[budaya_tionghua] Re: : Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Justru itu sdr Lim: Orang berkumpul itu sebaiknya bukan berdasarkan suku, ras atau agama, tapi yg lebih penting adalah kesamaan hobby, visi dan cita2. Saya tdk mau terjebak dng slogan2 semacam: kita sesama tionghoa hrs membantu, kita sesama kristen hrs saling menolong dsb dsb. Karena itu adalah slogan eksklusif! Dlm kenyataan pun sesama tionghoa juga bisa lain visi dan ideologinya, makanya timbul berbagai organisasi dan kelompok politik. Jangan berilusi bhw kita bisa menyatukan seluruh orang tionghoa. Justru yg penting, kita harus bisa membedakan, mana tionghoa yg sehati dng kita mana yg tdk, saya akan memilih kumpul dng orang sehati meski itu dari etnis Jawa Batak Bali dsb, drpd kumpul dng orang sesuku tapi hatinya lain. Persektuan semu takkan langgeng, bahkan jika tak waspada kita akan ditikam dr belakang, seperti kelompok LPKB dulu yg sesama tionghoa telah menikam kita. Lebih baik punya musuh yg jelas daripada musuh dalam selimut! ZFy Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Lim Wiss lim.w...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 10:50:26 To: zho...@... Subject: RE:[budaya_tionghua] : Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Sdr Zhoufy, Saya malah sedih melihat di millis ini begitu banyak orang saling menyerang satu sama lain. Bisa jadi begitu banyak peristiwa pembantaian atas orang kita terjadi disebabkan orang kita yang jadi provokator. Coba kita berfikir dari beberapa orang di millis saling menyerang padahal hanya dengan tulisan. Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari?? Pasti lebih mengerikan bukan? Saya dengar cerita dari mama saya bagaimana ex suami (orang chinesse) bisa tega membayar orang hanya untuk membakar toko ex istrinya (orang chinesse) di samping tokonya. Padahal ex suami yang menyeleweng dengan sepupu istri, menikah, dan menceraikan istrinya. Kalau saya dengar cerita tsb malah saya jadi takut dengan orang chinesse sendiri. Apalagi dengan orang pribumi. Jujur saja, saya menjaga jarak dengan siapapun. Saya tidak tahu siapa teman siapa musuh dalam hidup ini. Teman terbaik bisa menghancurkan kita. Jika musuh, kita bisa waspada tetapi teman baik atau keluarga sendiri yang menjadi musuh? Itu yang paling menakutkan dalam hidup kita. Rgds, Lim Wiss _ Bung Wiss, hati2 menggunakan istilah pribumi, asli, tulen. UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret. Lebih baik simak pidato Habibie waktu kerusuhan mei 98, apa itu pribumi? apakah keturunan pitaecantropus soloensis? saya pribadi lebih senang terang2an sebut langsung arab, india, jawa, batak, dayak, tionghoa dlsb, meskipun ada orang lebih senang disebut cabo cina, genduk jawa. sojah wushu, Koay Hiap.
Re: [budaya_tionghua] Re: Panggilan antara Besan
David heng Cek Liang U, Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, keluarga2 Tionghoa terutama yang keturunan Hokkian (agaknya demikian juga di keturunan yang lain, hokchia, khek, hinghua, tujia dll) mempunyai panggilan kekerabatan yang bervariasi antara 2 polar. Satu ujung 100 persen mengikuti aturan kekerabatan hokkian (atau yang lain) sedang ujung yang lain 100 persen tidak mengikuti lagi. Secara statistik mungkin mengikuti distribusi normal. Tentu saja yang paling banyak yang di antara 2 kutub itu. Bagi mereka yang mengikuti ya panggilannya masih seperti yang diuraikan oleh David heng ataupun Cek Liang U. Kalau penelitian mendalam dilakukan bisa jadi alasan utama tidak mengikuti aturan kekerabatan adalah karena tidak tahu. Sementara tidak ada orang yang lebih tua yang memberi penjelasan. Atau karena gampangnya saja. Panggil oom dan tante itu lebih mudah. Kalau dua keluarga berbesanan pada umumnya (yang berada diantara 2 kutub) akan menggunakan panggilan yang dipakai pihak lainnya. Misalnya si isteri dari keluarga yang biasa panggil oomde, oomngah, oomlik ya si suami akan ikut isterinya panggil seperti itu. Sebaliknya si isteri di keluarga suaminya juga ikut panggilan suaminya, bisa jadi kude kungah dan kulik. Begitu juga kalau keluarga hokkian besanan keluarga hokchia atau khek, biasanya keluarga yang satu mengikuti keluarga yang lain dalam cara memanggil anggota keluarga yang itu. Jadi sebutannya bisa macam2 dalam satu keluarga terutama kalau campuran. Banyak kejadian si anak yang bingung. Karena untuk keluarga ibunya ia ikut dengan panggilan kekeluargaan khek sedang untuk keluarga ayahnya ikut dengan panggilan kekeluargaan hokkian. Atau bisa juga tidak masalah bagi si anak, dia enjoy saja. Hanya saja apa yang diuraikan David heng agak jarang terjadi bagi pasangan baru. Tetapi lebih sering terjadi di pasangan yang sudah punya anak. Jadi baik isteri maupun si suami memanggil baik keluarga si suami maupun si isteri dengan sebutan yang digunakan anaknya. Salam, Harry Alim Sent from my BlueBerry® powered by Sinyal Kuat BLUESAT -Original Message- From: David Kwa david_kwa2...@yahoo.com Date: Fri, 16 Oct 2009 04:25:54 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Panggilan antara Besan Liang U Cek, Di generasi orangtua owe yang Peranakan Hokkian Jabotabek masih berlaku ketentuan panggilan antarbesan, termasuk anak-anak dan saudara-saudaranya, yang diwariskan turun-temurun, sbb: - Terhadap besan laki-laki seseorang menyapa: chinke 親家. Istrinya (besan perempuan): che’m, istrinya (besan perempuan): che’m 親姆. - Terhadap kakak laki-laki dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: tuapeq 大伯, jipeq 二伯, dst, sama seperti anak seseorang tersebut. Istrinya: tua’m 大姆, ji’m 二姆, dst. - Terhadap kakak perempuan dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: tuakou 大å§`, jikou 二å§` dst; suaminya: tuatniou 大丈, jitniou 二丈, dst. - Terhadap kakak laki-laki dari menantu perempuan, seseorang menyapa: tuaku 大舅, jiku 二舅, dst. Istrinya: tuakim 大妗, jikim 二妗, dst. - Terhadap kakak perempuan dari menantu perempuan, seseorang menyapa: tua’i 大姨, ji’i二姨, dst. Suaminya: tuatniou 大丈, jitniou 二丈, dst. - Terhadap adik laki-laki dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: ngcek å'‰å�, isterinya: ngcim å'‰å¬¸. - Terhadap adik perempuan dari menantu laki-laki, seseorang menyapa: kou å§`/nyonya mantu. Suaminya: koutniou å§`丈. - Terhadap adik laki-laki dari menantu perempuan, seseorang menyapa: ngku å'‰èˆ…. Istrinya: ngkim å'‰å¦—. - Terhadap adik perempuan dari menantu perempuan, seseorang menyapa: i 姨. Suaminya: itniou 姨丈. Owe belum selidik, apakah di daerah lain dan di suku-suku lain non-Hokkian/non Peranakan―Hakka, Hinghua, Hokchnia, Konghu, Tiociu―juga berlaku aturan istilah kekerabatan yang sama. Owe pernah tanya, kenapa begitu? Jawabnya, oleh karena orangtua mengikuti istilah kekerabatan yang dipakai anak sebagai menantu terhadap keluarga mertuanya. Jadi, misalnya, jika anak memanggil “ngkuâ€� terhadap adik laki-laki istrinya, orangtua pun demikian, harus memanggil “ngkuâ€�. Di sisi lain, kalau sang anak menyapa adik laki-laki ayah istrinya dengan panggilan “cekkongâ€�―tidak boleh memanggil “cekâ€�, sebab istrinya yang memanggil “cekâ€�, dia sendiri harus “cekkongâ€�, sebab ia adalah menantu dan bukan keponakan yang bersangkutan―maka ia pun harus menyapa ncek dari sang menantu dengan panggilan “cekkongâ€�. Aturan ini rupanya sudah banyak yang tidak tahu, kecuali mungkin masih dipertahankan di kalangan Peranakan yang tidak mau kehilangan adat Tionghoanya di beberapa wilayah di kawasan Jabotabek. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u lian...@... wrote: Maaf, sekarang jadi ingat, dalam dialek Hokkian isteri engku adalah engkim tapi dalam dialek Kheq adalah 舅姆
[budaya_tionghua] Istilah asli sudah dicoret. Kenyataan?
Bung Wiss, hati2 menggunakan istilah pribumi, asli, tulen. UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret. Lebih baik simak pidato Habibie waktu kerusuhan mei 98, apa itu pribumi? apakah keturunan pitaecantropus soloensis? saya pribadi lebih senang terang2an sebut langsung arab, india, jawa, batak, dayak, tionghoa dlsb, meskipun ada orang lebih senang disebut cabo cina, genduk jawa. sojah wushu, Koay Hiap. Bung Koay Hiap, UUD saja utk jabatan presiden istilah asli sdh dicoret. -- bagaimana dengan kenyataan di Indonesia? Hingga detik hari ini siapa yach yang bisa menduduki jabatan presiden? Boleh saja anda berpatokan dengan UUD atau sejuta peraturan di Indonesia tapi kenyataan? Rgds, Lim Wiss
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Pendapat Bung Paulus ini pernah menjadi polemik antara blok Asimilasi vs blok Integrasi tempo doeloe. Apa yang dihayati bung Paulus itu persis sama dengan pandangan para penganut paham asimilasi, yakni etnisitas seorang anak manusia ditentukan semata-mata oleh tempat kelahiran (dan daerah menetap) belaka, tanpa harus memperdulikan latar belakang biologis, kultural serta asal-usul nenek moyang. Berhadap-hadapan dengan paham asimilasi adalah paham integrasi (yang diusung oleh Siaow Giok Tjan Cs), paham ini beranggapan selain tanah kelahiran, etnisitas seseorang masih ditentukan lagi oleh faktor lain, yakni latar belakang biologis, kultural, self-identification serta acceptability dari kelompok masyarakat seseorang mengidentifikasikan dirinya. Khusus untuk etnis Tionghoa yang merupakan bagian integral dari keseluruhan bangsa Indonesia, paham integrasi sangat menghargai hak mereka atas warisan budaya dan adat-istiadat, serta self identifikasi diri mereka sebagai etnis Tionghoa di Indonesia. Sama halnya dengan etnis atau suku-suku Jawa, Sunda dll yang lahir dan dibesarkan di Jakarta, mereka adalah orang Jakarta, namun sekaligus tetap berhak atas warisan budaya Jawa, Sunda dll, dan berhak pula mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa, Sunda dll. Demikian dari saya. Mudah-mudahan bisa diterima dan dimengerti. Terima kasih. Salam, Erik --- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Paulus Tanuri wrote: Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T.
[budaya_tionghua] ¥ÕÀY§u, ¨ô¤å§g
big5 ¥ÕÀY§u, ¨ô¤å§g ½j¦p¤s¤w³�...@²®y¶³¶¡¤ë¡c »d§g¦³¨â·...@¬g¨Ó¬Û¨mµ´¡c ¤µ¤é¤æ°s·|�...@©ú¥¹·¾¤ôÀy¡c øÃëÀ±s·¾¤...@·¾¤ôªf¦è¬y¡c ²y²y´_²y²...@¶ù°ù¤£¶·³Ú¡c �...@±o¤@¤ß¤...@¥ÕÀy¤£¬ÛÂ÷¡c ¦Ë¬ñ¦óÜõÜ�...@³½§À¦óíÇíÇ¡c ¨k¨à«·N®ð ¦ó¥Î¿ú¤M¬°¡C
[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
RSS Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah mimpi saya terlalu jauh rupanya :D Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar sebagai buku wajib ? Salam BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie Kim Hok sianseng tersebut ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote: David-xiong: Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa Peranakan... Als: Dalam kasus saya yg punya 2 engkong imigran dgn kedua orangtua Babah, apa orang masih benar jika menyebut sy sbg keturunan imigran atau generasi ke-2 keturunan imigran? :-) Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: David Kwa david_kwa2...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan. Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan yang sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam bahasa Melayu yang dihasilkan orang Tionghoa)âmeminjam istilah yang dipakai oleh Claudine Salmon. Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan tatabahasa (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu terpenuhi oleh upaya yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa Melayu Lie Kim Hok sampai lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa Peranakan dalam melahirkan berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie Kim Hok pantas digelari Bapak Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan Tionghoa Peranakan. Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih tersebar ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar (Melayu Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir abad 19, jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan masyarakat karena masih dianggap âasingâ oleh sebagian besar kaum non-Tionghoa Peranakan di negeri ini, kaum Peranakan telah membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga matinya sastra dan pers Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran serta itu hampir tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali oleh beberapa peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. Yang disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi bacaan anak negeri, jangan sampai âdimasuki unsur-unsur yang tidak baikâ (yang berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk membatasi penyebaran sastra dan pers Melayu Tionghoa yang berada di luar kendali pemerintah, pemerintah kolonial mendiskreditkannya dengan label âpasarâ, ârendahâ, âliarâ, âroman picisanâ dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa Melayu Tionghoaâatau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh alm. Pramudya Ananta Turâdidasarkan pada bahasa yang hidup di masyarakat yang berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru Nusantara, dan bukan bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang dilakukan oleh Van Ophuijsen sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Dalam buku Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan beberapa tulisan dalam bahasa Melayu Lingua Franca yang dihasilkan para penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda Peranakan (Indo) pada masa itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis dalam bahasa itu. Kiongchiu, DK http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie TERINGAT AKAN LIE Oleh Kasijanto Sastrodinomo Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal Tiongkok yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie kemudian dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke) dalam bahasa Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa Peranakan, DK) sebelum
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Salam. Saudara Erik..saya`ada menemukan dan membaca`artikel yg cukup menarik, di majalah Sin Po. edisi 871., tertanggal 9 desember 1939. Akan saya kutib sesuai apa adanya dengan ejaan bahasa yang dipakai pada waktu itu.. Tjap Tjina. Perkatahan Tjina sendiri sabenernja tida menggenggem maksoed menghina atawa koerang baek. Tetapi lantaran didalem tempo blakangan di Indonesia ,orang sering hoeboengkan itoe perkatahan pada perboetan-perboetan koerang baek, atawa digoenaken oentoek menjindir dan mengolok olok, maka ditelinga orang Tionghoa djadi tida sedep kedengerannja. Sadjek di permoelahan ini abad kita- orang goenakan sebutan Tionghoa boeat kita poenya kabangsahan. Boekan sadja ini ada lebih lemas, hanja poen seboetan ini memang ada lebih bener. Sadjek ahala Tjioe ,kira kira 3000 taon doeloe, bangsa kita soeda goenakan seboetan Tionghoa. Pada ampat taon jang laloe ,Mr Chiang Yu Pin menoelis didalem madjalah Hsin Tsing Nien jang terbit di Shanghai, dimana antara laen laen ia bilang ,itoe seboetan Tjina jang orang asing goenakan terhadep kita adalah berhoeboeng dengen KEANGKERANnja Tiongkok di djeman dynastie Tjien ( 2000 taon sabelon ada itoengan Mesehi ) . Tiap orang Tionghoa doeloe poen merasa BANGGA boeat seboet dirinja satoe Tjina. Orang orang Tionghoa banjak djoega jang mengoembara ke loear negri. Marika biasa njataken kadatengannja dari negri Tjien dan ia orang ada rahajat Tjien atawa Tjina. Ternjata ini seboetan dari djeman riboean taon doeloe tatkala negri kita sedeng djaja, teroes`idoep sampe sekarang. Malah di Java perkatahan itoe saolah olah meroepaken satoe tjap jang terdapet dimana mana. Didalem sedjarah ,di kota kota , nama nama barang , dedaonan ,logam dan laen laen poela orang senantiasa katemoeken perkatahan .Tjina. Soeda sadjek doeloe kala kampoeng kampoeng Tionghoa ada terkenal dengen seboetan kampoeng Tjina atawa Patjinan. Tetapi dengen sasoenggoenja perkatahan Tjina itoe ada berakar lebih dalem dan mempoenjai hoeboengan lebih rapet, jang tida terdapet pada bangsa laennja. Marilah setjara sapintas laloe kita bikin penjelidikan. Untuk kalimat2 selanjutnya akan saya singkat dan saya pergunakan ejaan yang berlaku sekarang ( biar ngak pusing lagi dech..) Dalam buku sejarah Tanah Jawa , atau Babad Pajajaran akan kita temukan kata Putri Tjina , juga ada tari yang dinamakan Serimpi Putri Tjina .Di Cirebon ada kuburan Putri Tjina ( Gunung Jati ). Di Parakan ada kampung yang disebut Pondok Tjino ( Pondok Tjina ). Di Depok juga ada tempat yang disebut sebagai Pondok Tjina. Di Meester Cornelis ( Jatinegara ) ada tempat yang dikasih nama Bidara Tjina. dan menurut legenda , berasal dari kata Berdarah Tjina Dimana pada waktu itu orang2 Belanda membunuh ribuan orang2 Tionghoa sehingga warna sungai menjadi merah, dan akhirnya kali itu dinamakan Ang-kee = kali merah . Banyak yang melarikan diri dan darah berceceran dimana mana. maka tempat itu dinamakan Berdara Tjina, dan lambat laun menjadi Bidara Tjina. Di Semarang, ada satu jalan yang dipanggil Kebon Tjina, Dulu jalan itu milik Mayor TanHong Yan, dan orang kampung dulu menyebutnya Kebon Majoor Tjina , dan lama kelamaan disingkat menjadi Kebun Tjina . Dalam hal nama daun atau tanaman , kita ada kenal nama Daun Patikan Tjina , ada juga daun Pacar Tjina , ada lagi Daun Ketepeng Tjina. Petai Tjina, Kacang Tjina. Di Betawi , adat istiadat nya , sampai sekarang, ada Kueh Tjina dan Pacar Tjina. Dan Kueh Tjina itu sangat berperan cukup penting dalam hal adat istiadat pernikahan, ( untuk barang antaran , melamar ). Untuk urusan perabot rumah tangga, ada tempat tidur yang dinamakan Ranjang Tjina ., ranjang yang penuh ukiran2 halus dan gambar2 yang menggambarkan simbol2 keberuntungan, dan harganya sangat mahal sekali. Kalau orang menyebut Ranjang Tjina , itu adalah suatu barang, tempat tidur yang sangat istimewa sekali. ( khusus ). Sebagai penutup, akan saya kutip kembali artikel ini , dalam ejaan bahasa aslinya ( 1939 ). . Begitoelah saja seboetken sadja brapa barang,daon, dan sebaginja jang namanja goenakan perkatahan Tjina . Seperti pembatja mahloem ,nama nama diatas boekan dibikin setjara paksa ,tegesnja maen hoeboengken sadja dengen seboetan Tjina , hanja nama nama itoe memang soeda oemoem , jang satoe bisa ditjaboet dari jang laen zonder datengken kakliroean. Oepama seboetan Poetri Tjina , tentoe sadja tida bisa ditoekar dengen nama laen... kaloe kita madjoe lebih djaoe dengen liat nama nama djalanan di kota kota besar sebagi Batavia, Semarang dan Soerabaja, kita bisa katemoeken nama nama jang mengoendjoek bagaimana kota kota itu telah dibangoenken dengen bantoean tida sedikit dari tenaga Tionghoa. Seperti nama nama djalanan di Batavia : Toa -sai -bio, Pat - te -koan, Kongsi Besar, Tjap-go-keng, Dji -lak -keng dan laen laen lagi. Semarang ada Tjap -kau -king, Lengkong See-ong ( dari perkataan Tan
[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
Wah betoel sekali ini toelisan Sdr David Kwaa, saja tjoema maoe tambahin sekiranya pembaca milis ini maoe liat raoet moekanya toean Lie Kim Hok, bekas penoelis di soerat kabar Li Po di Soekaboemi kalo tida salah inget :) , lahir di Bogor 1853, tapi tida beroemoer panjang, makanya soelit kita meliat potret toean Lie dengan wadjah kakek2 ini ada link potretnya toean Lie Kim Hok http://tjamboek28.multiply.com/photos/album/81/Peranakan_Tionghoa_Di_Ind\ onesia#photo=1 -Original Message- From: David Kwa david_kwa2003@ Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan. Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan yang sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam bahasa Melayu yang dihasilkan orang Tionghoa)âmeminjam istilah yang dipakai oleh Claudine Salmon. Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan tatabahasa (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu terpenuhi oleh upaya yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa Melayu Lie Kim Hok sampai lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa Peranakan dalam melahirkan berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie Kim Hok pantas digelari Bapak Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan Tionghoa Peranakan. Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih tersebar ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar (Melayu Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir abad 19, jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan masyarakat karena masih dianggap âasingâ oleh sebagian besar kaum non-Tionghoa Peranakan di negeri ini, kaum Peranakan telah membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga matinya sastra dan pers Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran serta itu hampir tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali oleh beberapa peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. Yang disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi bacaan anak negeri, jangan sampai âdimasuki unsur-unsur yang tidak baikâ (yang berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk membatasi penyebaran sastra dan pers Melayu Tionghoa yang berada di luar kendali pemerintah, pemerintah kolonial mendiskreditkannya dengan label âpasarâ, ârendahâ, âliarâ, âroman picisanâ dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa Melayu Tionghoaâatau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh alm. Pramudya Ananta Turâdidasarkan pada bahasa yang hidup di masyarakat yang berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru Nusantara, dan bukan bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang dilakukan oleh Van Ophuijsen sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Dalam buku Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan beberapa tulisan dalam bahasa Melayu Lingua Franca yang dihasilkan para penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda Peranakan (Indo) pada masa itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis dalam bahasa itu. Kiongchiu, DK http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie TERINGAT AKAN LIE Oleh Kasijanto Sastrodinomo Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal Tiongkok yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie kemudian dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke) dalam bahasa Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa Peranakan, DK) sebelum Perang. Dialah penulis bernapas panjang yang mampu berkarya hingga berjilid-jilid. Cerita Tjhit Liap Seng (1886), misalnya, terdiri dari 8 jilid: Kawanan Bangsat (1910) 10 jilid dan Penipoe Besar (1923) 23 jilid yang terbit setelah ia meninggal dunia pada 1912. Berpendidikan missie, Lie mampu berbahasa Belanda, tetapi tak memahami bahasa Tionghoa. Sekitar 125 tahun lalu, dia menulis buku yang bertajuk amat panjang, Malajoe Batawi: Kitab deri hal perkataän-perkataän Malajoe, hal memetjah oedjar-oedjar Malajoe dan hal pernahkan tanda-tanda batja dan hoeroef-hoeroef besar (1884, ejaan asli). Ternyata, buku itu bukanlah sesuatu yang luar biasa, âhanyaâ semacam penuntun praktis pelajaran bahasa Melayu. Menurut CD Grijns, peneliti bahasa Melayu kontemporer, Lie cuma membahas âvarian [bahasa] lainâ yang waktu itu banyak digunakan oleh generasi Tionghoa kelahiran Indonesia (baca: Tionghoa Peranakan, DK). Namun, pada masanya, Lie telah menyumbangkan sesuatu yang luar biasa: buku pelajaran bahasa Melayu lahir pertama kali justru dari non-Melayu. Lie juga menulis dengan sepenuh Melayu
Re: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
Bahasa berkembang. Semua bahasa, tidak terkecuali bahasa Melayu, bahasa Melayu Tionghoa dan bahasa Indonesia, berkembang dalam alur sejarahnya. Kalau OKT, Oey Kim Tiang alm., dikatakan sebagai contoh utama penutur bahasa Melayu Tionghoa (Melayu Rendah), dalam alur sejarah ternyata alm. pun berubah, sehingga ketika alm. menuturkan (menerjemahkan/menyadur) Kisah Membunuh Naga (倚天屠龙记 - Yi Tian Tu Long Ji - Ie Thian To Liong), pada tahun 1962, saat itu sudah tidak lagi dipakainya bahasa Melayu Rendah, melainkan sudah bahasa Indonesia. Kita bisa jelas mengikuti perubahan bahasa yang Oey loosiandjin pergunakan adalah ketika alm. menuturkan (menerjemahkan) cerita yang sama dua kali. Dan dalam riwayatnya selama 50 tahun berkarya, memang alm. beberapa kali menuliskan ulang terjemahannya untuk cerita yang sama. Saya bisa berikan contoh suatu petikan singkat dari cerita Zi Fengbiao (紫鳳鏢) yang dikarang Wang Dulu (王度盧, 1909–1977) pada tahun 1940-an. Oey loosiandjin pertama kali menerjemahkan cerita ini di tahun 1958, dan diberinya judul Tjie Hong Piauw - Riwajat Lioe Bong Liong. Kemudian, cerita yang sama ditulisnya ulang ditahun 1965, dan judulnya dirubah menjadi Merak Merak Satu paragraf di halaman pertama dari kedua terjemahan itu dapat dibandingkan sebagai berikut: Versi 1958: Tjie Loo ingat Hoat Sian, jalah seorang padri dari Siong San, jang mendjadi sahabat baiknja, tjuma sudah belasan tahun ia tidak pernah bertemu dengan orang sutji ini, atau tiba2 sekarang sahabat itu pudjikan ia seorang pembantu. Lioe Bong Liong masih muda, romannja pun baik, hanja karena serangan hawa dingin didalam perdjalanan djauh membikin ia kelihatan kutjel, sedang dandanannya, pakaiannja, menjatakan ia pemuda rudin. Versi 1965: Tjie Loo ingat baik-baik nama Hoat Sian itu, seorang pendeta dari Siong San. Dia adalah sahabatnja jang telah berpisah selama belasan tahun. Ia lantas mengawasi si pemuda. Orang beroman baik, tjuma pakaiannja kumal, mungkin disebabkan habis melakukan perdjalanan jauh. Bahan pakaiannja pun bahan murah. - Kita bisa lihat dalam waktu 7 tahun saja, 1958-1965, begitu nampak perbedaan bahasa yang dipakai OKT. Padahal seluruhnya alm. menulis selama 50 tahun, dari tahun 1930-an sampai 1980-an. Bahasa yang dipakainya ditahun 1930-an berbeda bumi dan langit dengan bahasanya setelah penyerahan kedaulatan, yaitu setelah penggunaan ejaan Soewandi menggantikan ejaan van Ophuyzen. Nampak jelas alur benang merah usaha giat alm. dalam meningkatkan kualitas penguasaan bahasa Indonesianya. Hal itu pun lebih-lebih lagi terlihat pada tindakannya mengganti judul terjemahan cerita Zi Fengbiao ini, dari semula berjudul Tjie Hong Piauw di tahun 1958, menjadi berjudul Merak Merah di tahun 1965 (padahal ini sebelum G-30-S/PKI, sebelum Orba lho!). Walaupun di sini Oey loosiandjin agak 'terpleset', karena burung hong (鳳 - phoenix) bukanlah burung merak. Namun toh kesalahan ini dapat dimaklumi karena burung hong tidak ada di alam fauna Indonesia, sehingga tidak ada padanan kata untuk burung hong dalam bahasa Indonesia, karenanya tidak urung alm. 'terpaksa' memakai kata merak itu. Tentang buku karya Lie Kim Hok, saya kebetulan punya: Kim Kou Kie Koan - Boekoe Tjerita Siauw Soat - Ada roepa-roepa tjerita jang bagoes dan loetjoe, terbitan penerbit Kho Tjeng Bie Co., tahun 1915. Sayang saya cuma punya satu karyanya Lie Kim Hok. Tapi sudah lumayan lah, rasanya jarang ada orang lain di seantero milis budaya tionghoa ini yang mempunyai buku langkanya kaum Tionghoa Indonesia ini! He he he... Wasalam. - Original Message - From: Dipo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, October 16, 2009 8:11 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie RSS Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah mimpi saya terlalu jauh rupanya :D Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar sebagai buku wajib ? Salam BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie Kim Hok sianseng tersebut ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
[budaya_tionghua] Re: : Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Dlm kenyataan pun sesama tionghoa juga bisa lain visi dan ideologinya, makanya timbul berbagai organisasi dan kelompok politik. Jangan berilusi bhw kita bisa menyatukan seluruh orang tionghoa. Prom : Saya kira sah saja berpendapat (atau berilusi) untuk menyatukan tionghoa (dalam konteks sebagai masyarakat Indonesia) Permasalahannya adalah pada apa yang dimaksud dengan menyatukan ? Jika menyatukan bermakna orang lain harus sama dengan pikirin kita, atau semua orang harus berpikiran/berpendapat sama, jelas itu hal yang mustahil. Tapi, jika makna menyatukan adalah mencari sinergi dan titik temu dari perbedaan pandangan/pemikiran/ideologi/bahasa/dll, dengan melihat kepentingan yang lebih besar/tinggi, hal tersebut jelas merupakan hal yang sangat mungkin. Sejarah perjalanan manusia menunjukkan, akan selalu ada titik temu untuk mempersatukan.
Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)
Gue juga bingung, kok topiknya jadi jauh amat dari subject diatas. Ya apa mau dikata, awalnya di thread 45252 ada yang bercanda salah kaprah sama kata Cabo, khan gue masih diem diem aje, Eee terus ada yang panggil-panggil Uly, menyebut-nyebut namaku dengan tidak hormat, ya gue sahutin lah. Disapa nggak disahutin ntar gue dibilang sombong atau ngumpet, khan cialat. However, justeru karena handai taulan menyimak thread ini, lalu sms sama gue kasih tahu Neng, itu kayaknya ada yang berniat jahat sama elu di milis BT. Baru deh gue buru-buru lari ke komputer, baca2 milis, habis itu ya tinggal-tangkis bola lah. Kalau nggak mau kena timpuk ya jangan lempar bola nyerempet gue lah. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote: Uly...Uly..., bercanda itu ada batasnya. Anda masih berhahahihi pada bbrp peserta milis BUDAYA ini pasti sudah merasa risih. Bayangkan aja anak-anak dan orangtua serta handai taulan Anda ikut menyimak thread ini, apa Anda tidak merasa ikut memperlakukan mereka? :-) Sent from my BlackBerry?smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi ruwet sendiri sih? Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh? Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang? Muhahahahaha. Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking gitchu, jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa sebab melulu lageh. Hihihi. Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah lalu tahu darimana donk? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Cabo Uly: Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika masih belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun. Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply gue pake BB bisa juling-juling deh. Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang berbedak, kecuali kondangan. Nah, mau tanya nih, kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak cukup tebal? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, makanya sangat percaya diri! Maklumlah Sent from my BlackBerry?® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Ih, jawaban uly yang tadi pagi juga enggak masuk ternyata. Ya sutrah, diulang deh. Daripada sibuk menduga-duga khan mendingan tanya langsung aje sama koh Fuyen, biar koh Fuyen sendiri yang menjelaskan, itu waktu bilang Cabou Cina Uly itu maksudnya yang netral atau yang konotasi miring? Ntar kita nilai sendiri, penjelasan koh Fuyen jujur apa kaga, gitu aje khan. Ya nggak? hihihihi. Monggo, koh Fuyen, silakan menjelaskan, yang jelas ya, biar kompor macam si Azura itu nggak usah sibuk kipas kipas lagi gitchu lhoh. Jadi waktu panggil Cabou Cina Uly itu maksudnya apa si? Gue nggak sabar untuk menyimak nih. Heheheheheh. Oh, gue percaya diri ya? Julukan menghina pun disandang sama gue akan jadi harum ya? Aduuuh makasih pujiannya, gue jadi tersandung neh. Jadi, kalau yang sering merasa terhina dengan julukan yang tidak menghina itu artinya orangnya kurang percaya diri ya? Enggak dihina kok mendadakan terhina sendiri, gitu ya? Hehehe, yayaya, betul sekali, Betul! Betul! Betul! Jadi besok Koh Fuyen harus lebih percaya diri donk, sama kata CINA nggak usah sentimen gitu donk? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Ah, yg namanya Uly pikirannya kan sangat terbuka, tdk sesempit anda. Dia kan paham istilah cabo asalnya netral,
Re: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)
Cabo Uly memang Cabo Cina sejati! Tdk perlu niatan khusus mencari cabo, setiap tengah malam kita menghentikan mobil Di stopan perempatan jalan, cabo2 yg mejeng pada lari menghampiri kok. Dan mereka memang kulit mukanya tebal oleh gincu. Saya nggak tahu kulit muka anda tebal alias Hou Lian Pi oleh apa. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg Date: Fri, 16 Oct 2009 16:05:05 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Adududuh, gue jadi ketawa ketawa terus. Kemarin Koh Fuyen bilang : Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah. Hari ini Koh Fuyen bilang: Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di pinggir jalan. Hihihihi maksud hati mau meledek lagi, jadi koh fuyen suka lihat cabo2 yang suka mejeng malam malam di pinggir jalan? Sering ke ManggaBesar ya? Pantesan berkonotasi negatif terus sama istilah Cabo. Hehehehe, udah deh udah, nggak diterusin lagi main nya. Kalau diterusin terus nanti salah satu dari kita bisa amsiong karena kheksim, satu lagi amsiong kebanyakan ketawa Hueheheheheheeh. Udah ah, dengan ini pingpong per-cabo-an disudahi.Mending diskusi soal melayu pasar. ps: biar koh fuyen nggak salah kaprah terus, ini gue jelasin dulu ya. CABO = wanita/perempuan CABOLANG = istri jadi nggak usah aneh kalau dalam percakapan bahasa hokkian medan ada kesebut CABO KIA (anak perempuan) atau CABO GINA (anak perempuan saya/ my daughter) dan gak usah kesinggung kale. Cam kan lah kata-kata orang yang percaya diri. Hihihihii. PS: gue tahu kok kalau ada maksud tidak baik dari orang lain, cuman, ypositip thinking aja lah. Anggap saja gue sedang ber-amal baik begetoh. Huaaahahahaha. Dah ah kantuk. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Percumalah dui niu tan qing! Sudah cukup jelas masih terus nanya2, lulus SD nggak sih? tanya saja sama engkong anda. Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di pinggir jalan. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi ruwet sendiri sih? Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh? Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang? Muhahahahaha. Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking gitchu, jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa sebab melulu lageh. Hihihi. Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah lalu tahu darimana donk? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Cabo Uly: Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika masih belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun. Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah. Sent from my BlackBerry?® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply gue pake BB bisa juling-juling deh. Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang berbedak, kecuali kondangan. Nah, mau tanya nih, kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak cukup tebal? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, makanya sangat percaya diri! Maklumlah Sent from my BlackBerry??šÃ‚Â? powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Ih, jawaban uly yang tadi pagi juga enggak masuk ternyata. Ya sutrah, diulang deh. Daripada sibuk menduga-duga khan mendingan tanya langsung aje sama koh Fuyen, biar koh Fuyen sendiri yang menjelaskan, itu waktu bilang Cabou Cina Uly itu maksudnya yang netral atau yang
Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:)
Ini sudah masuk ke ranah penyerangan pribadi. Mohon diskusi ini dihentikan sampai di sini saja. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Cabo Uly memang Cabo Cina sejati! Tdk perlu niatan khusus mencari cabo, setiap tengah malam kita menghentikan mobil Di stopan perempatan jalan, cabo2 yg mejeng pada lari menghampiri kok. Dan mereka memang kulit mukanya tebal oleh gincu. Saya nggak tahu kulit muka anda tebal alias Hou Lian Pi oleh apa. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 16:05:05 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Adududuh, gue jadi ketawa ketawa terus. Kemarin Koh Fuyen bilang : Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah. Hari ini Koh Fuyen bilang: Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di pinggir jalan. Hihihihi maksud hati mau meledek lagi, jadi koh fuyen suka lihat cabo2 yang suka mejeng malam malam di pinggir jalan? Sering ke ManggaBesar ya? Pantesan berkonotasi negatif terus sama istilah Cabo. Hehehehe, udah deh udah, nggak diterusin lagi main nya. Kalau diterusin terus nanti salah satu dari kita bisa amsiong karena kheksim, satu lagi amsiong kebanyakan ketawa Hueheheheheheeh. Udah ah, dengan ini pingpong per-cabo-an disudahi.Mending diskusi soal melayu pasar. ps: biar koh fuyen nggak salah kaprah terus, ini gue jelasin dulu ya. CABO = wanita/perempuan CABOLANG = istri jadi nggak usah aneh kalau dalam percakapan bahasa hokkian medan ada kesebut CABO KIA (anak perempuan) atau CABO GINA (anak perempuan saya/ my daughter) dan gak usah kesinggung kale. Cam kan lah kata-kata orang yang percaya diri. Hihihihii. PS: gue tahu kok kalau ada maksud tidak baik dari orang lain, cuman, ypositip thinking aja lah. Anggap saja gue sedang ber-amal baik begetoh. Huaaahahahaha. Dah ah kantuk. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Percumalah dui niu tan qing! Sudah cukup jelas masih terus nanya2, lulus SD nggak sih? tanya saja sama engkong anda. Tdk punya cabo dirumah kan bisa lihat itu cabo2 yg malam malam mejeng di pinggir jalan. Sent from my BlackBerryî powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Fri, 16 Oct 2009 02:32:07 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Huehehehe, enggak jelas, makanya daripada menduga-duga, mending gue nanya, maksudnya apa, jelasnya gimana, tapi kok kayaknya malah koh fuyen jadi ruwet sendiri sih? Koh Fuyen, orang tionghoa laki-laki ada wajibnya punya Cabolang di rumah, kecuali jadi biksu. Karna aturannya wajib melanjutkan marga toh? Atau... Oh, barangkali koh Fuyen salah kaprah lagi dengan istilah CaboLang? Muhahahahaha. Aduh koh, makanya tingkatkan kepercayaan diri, biar positip thinking gitchu, jangan negatip thinking terus, nanti tersinggung dan terhina tanpa sebab melulu lageh. Hihihi. Tahu cabo cabo suka berbedak tebal, kalau nggak punya cabolang di rumah lalu tahu darimana donk? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Cabo Uly: Penjelasan dari saya mengapa memanggil anda cabo sudah cukup jelas, bisa anda telusuri dan pelajari sendiri dari posting saya sebelumnya. Jika masih belum jelas, ya silahkan baca itu Story of A Q, karya Lu Xun. Saya Tionghoa kok, tak bakalan punya Cabo di rumah. Sent from my BlackBerry?î powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Fri, 16 Oct 2009 01:39:36 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure )...:) Lhah kok nggak ada penjelasannya, Susah yah koh? Ngetik pake Blackberry ribet ya? Hihihi, kecian deh koh Fuyen baca reply gue pake BB bisa juling-juling deh. Koh Fuyen belum kenal Uly rupanya, yang kenal sih udah tahu, Uly jarang berbedak, kecuali kondangan. Nah, mau tanya nih, kalu Koh Fuyen punya CaboLang, apa suka pakai bedak cukup tebal? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: Wah Cabo Uly, biasanya cabo2 kan mukanya pakai bedak cukup tebal, makanya sangat percaya diri! Maklumlah Sent from my BlackBerry??Å¡ÃâÃ? powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_me2@ Date: Thu, 15 Oct 2009 15:56:18 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] Re: Suatu ketika kata Cina akan bermakna positif ( I am sure