Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-19 Terurut Topik andri halim
Bung Asahan yang saya hormati,

Ah... pepatah, padi semakin tua/berisi maka semakin
merunduk pantas saya sandangkan kepada anda, senang
rasanya dapat mengenal anda yang berpandangan luas dan
semoga saya dapat belajar banyak dari anda.
terima kasih, 

Andri

--- BISAI [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Andri Yang bijaksana,
 Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya
 belajar dari bung. Semua kita
 sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih
 cepat majunya dan ada yang
 kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu.
 Tapi sungguh-sungguh saya
 juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping
 belajar kita juga berusaha
 berbuat sungguh-sungguh.  Pribumi , Non Pribumi,
 Asli , Bukan asli
 Pendatang ,  Peranakan , Totok CINA, dsb,
 dsb-nya, CUMALAH sebuah
 kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi
 kita memang akan
 bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama
 ditunggangi atau dimanipulasi
 seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja,
 untuk mengambil
 keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak,
 apalagi merugikan seluruh
 rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata
 yang telah menjadi
 coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari
 muka bumi, dari kamus,
 disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk
 kita miliki kembali
 sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang
 demikian bukanlah perbuataan
 yang produktif bahkan anti produktif. Secara
 berkelakar, bila umpamanya bung
 ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi,
 lalu bung jawab: Saya
 pribumi!. Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu
 karena mata yang sipit,
 kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga
 yang menanyai yang tampak
 pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir
 seperti bung. Apakah ini
 lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana
 terkandung satu keseriusan.
 Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa
 pribumi dan memang pribumi.
 Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan
 semua ciri-ciri husus
 yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap
 sebagai pergurauan yang
 membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya
 menyaksikan sendiri
 meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film
 ilmiah, bahwa DNA seorang
 warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina,
 tapi ternyata dia masih
 mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia,
 yanga sama dengan DNA-nya
 nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu
 tentu saja belum ada
 yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis
 saja) yang puluhan ribu
 tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang
 yang berwajah Cina tapi
 punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia
 tertawa, sang
 doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri
 sebagai penonton TV itu
 turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa
 telah terbuktikan secara
 ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita
 umat manusia ini berasal
 dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika.
 Tapi manusia telah
 terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi
 puak-puak, suku-suku dan lalu
 bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam
 perkembangan sejarah
 kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk
 dinamis. Tapi yang tidak
 wajar adalah,  ketika sekelompok manusia merasa
 dirinya lebih tinggi, lebih
 berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan
 dirinya. Ketidak wajaran
 inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima
 cara melawannya?. Tentu
 saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga
 mestinya efektif agar
 mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah
 pentingnya kita saling
 bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya
 menuruti instruksi,
 perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para
 diktator bangsa yang bila perlu
 kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara.
 Salam sebangsa  dan setanah air.
 asahan aidit
 
 
 - Original Message - 
 From: andri halim [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM
 Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus
 mengharamkah istilah
 Pribumi dan Non Pribumi?
 
 
  Salam hangatku utk Bung Asahan,
 
  Apa yang salah dengan kata Pribumi dan Non
  pribumi, jawabanku adalah tidak ada yang salah
 dengan
  kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut
 dilihat
  oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah
 hanya
  karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.
 
  Andaikata benar kalau kata pribumi dan
 non-pribumi
  sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
  diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
  dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
  terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata
 saja,
  dan dilain pihak hanya membiarkan
  diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.
 
  Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar
 adanya,
  buat apa  mengharamkan istilah Pribumi dan
  Non-pribumi, karena itu hanya sebagai alat
 ORBA,
  yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
  bagaimana cara menghilangkan diskriminasi yang
  terjadi bukan

Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-17 Terurut Topik BISAI
Bung Andri Yang bijaksana,
Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita
sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang
kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya
juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha
berbuat sungguh-sungguh.  Pribumi , Non Pribumi, Asli , Bukan asli
Pendatang ,  Peranakan , Totok CINA, dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi
seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan
yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung
ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: Saya
pribumi!. Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang sipit,
kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga yang menanyai yang tampak
pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir seperti bung. Apakah ini
lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana terkandung satu keseriusan.
Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa pribumi dan memang pribumi.
Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan semua ciri-ciri husus
yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap sebagai pergurauan yang
membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya menyaksikan sendiri
meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film ilmiah, bahwa DNA seorang
warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina, tapi ternyata dia masih
mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia, yanga sama dengan DNA-nya
nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu tentu saja belum ada
yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis saja) yang puluhan ribu
tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang yang berwajah Cina tapi
punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia tertawa, sang
doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri sebagai penonton TV itu
turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa telah terbuktikan secara
ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita umat manusia ini berasal
dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika. Tapi manusia telah
terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi puak-puak, suku-suku dan lalu
bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam perkembangan sejarah
kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk dinamis. Tapi yang tidak
wajar adalah,  ketika sekelompok manusia merasa dirinya lebih tinggi, lebih
berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan dirinya. Ketidak wajaran
inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima cara melawannya?. Tentu
saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga mestinya efektif agar
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah pentingnya kita saling
bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya menuruti instruksi,
perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para diktator bangsa yang bila perlu
kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara.
Salam sebangsa  dan setanah air.
asahan aidit


- Original Message - 
From: andri halim [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?


 Salam hangatku utk Bung Asahan,

 Apa yang salah dengan kata Pribumi dan Non
 pribumi, jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
 kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
 oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
 karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.

 Andaikata benar kalau kata pribumi dan non-pribumi
 sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
 diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
 dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
 terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
 dan dilain pihak hanya membiarkan
 diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.

 Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
 buat apa  mengharamkan istilah Pribumi dan
 Non-pribumi, karena itu hanya sebagai alat ORBA,
 yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
 bagaimana cara menghilangkan diskriminasi yang
 terjadi bukan mempermasalahkan kata Pribumi dan
 Non-pribumi, mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
 orang adalah kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
 China bisa diterima oleh masyarakat asli
 Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
 seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi
 donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan
 kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden
 tetapi hasilnya = nihil.

 Salam

Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Terurut Topik andri halim
, preyektor politik rasialis
 Orba dsb, dsb-nya ,hanya 
 karena ada perbedaan pendapat.Semua
 pemikiran saya tidak dijawab dengan pemikiran
 kembali untuk mengembangkan 
 diskusi
 yang sehat dan berguna bagi banyak pihak, tapi pada
 saya diberi cap-cap atau 
 stempel
 yang bukan saja bermaksud untuk membunuh karakter
 pribadi saya tapi juga
 menghina dan memfitnah orang-orang yang mungkin
 sefikiran dengan  saya,
 senasib dengan saya yang juga menderita diskriminasi
 seperti saya. Tapi
 semua itu telah saya jawab dengan pemikiran, dengan
 kemampuan yang sesuai 
 dengan
 yang saya punyai, dengan argumentasi yang tapi juga
 tentu saja dengan sambil
 membela diri dan memberikan reaksi yang adil
 terhadap serangan dan
 fitnah-fitnah yang saya terima. Sebagai ahir kata,
 saudara Andri, saya
 merasakan penderitaan saudara sebagai etnis Cina
 yang yang sungguh-sungguh
 ingin menjadi orang Indonesia yang sejajar dan
 sederajat dengan semua orang
 Indonesia lainnya tidak pandang etnis apapun, tapi
 toh tetap saja menderita
 diskriminasi. Saudara tidak sendiri tapi saudara
 berada di antara puluhan
 bahkan ratusan juta manusia Indonesia yang
 di-pariakan lainnya yang
 didiskiriminir oleh penguasa bangsanya sendiri, dan
 bahkan kadang-kadang
 oleh saudara-saudara se-etnisnya sendiri yang adalah
 juga sebagai akibat 
 politk diskriminasi penguasa diktator di masa lalu.
 Kita tetap berjuang 
 melawan semua
 bentuk diskriminasi dan kediktatoran dan bukan hanya
 melawan kata yang telah
 dilumuri tujuan politik gelap. Kita bersihkan kata
 pribumi dari  semua
 noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan
 diktator bangsa di masa
 lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala
 macam ras dan suku, sama
 derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
 mencintai keadilan dan
 melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi,
 kebudayaan maupun ras.
 Kecuali memang ada yang berkeinginan lain. Itu
 adalah urusan mereka.
 Salam perkenalan dan persahabatan yang sehangat
 hangatnya dari saya.
 asahan aidit.
 
 
 
 
 
 - Original Message - 
 From: andri halim [EMAIL PROTECTED]
 To: Andy Winata [EMAIL PROTECTED];
 budaya_tionghua@yahoogroups.com;
 [EMAIL PROTECTED];
 [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
 [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, September 15, 2005 6:51 AM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus
 mengharamkah istilah Pribumi
 dan Non Pribumi?
 
 
  Salam saudara sekalian,
 
  Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
  Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun
 Chung
  hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
  pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung
 hua
  telah tinggal bersama orang-orang asli di
 indonesia
  untuk berdagang, pada saat pertama kali yang
 datang
  hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada
 sekitar
  jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
  perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga
 lelaki
  chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
  sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
  diterbitkannya devide et empera oleh pihak
 Belanda,
  semua mulai berjalan dengan tidak nyaman
 
=== message truncated ===


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Terurut Topik andri halim
Salam saudara sekalian,

Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun Chung
hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung hua
telah tinggal bersama orang-orang asli di indonesia
untuk berdagang, pada saat pertama kali yang datang
hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada sekitar
jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga lelaki
chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
diterbitkannya devide et empera oleh pihak Belanda,
semua mulai berjalan dengan tidak nyaman 


Nah yang jadi permasalahan yang dihadapi sekarang
lebih berat lagi, karena masyarakat Indonesia tidak
lagi menerima pluralisme, negara terdiri dari beberapa
macam suku, agama, ras, dll. dan seharusnya pemerintah
menggalakkan pluralisme agar masyarakatnya dapat
menerima semua apa yang disebut sebagai Perbedaan,
tetapi yang terjadi dilapangan adalah Pemerintah tidak
mempunyai kekuatan untuk mengatur negara ini, jadi
begitu gampangnya dipermainkan oleh pihak2 yang
bertujuan, dan satu hal yang sangat-sangat membuatku
prihatin adalah : 
OOT :
Negara ini adalah negara mayoritas Islam terbanyak,
bahkan masjid terbanyak juga berada di Indonesia, jauh
lebih banyak dari asal agama itu sendiri, tetapi, yang
menjadi masalah adalah, islam ada yang Fund dan
Liberal, dan pemerintah terkesan sangat tidak berkutik
menghadapi masalah ini, karena sangat terlihat apabila
ada Is-Fund yang mengerakkan massa, maka pemerintah
hanya bisa bengong melihat, ini sudah terlalu sering,
yang akhirnya membuatku berpikir bahwa peranan yang
paling penting di Negara ini adalah agama mayoritasnya
nya dari pada pemerintah itu sendiri, yang akhirnya
membuat masyarakat tidak bisa menerima apa yang
namanya pluralisme, dan mengakibatkan diskriminasi
terus berjalan sampai sekarang, (dalam hati aku
berterima kasih kepada Gus dur, yg sangat Pluralisme
dan Liberal, masih mau melihat minoritas2 dan menahan
gerakan Fund)
--- bukankan seharusnya pemerintah yang melihat
kejadian seperti ini dapat membuat ancang2 untuk
membatasi ruang gerak organisasi2 yang terlalu fund
seperti ini, agar terciptanya pluralisme

Hah..., kadang aku sedih melihat yang terjadi di
negara ini, aku seorang Chung hua generasi ketiga dari
kakek aku yang tinggal di Indonesia, darah aku darah
China, tetapi aku lahir di negara Indonesia ini,
sehingga membuat aku sayang kepada tanah air ini,
dengan lantang aku bisa berteriak aku Orang Indonesia,
aku Nasionalis, tetapi di dalam hati kecil aku
menangis, apakah benar aku orang Indonesia, kalau iya
kenapa terasa telak diskriminasi yang terjadi di
negara ini seolah-olah aku bukan orang Indonesia,
ataukah aku hanya menumpang tinggal disini, mencari
makan disini, apakah hanya sekedar itu?, 

Back on topic,
What is in a name, pernah juga diucapkan oleh Sukarno
pada saat rapat Baperki kedua, beliau mengatakan bahwa
apa lah arti sebuah nama, aceng kek, acong kek,
terserah kamu, suka-suka kamu, nah yang aku ingin
ungkapkan adalah kenapa mau repot-repot mempersoalkan
masalah pribumi dan Non-pribumi, wong kita sama saja
kok sebagai warga negara Indonesia, negara ini sedang
banyak2nya menghadapi masalah yg lebih penting,
masalah pribumi ataupun bukan pribumi itu masalah
belakang, tetapi yg harus dipersoalkan adalah
bagaimana cara menghilangkan DISKRIMINASI, dengan
tidak adanya diskriminasi lagi maka secara langsung
efek dari Pribumi dan Non-pribumi akan pupus dengan
sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi
dan Non-pribumi.

Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, ras,
maka itu marilah kita berpikir ulang, sebenarnya apa
yang salah, kenapa suku tiong hua saja yang selalu
bermasalah, bukan maksud aku membela2 native, karena
menurutku native juga ada yang baik dan yang tidak,
sama seperti orang2 tiong hua dan orang2 suku lainnya,
pasti ada yang baik dan tidak, nah yang seharusnya
dilakukan adalah bagaimana cara mengedukasi orang2
yang rasialis/yang suka mendiskriminasikan dapat
menerima perbedaan, sehingga kita yang dari berbagai
macam itu dapat bekerjasama dalam membangun negara ini
jauh lebih baik


NB : emai ini benar2 dari yang aku pikirkan selama
ini, memang dalam hati aku secara jujur banyak setuju
dengan apa yang diungkapan Bung Asahan, jadi aku nga
mau panjang2 cerita lagi, karena inti yang aku
pikirkan rata2 sama, dan walau aku bukan jago politik
ttp mohon intelektual pribadi aku jgn dihina ya :-,
kalo aku salah mohon tolong dikoreksi

Rgds,
Andri



 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
 protection around 
 http://mail.yahoo.com  To: BUDAYA TIONGHUA
 budaya_tionghua@yahoogroups.com,
 WAHANA [EMAIL PROTECTED]
 From: BISAI [EMAIL PROTECTED]
 Date: Tue, 13 Sep 2005 21:18:15 +0200
 Subject: [budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa]
 Re: Mengapa harus mengharamkah istilah 

[budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-11 Terurut Topik BISAI






 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:


 
Mengapa harus mengharamkan 
 
istilah Pribumi dan Non Pribumi?

 Menurut pendapat saya 
sebutan Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras 
yang memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk 
mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah 
pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cumapunya 
sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburkan atau 
mengalihkan perhatian massa rakyat dari persoalan-persoalan berat seperti krisis 
ekonomi, krisis politik dan juga krisis kebudayaan serta moral di tingkat atas. 
Tapi memangharus diakui, bahwa istilah yang sudah dilaburi warna politik 
dengan inti reklame menarik itu, memang lebih banyak ditujukan pada etnis 
Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih banyak menjadi korban yang juga 
sekaligus adalah juga korban reklame Pemerintah yang berjubah 
antidiskriminasi rasial.
Buktinya. Ketika benar-benar telah terjadikerusuhan 
rasialdi bulan Mei 1988, apakah yang telah dilakukan oleh 
Pemerintah dalam usaha menghentikan, membatasi, mengadakan penyelidikan 
siapabiang keladi kerusuhan, menangkap para penyuluh kerusuhan?, Yang kita 
dengar adalah bahwa aparat negara seperti TNI, polisi cuma diam menyaksikan 
kerusuhan yang sudah menjadi terror itu . Bukankah hal ini berartibahwa 
Pemerintah ketika itu cuma munafik, demagog, lain dimulut lain di hati.Dan 
lalu orang-orang menyalahkan istilahPribumi dan Non Pribumi yang telah 
menjadi biang keladi dan cikal bakal sentimen ras. Pada hal kata itu sendiri 
tidak punya dosa sedikitpun dan hanya sebutan biasa tanpa warna politik atau 
tendensi ras dan hanya menunjukkan tempat di mana seseorang dilahirkan atau 
telah lama diam di suatu tempat dan merasa dirinya atau dianggap adalah penduduk 
tempat tertentu.Tapi karena dipersoalkan dan banyak dipersoalkan, kata itu jadi 
kehilangan artinya yang asli dan netral lalu diberi warnapolitik sehingga 
menjadi peka dan bisa memancing sentimen ras yang pada gilirannya untuk 
mengambil keuntungan politik oleh segolongan atau aliran poltik tertentu. Inti 
masaalah sentimen ras bukan terletak pada istilah Pribumi atau non Pribumi tapi 
pada cara berfikir seseorang atau golongan atau aliran politik terhadap satu 
golongan ras yang lain.Dengan kata lain pengharaman kata Pribumi dan Non 
Pribumi adalah pengharaman yangdilakukan oleh Orde Baru itu sendiri 
untuk tujuan reklame yang licik dan lihai bagi mempengaruhi psikologi massa 
sehingga orang-orang lupa pada masaalah yang paling inti dari timbulnya sentimen 
ras sebagai satu sisitim pemikirandan terlena oleh daya tarik reklame 
dengan menggunakan istilah yang mudah dijadikan kambing hitam. Sedangkan 
Pemerintah pencipta pengharaman itu berada di balik kabut hitam yang mengaburkan 
semuakemunafikan dan penipuannya sambil menyulutsentimen ras tanpa 
dirasakan banyakorang. Sebaiknya kita kembali ke persoaalan inti masaalah 
dan bukan pada istilah yang tak habis-habisnya dibicarakan. 
Dalam kenyataan yang lebih dalam, bukan hanya etnis Cina 
saja yang menderita korban sentimen ras atau diskriminasi secara umum. Di antara 
ras-ras atau suku-suku di Indonesia, juga saling mendiskriminasi satu sama lain. 
Ini persoalan bersama semua etnis yang ada dan bukan hanya terkonsentrasi pada 
satu etnis saja. Terlalu banyak mengkonsentrasi diri sebagai etnis yang 
dikorbankan akan mengakibatkan perjuangan melawan diskriminasi menjadi hanya 
terfokos pada satu etnis dan itu akan berakibat kembali ke diskriminasi terpusat 
sehinggap perhatiantertuju ke satu pusat. Korban diskriminasi di Indonesia 
mencakup ratusan juta atau sebagian terbesar penduduk Indonesia. Setiap hari 
mereka dibunuhi secara psikologis, secara ekonomis, secara moril maupun materil. 
Bukankah kita lebih baikmenyatukan diri dalam perjuangan bersama 
melawan diskriminasi yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia yang 
membuat terpuruknya bangsa ini. Jadi bukan cuma meng-utik-utik soal istilah 
Pribumi dan non pribumi melulu sambil berlari jauh dari inti persoalan yang 
sesungguhnyayang bahkan bisa lebih menyulut sentimen ras. Semua kita 
adalah korban historis dan kontemporer Orde Baru. Tanpa menyedari hal ini cuma 
akan menguntungkan Orde Baru dan memperpanjang keterpurukan bangsa. Waspadalah 
terhadap reklame Orba dan jangan cepat-cepat membelinya dengan harga murah, 
bungkusnya indah, isinya tuba.
asahan aidit.
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the