelitian mendalam dilakukan bisa jadi alasan utama tidak mengikuti 
aturan kekerabatan adalah karena tidak tahu. Sementara tidak ada orang yang 
lebih tua yang memberi penjelasan. Atau karena gampangnya saja. Panggil oom dan 
tante itu lebih mudah. 

Kalau dua keluarga berbesanan pada umumnya (yang berada diantara 2 kutub) akan 
menggunakan panggilan yang dipakai pihak lainnya. Misalnya si isteri dari 
keluarga yang biasa panggil oomde, oomngah, oomlik ya si suami akan ikut 
isterinya panggil seperti itu. Sebaliknya si isteri di keluarga suaminya juga 
ikut panggilan suaminya, bisa jadi kude kungah dan kulik. 

Begitu juga kalau keluarga hokkian besanan keluarga hokchia atau khek, biasanya 
keluarga yang satu mengikuti keluarga yang lain dalam cara memanggil anggota 
keluarga yang itu. 

Jadi sebutannya bisa macam2 dalam satu keluarga terutama kalau campuran. Banyak 
kejadian si anak yang bingung. Karena untuk keluarga ibunya ia ikut dengan 
panggilan kekeluargaan khek sedang untuk keluarga ayahnya ikut dengan panggilan 
kekeluargaan hokkian. Atau bisa juga tidak masalah bagi si anak, dia enjoy 
saja. 

Hanya saja apa yang diuraikan David heng agak jarang terjadi bagi pasangan 
baru. Tetapi lebih sering terjadi di pasangan yang sudah punya anak. Jadi baik 
isteri maupun si suami memanggil baik keluarga si suami maupun si isteri dengan 
sebutan yang digunakan anaknya. 

Salam,

Harry Alim

Sent from my BlueBerry®
powered by Sinyal Kuat BLUESAT

-Original Message-
From: David Kwa david_kwa2...@yahoo.com
Date: Fri, 16 Oct 2009 04:25:54 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Panggilan antara Besan

Liang U Cek,

Di generasi orangtua owe yang Peranakan Hokkian Jabotabek masih berlaku 
ketentuan panggilan antarbesan, termasuk anak-anak dan saudara-saudaranya, yang 
diwariskan turun-temurun, sbb:
-   Terhadap besan laki-laki seseorang menyapa: chinke 親家. Istrinya 
(besan perempuan): che’m, istrinya (besan perempuan): che’m 親姆.
-   Terhadap kakak laki-laki dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: 
tuapeq 大伯, jipeq 二伯, dst, sama seperti anak seseorang tersebut. 
Istrinya: tua’m 大姆, ji’m 二姆, dst.
-   Terhadap kakak perempuan dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: 
tuakou 大å§`, jikou 二å§` dst; suaminya: tuatniou 大丈, jitniou 二丈, 
dst. 
-   Terhadap kakak laki-laki dari menantu perempuan, seseorang menyapa: 
tuaku 大舅, jiku 二舅, dst. Istrinya: tuakim 大妗, jikim 二妗, dst.
-   Terhadap kakak perempuan dari menantu perempuan, seseorang menyapa: 
tua’i 大姨, ji’i二姨, dst. Suaminya: tuatniou 大丈, jitniou 二丈, 
dst.
-   Terhadap adik laki-laki dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: 
ngcek å'‰å�, isterinya: ngcim å'‰å¬¸.
-   Terhadap adik perempuan dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: kou 
å§`/nyonya mantu. Suaminya: koutniou å§`丈.
-   Terhadap adik laki-laki dari menantu perempuan, seseorang menyapa: ngku 
å'‰èˆ…. Istrinya: ngkim å'‰å¦—.
-   Terhadap adik perempuan dari menantu perempuan, seseorang menyapa: i 
姨. Suaminya: itniou 姨丈.

Owe belum selidik, apakah di daerah lain dan di suku-suku lain non-Hokkian/non 
Peranakan―Hakka, Hinghua, Hokchnia, Konghu, Tiociu―juga berlaku aturan 
istilah kekerabatan yang sama. 

Owe pernah tanya, kenapa begitu? Jawabnya, oleh karena orangtua mengikuti 
istilah kekerabatan yang dipakai anak sebagai menantu terhadap keluarga 
mertuanya. Jadi, misalnya, jika anak memanggil “ngku� terhadap adik 
laki-laki istrinya, orangtua pun demikian, harus memanggil “ngku�. Di sisi 
lain, kalau sang anak menyapa adik laki-laki ayah istrinya dengan panggilan 
“cekkong�―tidak boleh memanggil “cek�, sebab istrinya yang memanggil 
“cek�, dia sendiri harus “cekkong�, sebab ia adalah menantu dan bukan 
keponakan yang bersangkutan―maka ia pun harus menyapa ncek dari sang menantu 
dengan panggilan “cekkong�. Aturan ini rupanya sudah banyak yang tidak 
tahu, kecuali mungkin masih dipertahankan di kalangan Peranakan yang tidak mau 
kehilangan adat Tionghoanya di beberapa wilayah di kawasan Jabotabek.

Kiongchiu,
DK


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u lian...@... wrote:

 Maaf, sekarang jadi ingat, dalam dialek Hokkian isteri engku adalah engkim 
 tapi dalam dialek Kheq adalah 舅姆 

[budaya_tionghua] Istilah asli sudah dicoret. Kenyataan?

2009-10-16 Terurut Topik Lim Wiss

Bung Wiss, hati2 menggunakan istilah pribumi, asli, tulen.
UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret.
Lebih baik simak pidato Habibie waktu kerusuhan mei 98, apa itu pribumi?
apakah keturunan pitaecantropus soloensis?
saya pribadi lebih senang terang2an sebut langsung arab, india, jawa, batak,
dayak, tionghoa dlsb, meskipun ada orang lebih senang disebut cabo cina,
genduk jawa.
sojah wushu,
Koay Hiap.

 

Bung Koay Hiap,



UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret. -- bagaimana
dengan kenyataan di Indonesia?

Hingga detik hari ini siapa yach yang bisa menduduki jabatan presiden?

 

Boleh saja anda berpatokan dengan UUD atau sejuta peraturan di Indonesia
tapi kenyataan?

 

Rgds,

Lim Wiss

 

 



[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

2009-10-16 Terurut Topik Erik
Pendapat Bung Paulus ini pernah menjadi polemik antara blok Asimilasi vs blok 
Integrasi tempo doeloe.
Apa yang dihayati bung Paulus itu persis sama dengan pandangan para penganut 
paham asimilasi, yakni etnisitas seorang anak manusia ditentukan semata-mata 
oleh tempat kelahiran (dan daerah menetap) belaka, tanpa harus memperdulikan 
latar belakang biologis, kultural serta asal-usul nenek moyang. 
Berhadap-hadapan dengan paham asimilasi adalah paham integrasi (yang diusung 
oleh Siaow Giok Tjan Cs), paham ini beranggapan selain tanah kelahiran, 
etnisitas seseorang masih ditentukan lagi oleh faktor lain, yakni latar 
belakang biologis, kultural, self-identification serta acceptability dari 
kelompok masyarakat seseorang mengidentifikasikan dirinya.
Khusus untuk etnis Tionghoa yang merupakan bagian integral dari keseluruhan 
bangsa Indonesia, paham integrasi sangat menghargai hak mereka atas warisan 
budaya dan adat-istiadat, serta self identifikasi diri mereka sebagai etnis 
Tionghoa di Indonesia.
Sama halnya dengan etnis atau suku-suku Jawa, Sunda dll yang lahir dan 
dibesarkan di Jakarta, mereka adalah orang Jakarta, namun sekaligus tetap 
berhak atas warisan budaya Jawa, Sunda dll, dan berhak pula mengidentifikasikan 
diri sebagai orang Jawa, Sunda dll. 
Demikian dari saya. Mudah-mudahan bisa diterima dan dimengerti. 
Terima kasih. 

Salam, 

Erik
---
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Paulus Tanuri wrote:
Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah.
Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa 
dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia.
Mengapa begitu? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis 
dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan 
MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.
Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di 
dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau 
kadang ada yang salah dikira dari Menado.
Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara
Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. 
Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan 
saya sangat amat tidak nyaman dengan itu.

Itu saja.
Lanjutkan..
 
 
 Regards,
 Paulus T.



[budaya_tionghua] ¥ÕÀY§u, ¨ô¤å§g

2009-10-16 Terurut Topik henyung
big5

¥ÕÀY§u, ¨ô¤å§g

½j¦p¤s¤w³�...@²®­y¶³¶¡¤ë¡c

»d§g¦³¨â·...@¬g¨Ó¬Û¨mµ´¡c

¤µ¤é¤æ°s·|�...@©ú¥¹·¾¤ôÀy¡c

øÃëÀ±s·¾¤...@·¾¤ôªf¦è¬y¡c

²y²y´_²y²...@¶ù°ù¤£¶·³Ú¡c

�...@±o¤@¤ß¤...@¥ÕÀy¤£¬ÛÂ÷¡c

¦Ë¬ñ¦óÜõÜ�...@³½§À¦óíÇíÇ¡c

¨k¨à­«·N®ð ¦ó¥Î¿ú¤M¬°¡C 

[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie

2009-10-16 Terurut Topik Dipo
RSS

Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita 
silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan 
wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah 
aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah 
mimpi saya terlalu jauh rupanya :D

Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai 
Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh 
Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah 
dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, 
orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. 

Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para 
orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar 
sebagai buku wajib ?

Salam

BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie 
Kim Hok sianseng tersebut ?  

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote:

 David-xiong: Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti 
 dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah 
 orang Tionghoa Peranakan...
 
 Als: Dalam kasus saya yg punya 2 engkong imigran dgn kedua orangtua Babah, 
 apa orang masih benar jika menyebut sy sbg keturunan imigran atau generasi 
 ke-2 keturunan imigran? :-)
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...!
 
 -Original Message-
 From: David Kwa david_kwa2...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
 
 Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. 
 Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa 
 Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan.
 Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan yang 
 sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya melalui sastra 
 dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam bahasa Melayu yang 
 dihasilkan orang Tionghoa)―meminjam istilah yang dipakai oleh Claudine 
 Salmon. 
 Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan tatabahasa 
 (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu terpenuhi oleh upaya 
 yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa Melayu Lie Kim Hok sampai 
 lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa Peranakan dalam melahirkan 
 berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie Kim Hok pantas digelari Bapak 
 Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan Tionghoa Peranakan. 
 Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih tersebar 
 ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar (Melayu 
 Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir abad 19, 
 jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan masyarakat karena 
 masih dianggap “asing” oleh sebagian besar kaum non-Tionghoa Peranakan di 
 negeri ini, kaum Peranakan telah membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga 
 matinya sastra dan pers Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran 
 serta itu hampir tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali 
 oleh beberapa peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. 
 Yang disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada 
 hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi bacaan 
 anak negeri, jangan sampai “dimasuki unsur-unsur yang tidak baik” (yang 
 berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk membatasi penyebaran sastra dan 
 pers Melayu Tionghoa yang berada di luar kendali pemerintah, pemerintah 
 kolonial mendiskreditkannya dengan label “pasar”, “rendah”, 
 “liar”, “roman picisan” dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa 
 Melayu Tionghoa―atau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh alm. Pramudya 
 Ananta Tur―didasarkan pada bahasa yang hidup di masyarakat yang 
 berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru Nusantara, dan bukan 
 bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang dilakukan oleh Van Ophuijsen 
 sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Dalam buku 
 Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan beberapa tulisan dalam bahasa Melayu 
 Lingua Franca yang dihasilkan para penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda 
 Peranakan (Indo) pada masa itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis 
 dalam bahasa itu.
 Kiongchiu,
 DK
 
 http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie
 
 TERINGAT AKAN LIE
 
 Oleh Kasijanto Sastrodinomo
 
 Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal Tiongkok 
 yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie kemudian 
 dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke) dalam bahasa 
 Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa Peranakan, DK) 
 sebelum 

Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

2009-10-16 Terurut Topik beng mazmuri
  Salam.
 
  Saudara Erik..saya`ada menemukan dan membaca`artikel yg cukup menarik, di 
majalah Sin Po. edisi 871., tertanggal 9 desember 1939. Akan saya kutib 
sesuai apa adanya dengan ejaan bahasa yang dipakai pada waktu itu..
 
 Tjap Tjina.
  Perkatahan Tjina sendiri sabenernja tida menggenggem maksoed menghina atawa 
koerang baek. Tetapi lantaran didalem tempo blakangan di Indonesia ,orang 
sering hoeboengkan itoe perkatahan pada perboetan-perboetan koerang baek, atawa 
digoenaken oentoek menjindir dan mengolok olok, maka ditelinga orang Tionghoa 
djadi tida sedep kedengerannja.
 Sadjek di permoelahan ini abad kita- orang goenakan sebutan Tionghoa boeat 
kita poenya kabangsahan. Boekan sadja ini ada lebih lemas, hanja poen seboetan 
ini memang ada lebih bener.  Sadjek ahala Tjioe ,kira kira 3000 taon doeloe, 
bangsa kita soeda goenakan seboetan Tionghoa. 
 Pada ampat taon jang laloe ,Mr Chiang Yu Pin menoelis didalem madjalah Hsin 
Tsing Nien jang terbit di Shanghai, dimana antara laen laen ia bilang ,itoe 
seboetan Tjina jang orang asing goenakan terhadep kita adalah berhoeboeng 
dengen KEANGKERANnja Tiongkok di djeman dynastie Tjien ( 2000 taon sabelon ada 
itoengan Mesehi ) . Tiap orang Tionghoa doeloe poen merasa BANGGA boeat seboet 
dirinja satoe Tjina.
  Orang orang Tionghoa banjak djoega jang mengoembara ke loear negri. Marika 
biasa njataken kadatengannja dari negri Tjien dan ia orang ada rahajat Tjien 
atawa Tjina.
 
 Ternjata ini seboetan dari djeman riboean taon doeloe tatkala negri kita 
sedeng djaja, teroes`idoep sampe sekarang. Malah di Java perkatahan itoe saolah 
olah meroepaken satoe tjap jang terdapet dimana mana. Didalem sedjarah ,di kota 
kota , nama nama barang , dedaonan ,logam dan laen laen poela orang senantiasa 
katemoeken perkatahan .Tjina. Soeda sadjek doeloe kala kampoeng kampoeng 
Tionghoa ada terkenal dengen seboetan kampoeng Tjina atawa Patjinan. Tetapi 
dengen sasoenggoenja perkatahan Tjina itoe ada berakar lebih dalem dan 
mempoenjai hoeboengan lebih rapet, jang tida terdapet pada bangsa laennja. 
Marilah setjara sapintas laloe kita bikin penjelidikan.  
 
  Untuk kalimat2 selanjutnya akan saya singkat dan saya pergunakan ejaan yang 
berlaku sekarang  ( biar ngak pusing lagi dech..)
  Dalam buku sejarah Tanah Jawa , atau  Babad Pajajaran akan kita temukan 
kata  Putri Tjina  , juga ada tari yang dinamakan  Serimpi Putri Tjina .Di 
Cirebon ada kuburan  Putri Tjina ( Gunung Jati ). Di Parakan ada kampung yang 
disebut  Pondok Tjino  ( Pondok Tjina ). Di Depok juga ada tempat yang 
disebut sebagai Pondok Tjina. Di Meester Cornelis  ( Jatinegara ) ada tempat 
yang dikasih nama Bidara Tjina. dan menurut legenda , berasal dari kata 
Berdarah Tjina Dimana pada waktu itu orang2 Belanda membunuh ribuan orang2 
Tionghoa sehingga warna sungai menjadi merah, dan akhirnya kali itu dinamakan  
Ang-kee = kali merah . Banyak yang melarikan diri dan darah berceceran dimana 
mana. maka tempat itu dinamakan Berdara Tjina, dan lambat laun menjadi Bidara 
Tjina. Di Semarang, ada satu jalan yang dipanggil Kebon Tjina, Dulu jalan itu 
milik Mayor TanHong Yan, dan orang kampung dulu menyebutnya  Kebon Majoor 
Tjina , dan lama kelamaan disingkat
 menjadi  Kebun Tjina .
 Dalam hal nama daun atau tanaman , kita ada kenal nama Daun Patikan Tjina , 
ada juga daun  Pacar Tjina , ada lagi  Daun Ketepeng Tjina. Petai Tjina, 
Kacang Tjina. Di Betawi , adat istiadat nya , sampai sekarang, ada Kueh Tjina 
dan Pacar Tjina. Dan Kueh Tjina itu sangat berperan cukup penting dalam hal 
adat istiadat pernikahan, ( untuk barang antaran , melamar ). Untuk urusan 
perabot rumah tangga, ada tempat tidur yang dinamakan Ranjang Tjina ., 
ranjang yang penuh ukiran2 halus dan gambar2 yang menggambarkan simbol2 
keberuntungan, dan harganya sangat mahal sekali. Kalau orang menyebut Ranjang 
Tjina  , itu adalah suatu barang, tempat tidur yang sangat istimewa sekali. ( 
khusus ). 
 
  Sebagai penutup, akan saya kutip kembali artikel ini , dalam ejaan bahasa 
aslinya ( 1939 ). . Begitoelah saja seboetken sadja brapa barang,daon, dan 
sebaginja jang namanja goenakan perkatahan Tjina . Seperti pembatja mahloem 
,nama nama diatas boekan dibikin setjara paksa ,tegesnja maen hoeboengken sadja 
dengen seboetan Tjina , hanja nama nama itoe memang soeda oemoem , jang satoe 
bisa ditjaboet dari jang laen zonder datengken kakliroean. Oepama seboetan 
Poetri Tjina , tentoe sadja tida bisa ditoekar dengen nama laen... kaloe 
kita madjoe lebih djaoe dengen liat nama nama djalanan di kota kota besar 
sebagi Batavia, Semarang dan Soerabaja, kita bisa katemoeken nama nama jang 
mengoendjoek bagaimana kota kota itu telah dibangoenken dengen bantoean tida 
sedikit dari tenaga Tionghoa. Seperti nama nama djalanan di Batavia : Toa -sai 
-bio, Pat - te -koan, Kongsi Besar, Tjap-go-keng, Dji -lak -keng
  dan laen laen lagi. Semarang ada Tjap -kau -king, Lengkong See-ong ( dari 
perkataan Tan 

[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie

2009-10-16 Terurut Topik Tjamboek
Wah betoel sekali ini toelisan Sdr David Kwaa, saja tjoema maoe tambahin
sekiranya pembaca milis ini maoe liat raoet moekanya toean Lie Kim Hok,
bekas penoelis di soerat kabar Li Po di Soekaboemi kalo tida salah inget
:) , lahir di Bogor 1853, tapi tida beroemoer panjang, makanya soelit
kita meliat potret toean Lie dengan wadjah kakek2

ini ada link potretnya toean Lie Kim Hok

http://tjamboek28.multiply.com/photos/album/81/Peranakan_Tionghoa_Di_Ind\
onesia#photo=1



  -Original Message-
  From: David Kwa david_kwa2003@
  Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
 
  Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan
penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang
Tionghoa Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan.
  Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan
yang sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya
melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam
bahasa Melayu yang dihasilkan orang Tionghoa)―meminjam istilah
yang dipakai oleh Claudine Salmon.
  Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan
tatabahasa (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu
terpenuhi oleh upaya yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa
Melayu Lie Kim Hok sampai lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa
Peranakan dalam melahirkan berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie
Kim Hok pantas digelari Bapak Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan
Tionghoa Peranakan.
  Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih
tersebar ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar
(Melayu Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir
abad 19, jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan
masyarakat karena masih dianggap “asing” oleh sebagian
besar kaum non-Tionghoa Peranakan di negeri ini, kaum Peranakan telah
membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga matinya sastra dan pers
Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran serta itu hampir
tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali oleh beberapa
peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. Yang
disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada
hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi
bacaan anak negeri, jangan sampai “dimasuki unsur-unsur yang
tidak baik” (yang berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk
membatasi penyebaran sastra dan pers Melayu Tionghoa yang berada di luar
kendali pemerintah, pemerintah kolonial mendiskreditkannya dengan label
“pasar”, “rendah”, “liar”,
“roman picisan” dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa
Melayu Tionghoa―atau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh
alm. Pramudya Ananta Tur―didasarkan pada bahasa yang hidup di
masyarakat yang berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru
Nusantara, dan bukan bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang
dilakukan oleh Van Ophuijsen sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad
19 dan awal abad 20. Dalam buku Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan
beberapa tulisan dalam bahasa Melayu Lingua Franca yang dihasilkan para
penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda Peranakan (Indo) pada masa
itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis dalam bahasa itu.
  Kiongchiu,
  DK
 
 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie
 
  TERINGAT AKAN LIE
 
  Oleh Kasijanto Sastrodinomo
 
  Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal
Tiongkok yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie
kemudian dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke)
dalam bahasa Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa
Peranakan, DK) sebelum Perang. Dialah penulis bernapas panjang yang
mampu berkarya hingga berjilid-jilid. Cerita Tjhit Liap Seng (1886),
misalnya, terdiri dari 8 jilid: Kawanan Bangsat (1910) 10 jilid dan
Penipoe Besar (1923) 23 jilid yang terbit setelah ia meninggal dunia
pada 1912.
  Berpendidikan missie, Lie mampu berbahasa Belanda, tetapi tak
memahami bahasa Tionghoa. Sekitar 125 tahun lalu, dia menulis buku yang
bertajuk amat panjang, Malajoe Batawi: Kitab deri hal
perkataän-perkataän Malajoe, hal memetjah oedjar-oedjar Malajoe
dan hal pernahkan tanda-tanda batja dan hoeroef-hoeroef besar (1884,
ejaan asli). Ternyata, buku itu bukanlah sesuatu yang luar biasa,
”hanya” semacam penuntun praktis pelajaran bahasa Melayu.
Menurut CD Grijns, peneliti bahasa Melayu kontemporer, Lie cuma membahas
”varian [bahasa] lain” yang waktu itu banyak digunakan
oleh generasi Tionghoa kelahiran Indonesia (baca: Tionghoa Peranakan,
DK).
  Namun, pada masanya, Lie telah menyumbangkan sesuatu yang luar
biasa: buku pelajaran bahasa Melayu lahir pertama kali justru dari
non-Melayu. Lie juga menulis dengan sepenuh Melayu 

Re: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie

2009-10-16 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Bahasa berkembang.
Semua bahasa, tidak terkecuali bahasa Melayu, bahasa Melayu Tionghoa dan bahasa 
Indonesia, berkembang dalam alur sejarahnya.

Kalau OKT, Oey Kim Tiang alm., dikatakan sebagai contoh utama penutur bahasa 
Melayu Tionghoa (Melayu Rendah), dalam alur sejarah ternyata alm. pun berubah, 
sehingga ketika alm. menuturkan (menerjemahkan/menyadur) Kisah Membunuh Naga 
(倚天屠龙记 - Yi Tian Tu Long Ji - Ie Thian To Liong), pada tahun 1962, saat itu 
sudah tidak lagi dipakainya bahasa Melayu Rendah, melainkan sudah bahasa 
Indonesia.

Kita bisa jelas mengikuti perubahan bahasa yang Oey loosiandjin pergunakan 
adalah ketika alm. menuturkan (menerjemahkan) cerita yang sama dua kali.
Dan dalam riwayatnya selama 50 tahun berkarya, memang alm. beberapa kali 
menuliskan ulang terjemahannya untuk cerita yang sama. 

Saya bisa berikan contoh suatu petikan singkat dari cerita Zi Fengbiao (紫鳳鏢) 
yang dikarang Wang Dulu  (王度盧, 1909–1977) pada tahun 1940-an.
Oey loosiandjin pertama kali menerjemahkan cerita ini di tahun 1958, dan 
diberinya judul Tjie Hong Piauw - Riwajat Lioe Bong Liong. Kemudian, cerita 
yang sama ditulisnya ulang ditahun 1965, dan judulnya dirubah menjadi Merak 
Merak

Satu paragraf di halaman pertama dari kedua terjemahan itu dapat dibandingkan 
sebagai berikut:

Versi 1958: 
Tjie Loo ingat Hoat Sian, jalah seorang padri dari Siong San, jang mendjadi 
sahabat baiknja, tjuma sudah belasan tahun ia tidak pernah bertemu dengan orang 
sutji ini, atau tiba2 sekarang sahabat itu pudjikan ia seorang pembantu. Lioe 
Bong Liong masih muda, romannja pun baik, hanja karena serangan hawa dingin 
didalam perdjalanan djauh membikin ia kelihatan kutjel, sedang dandanannya, 
pakaiannja, menjatakan ia pemuda rudin.

Versi 1965:
Tjie Loo ingat baik-baik nama Hoat Sian itu, seorang pendeta dari Siong San. 
Dia adalah sahabatnja jang telah berpisah selama belasan tahun. Ia lantas 
mengawasi si pemuda. Orang beroman baik, tjuma pakaiannja kumal, mungkin 
disebabkan habis melakukan perdjalanan jauh. Bahan pakaiannja pun bahan murah.
-

Kita bisa lihat dalam waktu 7 tahun saja, 1958-1965, begitu nampak perbedaan 
bahasa yang dipakai OKT.
Padahal seluruhnya alm. menulis selama 50 tahun, dari tahun 1930-an sampai 
1980-an. Bahasa yang dipakainya ditahun 1930-an berbeda bumi dan langit dengan 
bahasanya setelah penyerahan kedaulatan, yaitu setelah penggunaan ejaan 
Soewandi menggantikan ejaan van Ophuyzen.

Nampak jelas alur benang merah usaha giat alm. dalam meningkatkan kualitas 
penguasaan bahasa Indonesianya.
Hal itu pun lebih-lebih lagi terlihat pada tindakannya mengganti judul 
terjemahan cerita Zi Fengbiao ini, dari semula berjudul Tjie Hong Piauw di 
tahun 1958, menjadi berjudul Merak Merah di tahun 1965 (padahal ini sebelum 
G-30-S/PKI, sebelum Orba lho!).
Walaupun di sini Oey loosiandjin agak 'terpleset', karena burung hong (鳳 - 
phoenix) bukanlah burung merak. Namun toh kesalahan ini dapat dimaklumi karena 
burung hong tidak ada di alam fauna Indonesia, sehingga tidak ada padanan kata 
untuk burung hong dalam bahasa Indonesia, karenanya tidak urung alm. 
'terpaksa' memakai kata merak itu.


Tentang buku karya Lie Kim Hok, saya kebetulan punya: Kim Kou Kie Koan - 
Boekoe Tjerita Siauw Soat - Ada roepa-roepa tjerita jang bagoes dan loetjoe, 
terbitan penerbit Kho Tjeng Bie   Co., tahun 1915.

Sayang saya cuma punya satu karyanya Lie Kim Hok.
Tapi sudah lumayan lah, rasanya jarang ada orang lain di seantero milis budaya 
tionghoa ini yang mempunyai buku langkanya kaum Tionghoa Indonesia ini!
He he he...


Wasalam.



  - Original Message - 
  From: Dipo 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 16, 2009 8:11 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie


RSS

  Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita 
silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan 
wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah 
aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah 
mimpi saya terlalu jauh rupanya :D

  Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai 
Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh 
Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah 
dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, 
orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. 

  Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para 
orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar 
sebagai buku wajib ?

  Salam

  BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie 
Kim Hok sianseng tersebut ? 

  

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, 

[budaya_tionghua] Re: : Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)

2009-10-16 Terurut Topik prometheus_promise
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:
 
 Dlm kenyataan pun sesama tionghoa juga bisa lain visi dan ideologinya, 
 makanya timbul berbagai organisasi dan kelompok politik. Jangan berilusi bhw 
 kita bisa menyatukan seluruh orang tionghoa.


Prom : 
Saya kira sah saja berpendapat (atau berilusi) untuk menyatukan tionghoa (dalam 
konteks sebagai masyarakat Indonesia) 

Permasalahannya adalah pada apa yang dimaksud dengan menyatukan ?

Jika menyatukan bermakna orang lain harus sama dengan pikirin kita, atau 
semua orang harus berpikiran/berpendapat sama, jelas itu hal yang mustahil. 

Tapi, jika makna menyatukan adalah mencari sinergi dan titik temu dari 
perbedaan pandangan/pemikiran/ideologi/bahasa/dll, dengan melihat kepentingan 
yang lebih besar/tinggi, hal tersebut jelas merupakan hal yang sangat mungkin.  

Sejarah perjalanan manusia menunjukkan, akan selalu ada titik temu untuk 
mempersatukan.





Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)

2009-10-16 Terurut Topik ulysee_me2
Gue juga bingung, kok topiknya jadi jauh amat dari subject diatas. 

Ya apa mau dikata, awalnya di thread 45252 ada yang bercanda salah kaprah sama 
kata Cabo, khan gue masih diem diem aje, 

Eee terus ada yang panggil-panggil Uly, menyebut-nyebut namaku dengan tidak 
hormat, ya gue sahutin lah. Disapa nggak disahutin ntar gue dibilang sombong 
atau ngumpet, khan cialat.

However, justeru karena handai taulan menyimak thread ini, lalu sms sama gue 
kasih tahu Neng, itu kayaknya ada yang berniat jahat sama  elu di milis BT. 
Baru deh gue buru-buru lari ke komputer, baca2 milis, habis itu ya 
tinggal-tangkis bola lah. 

Kalau nggak mau kena timpuk ya jangan lempar bola nyerempet gue lah.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote:

 Uly...Uly..., bercanda itu ada batasnya. Anda masih berhahahihi pada bbrp 
 peserta milis BUDAYA ini pasti sudah merasa risih. Bayangkan aja anak-anak 
 dan orangtua serta handai taulan Anda ikut menyimak thread ini, apa Anda 
 tidak merasa ikut memperlakukan mereka? :-)
 Sent from my BlackBerry?smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...!
 
 -Original Message-
 From: ulysee_me2 ulysee_...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
 positif ( I am sure )...:)
 
 Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, 
 maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi ruwet 
 sendiri sih? 
 
 Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, 
 kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh?
  
 Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang?
 
 Muhahahahaha. 
 
 
 Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking gitchu, 
 jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa sebab 
 melulu lageh. Hihihi. 
 
 Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah lalu 
 tahu darimana donk?
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
 
  Cabo Uly:
  
  Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa 
  anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika masih 
  belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun.
  
  Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah.
  
  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  
  -Original Message-
  From: ulysee_me2 ulysee_me2@
  Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
  positif ( I am sure )...:)
  
  Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? 
  Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply 
  gue pake BB bisa juling-juling deh. 
  
  Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang 
  berbedak, kecuali kondangan. 
  
  Nah, mau tanya nih,  kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak 
  cukup tebal? 
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
  
   Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, makanya 
   sangat percaya diri! Maklumlah
   
   
   Sent from my BlackBerry?®
   powered by Sinyal Kuat INDOSAT
   
   -Original Message-
   From: ulysee_me2 ulysee_me2@
   Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan 
   bermakna positif ( I am sure )...:)
   
   
   Ih, jawaban uly yang tadi pagi juga enggak masuk ternyata. 
   Ya sutrah, diulang deh. 
   
   Daripada sibuk menduga-duga khan mendingan tanya langsung aje sama koh 
   Fuyen, biar koh Fuyen sendiri yang menjelaskan, itu waktu bilang Cabou 
   Cina Uly itu maksudnya yang netral atau yang konotasi miring? 
   
   Ntar kita nilai sendiri, penjelasan koh Fuyen jujur apa kaga, gitu aje 
   khan. Ya nggak? hihihihi.
   
   Monggo, koh Fuyen, silakan menjelaskan, 
   yang jelas ya,  biar kompor macam si Azura itu nggak usah sibuk kipas 
   kipas lagi gitchu lhoh. 
   
   Jadi waktu panggil Cabou Cina Uly itu maksudnya apa si?
   Gue nggak sabar untuk menyimak nih. Heheheheheh. 
   
   Oh, gue percaya diri ya? Julukan menghina pun disandang sama gue akan 
   jadi harum ya? Aduuuh makasih pujiannya, gue jadi tersandung neh.
   
   Jadi, kalau yang sering merasa terhina dengan julukan yang tidak menghina 
   itu artinya orangnya kurang percaya diri ya? Enggak dihina kok mendadakan 
   terhina sendiri, gitu ya? Hehehe, yayaya, betul sekali,  Betul! Betul! 
   Betul! 
   
   Jadi besok Koh Fuyen harus lebih percaya diri donk, sama kata CINA  nggak 
   usah sentimen gitu donk?
   
   
   
  
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
   
Ah, yg namanya Uly pikirannya kan sangat terbuka, tdk sesempit anda.

Dia kan paham istilah cabo asalnya netral, 

Re: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)

2009-10-16 Terurut Topik zhoufy
Cabo Uly memang Cabo Cina sejati!

Tdk perlu niatan khusus mencari cabo, setiap tengah malam kita menghentikan 
mobil Di stopan perempatan jalan, cabo2 yg mejeng pada lari menghampiri kok. 
Dan mereka memang kulit mukanya tebal oleh gincu. Saya nggak tahu kulit muka 
anda tebal alias Hou Lian Pi oleh apa. 

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg
Date: Fri, 16 Oct 2009 16:05:05 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
positif ( I am sure )...:)

Adududuh, gue jadi ketawa ketawa terus. 

Kemarin Koh Fuyen bilang :
Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah.

Hari ini Koh Fuyen bilang: 
 Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di 
pinggir jalan.

Hihihihi maksud hati mau meledek lagi, jadi koh fuyen suka lihat cabo2 yang 
suka mejeng malam malam di pinggir jalan? Sering ke ManggaBesar ya? Pantesan 
berkonotasi negatif terus sama istilah Cabo.

Hehehehe, udah deh udah, nggak diterusin lagi main nya. Kalau diterusin terus 
nanti salah satu dari kita bisa amsiong karena kheksim, satu lagi amsiong 
kebanyakan ketawa Hueheheheheheeh. 

Udah ah, dengan ini pingpong per-cabo-an disudahi.Mending diskusi soal melayu 
pasar. 

ps: biar koh fuyen nggak salah kaprah terus, ini gue jelasin dulu ya. 
CABO = wanita/perempuan
CABOLANG = istri
jadi nggak usah aneh kalau dalam percakapan bahasa hokkian medan ada kesebut 
CABO KIA (anak perempuan) atau CABO GINA (anak perempuan saya/ my daughter) dan 
gak usah kesinggung kale. 

Cam kan lah kata-kata orang yang percaya diri. Hihihihii.

PS: gue tahu kok kalau ada maksud tidak baik dari orang lain, cuman, 
ypositip thinking aja lah. Anggap saja gue sedang ber-amal baik 
begetoh. Huaaahahahaha.  Dah ah kantuk.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Percumalah dui niu tan qing! 
 Sudah cukup jelas masih terus nanya2, lulus SD nggak sih?  tanya saja sama 
 engkong anda.
 
 Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di 
 pinggir jalan.
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: ulysee_me2 ulysee_...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
 positif ( I am sure )...:)
 
 Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, 
 maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi ruwet 
 sendiri sih? 
 
 Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, 
 kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh?
  
 Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang?
 
 Muhahahahaha. 
 
 
 Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking gitchu, 
 jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa sebab 
 melulu lageh. Hihihi. 
 
 Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah lalu 
 tahu darimana donk?
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
 
  Cabo Uly:
  
  Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa 
  anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika masih 
  belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun.
  
  Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah.
  
  Sent from my BlackBerry?®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  
  -Original Message-
  From: ulysee_me2 ulysee_me2@
  Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
  positif ( I am sure )...:)
  
  Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? 
  Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply 
  gue pake BB bisa juling-juling deh. 
  
  Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang 
  berbedak, kecuali kondangan. 
  
  Nah, mau tanya nih,  kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak 
  cukup tebal? 
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
  
   Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, makanya 
   sangat percaya diri! Maklumlah
   
   
   Sent from my BlackBerry??šÃ‚Â?
   powered by Sinyal Kuat INDOSAT
   
   -Original Message-
   From: ulysee_me2 ulysee_me2@
   Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan 
   bermakna positif ( I am sure )...:)
   
   
   Ih, jawaban uly yang tadi pagi juga enggak masuk ternyata. 
   Ya sutrah, diulang deh. 
   
   Daripada sibuk menduga-duga khan mendingan tanya langsung aje sama koh 
   Fuyen, biar koh Fuyen sendiri yang menjelaskan, itu waktu bilang Cabou 
   Cina Uly itu maksudnya yang netral atau yang 

Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)

2009-10-16 Terurut Topik henyung
Ini sudah masuk ke ranah penyerangan pribadi. Mohon diskusi ini dihentikan 
sampai di sini saja.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Cabo Uly memang Cabo Cina sejati!
 
 Tdk perlu niatan khusus mencari cabo, setiap tengah malam kita menghentikan 
 mobil Di stopan perempatan jalan, cabo2 yg mejeng pada lari menghampiri kok. 
 Dan mereka memang kulit mukanya tebal oleh gincu. Saya nggak tahu kulit muka 
 anda tebal alias Hou Lian Pi oleh apa. 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: ulysee_me2 ulysee_...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 16:05:05 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
 positif ( I am sure )...:)
 
 Adududuh, gue jadi ketawa ketawa terus. 
 
 Kemarin Koh Fuyen bilang :
 Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah.
 
 Hari ini Koh Fuyen bilang: 
  Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di 
 pinggir jalan.
 
 Hihihihi maksud hati mau meledek lagi, jadi koh fuyen suka lihat cabo2 
 yang suka mejeng malam malam di pinggir jalan? Sering ke ManggaBesar ya? 
 Pantesan berkonotasi negatif terus sama istilah Cabo.
 
 Hehehehe, udah deh udah, nggak diterusin lagi main nya. Kalau diterusin terus 
 nanti salah satu dari kita bisa amsiong karena kheksim, satu lagi amsiong 
 kebanyakan ketawa Hueheheheheheeh. 
 
 Udah ah, dengan ini pingpong per-cabo-an disudahi.Mending diskusi soal melayu 
 pasar. 
 
 ps: biar koh fuyen nggak salah kaprah terus, ini gue jelasin dulu ya. 
 CABO = wanita/perempuan
 CABOLANG = istri
 jadi nggak usah aneh kalau dalam percakapan bahasa hokkian medan ada kesebut 
 CABO KIA (anak perempuan) atau CABO GINA (anak perempuan saya/ my daughter) 
 dan gak usah kesinggung kale. 
 
 Cam kan lah kata-kata orang yang percaya diri. Hihihihii.
 
 PS: gue tahu kok kalau ada maksud tidak baik dari orang lain, cuman, 
 ypositip thinking aja lah. Anggap saja gue sedang ber-amal baik 
 begetoh. Huaaahahahaha.  Dah ah kantuk.
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
 
  Percumalah dui niu tan qing! 
  Sudah cukup jelas masih terus nanya2, lulus SD nggak sih?  tanya saja sama 
  engkong anda.
  
  Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di 
  pinggir jalan.
  
  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  
  -Original Message-
  From: ulysee_me2 ulysee_me2@
  Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna 
  positif ( I am sure )...:)
  
  Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, 
  maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi 
  ruwet sendiri sih? 
  
  Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, 
  kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh?
   
  Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang?
  
  Muhahahahaha. 
  
  
  Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking 
  gitchu, jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa 
  sebab melulu lageh. Hihihi. 
  
  Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah 
  lalu tahu darimana donk?
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
  
   Cabo Uly:
   
   Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa 
   anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika 
   masih belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun.
   
   Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah.
   
   Sent from my BlackBerry?®
   powered by Sinyal Kuat INDOSAT
   
   -Original Message-
   From: ulysee_me2 ulysee_me2@
   Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan 
   bermakna positif ( I am sure )...:)
   
   Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? 
   Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply 
   gue pake BB bisa juling-juling deh. 
   
   Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang 
   berbedak, kecuali kondangan. 
   
   Nah, mau tanya nih,  kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak 
   cukup tebal? 
   
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
   
Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, 
makanya sangat percaya diri! Maklumlah


Sent from my BlackBerry??šÃ‚Â?
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: ulysee_me2 ulysee_me2@
Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan 
bermakna positif ( I am sure