Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Kepada Yth bung Dr.Irawan, Terima kasih atas masukan dari Anda. Saya sering melihat wajah Anda di MI - saya masih terbilang famili dengan sdr Handy Chung (pengusaha kaca mata di US). Boleh saya tahu berapa lama Anda ada di Jakarta dan mungkin ada no HP yg bisa dihubungi? PS: Saat ini sy masih di luar kota mungkin besok atau lusa balik ke Jakarta RGDS, TG --- On Mon, 2/8/10, Dr. Irawan drira...@indonesiamedia.com wrote: From: Dr. Irawan drira...@indonesiamedia.com Subject: Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, February 8, 2010, 1:41 PM Pak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb, Omongan anda benar adanya bahwa generasi Tionghoa yang sekarang di Milis BT ini tidak lembek, bahkan terkesan agresif. Baru saja saya pulang dari mengunjungi kawan2 BT di Jakarta , saya merasa bangga , terharu , dan simpatik terhadap para shiang seng2 yang mungkin kalau pada jadul bisa digelar sebagai Shiu Chay. Pokoknya bukan main, nggak nyangka sama sekali. Betul anda harus bertemu dengan mereka, baru bisa merasakan kehebatan mereka. Mereka bahkan haus belajar, kendati buku2 literatur, dvd dan text booknya bukanlah barang yang murah. Saya selaku orang keturunan Tionghoa sangat bangga dan menghormati itu. Kalau misalnya saya disuruh Kui sama mereka saya juga mau dan bersedia dengan hati yang rela , macamnya kalau jadul harus kui jedukin jidat ke tanah seperti menghadapi Hwang Shang, yang mengucap Wan Shuei , Wan Shuei, wan, wan shuei, Owe juga kamguan. Karena apa ? Tidak lain tidak bukan, karena komitmen mereka terhadap preservasi kebudayaan Tionghoa untuk Indonesia. Mereka tidak ada yang paksa atau di-iming2 duit untuk melakukan itu. Saya sendiri masih ingat waktu di SD , kalau tidak ada ancaman rotan, boro2 saya mau menyelesaikan latihan tulis Cung Wen Ze. Padahal saya sekolah di JPP yang WNI dengan pelajaran bahasa mandarinnya sangat minim sekali. Sampai hari ini juga saya masih belum bisa baca dan nulis. Omongan Pak Tjandra juga Pu Chuo, tentang kalau keahlian itu tidak disyer keorang banyak juga sangat sayang sekali. Jadi Pak Tjandra betul, kalau bisa membantu penyiaran keahlian dari para Shiang Seng2 yang pakar ini, dimajalah anda , itu ada baiknya. Kami juga dari Indonesia media sudah melaksanakannya , dan yang terbaru ini adalah Tulisan dari Shiang Seng Ardian C . dari Bogor. yang bisa disimak disini. http://www.indonesi amedia.com/ 2010/02/03/ selamat-tahun- baru-imlek- 2561-atau- 4707/ Semoga berkenan. Maap , kalo ada kata2 owe yang sala. salam, Dr.Irawan 2010/2/7 Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com Dear member, Owe menjadi merasa bersalah gara gara tulisan owe yang terlalu vulgar, sampai sampai para sianseng berpolemik begitu hebat. Owe rasa yang disampaikan oleh sianseng Suma dan sianseng Zhoufy, dua dua ada benarnya. Tiap orang memang memiliki sudut pandang yang berbeda. Namun di balik itu owe gembira ternyata di antara member budaya tionghua punya semangat untuk membela pandangannya dan tak gampang menyerah. Tadinya owe kira di kalangan warga Tionghoa sudah pada lembek, tidak punya ini semangat perjuangan gara gara dibekap oleh rezim orba, selama 35 tahun. Tapi dengan adanya komplein dari sianseng Suma, sianseng Zhoufy, sianseng Dipo, sianseng David Kwa, dan lain lain yang tidak bisa disebut satu persatu, owe jadi bangga kalau warga Tionghoa ternyata tidak lembek. Owe juga bangga melihat di munas PSMTI dan INTI kalau mereka membela daerah dan argumennya dengan sungguh sungguh, malah mau adu jotos segala (jangan ah) - itu artinya warga Tionghoa bukanlah warga yang lembek. Owe lihat pengetahuan para sianseng begitu luas dan hebat, sayang kalau cuma diketahui oleh member milis ini. Owe kepikiran kalau suatu waktu kita bisa duduk semeja - owe berharap pengetahuan sianseng ini dijadikan buah kalam di majalah POST yang pasti berguna bagi warga Tionghoa. Yang satu ahli dalam sejarah Tionghoa, satu lagi ahli dalam bidang musik, satu lagi ahli dalam bidang budaya. Owe bermimpi para sianseng bersedia duduk sebagai jajaran redaksi. Tapi mohon maaf kalau ajakan owe ini dianggap kurang sopan - owe tidak punya maksud apa apa selain menginginkan terjaganya martabat warga kita. Baiklah owe tutup dengan soja Gong Xi Fat Cay waduh owe sampe lupa nih mestinya Sin Chun Kiong Hie Thiam Hok Siu semoga kesalahan kesalahan owe di tahun silam, sianseng maafkan. RGDS. Tjandra G PS: Sepertinya kurang lengkap kalau sianseng Ophung tidak bergabung, beliau ini ahli masakan jadul Tionghua. Juga para sianseng lainnya, pintu terbuka lebar buat anda semua yang hobi tulis menulis.
Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Pak Tjandra G yb, Saya sudah lama pulang ke LA, saya hanya spent kira2 18 hari disana pada akhir december dan balik lagi ke LA january. Betul Hendy Chung , adalah salah satu pengurus juga di ICAA , yang setiap Bazaar Imlek selalu mengerahkan anak buahnya yang dari Kalbar untuk bervolunteer. Bahkan dia yang bawa Gus Dur berkunjung dan berceramah serta nginap di ICAA dulu. Hendy itu memang pria yang terpuji dan baik hati saya sangat kagum padanya. kalau omongan mandarinnya barangkali Liauw Pu Zhi. Kalau anda mau tilpon saya silahkan (626) 335 2899 , kalau call dari Indonesia silahkan call saat subuh. karena perbedaan jam kita adalah 15 jam. jadi harap maklum. Atau kalau interlocal mahal , biar saya yang call saja ke anda asal kasih tahu nomornya. Semoga majalah anda bisa bermanfaat bagi BT dan vice versa . salam, Dr.Irawan. 2010/2/8 Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Kepada Yth bung Dr.Irawan, Terima kasih atas masukan dari Anda. Saya sering melihat wajah Anda di MI - saya masih terbilang famili dengan sdr Handy Chung (pengusaha kaca matadi US). Boleh saya tahu berapa lama Anda ada di Jakarta dan mungkin ada no HP yg bisa dihubungi? PS: Saat ini sy masih di luar kota mungkin besok atau lusa balik ke Jakarta RGDS, TG
Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Pak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb, Omongan anda benar adanya bahwa generasi Tionghoa yang sekarang di Milis BT ini tidak lembek, bahkan terkesan agresif. Baru saja saya pulang dari mengunjungi kawan2 BT di Jakarta , saya merasa bangga , terharu , dan simpatik terhadap para shiang seng2 yang mungkin kalau pada jadul bisa digelar sebagai Shiu Chay. Pokoknya bukan main, nggak nyangka sama sekali. Betul anda harus bertemu dengan mereka, baru bisa merasakan kehebatan mereka. Mereka bahkan haus belajar, kendati buku2 literatur, dvd dan text booknya bukanlah barang yang murah. Saya selaku orang keturunan Tionghoa sangat bangga dan menghormati itu. Kalau misalnya saya disuruh Kui sama mereka saya juga mau dan bersedia dengan hati yang rela , macamnya kalau jadul harus kui jedukin jidat ke tanah seperti menghadapi Hwang Shang, yang mengucap Wan Shuei , Wan Shuei, wan, wan shuei, Owe juga kamguan. Karena apa ? Tidak lain tidak bukan, karena komitmen mereka terhadap preservasi kebudayaan Tionghoa untuk Indonesia. Mereka tidak ada yang paksa atau di-iming2 duit untuk melakukan itu. Saya sendiri masih ingat waktu di SD , kalau tidak ada ancaman rotan, boro2 saya mau menyelesaikan latihan tulis Cung Wen Ze. Padahal saya sekolah di JPP yang WNI dengan pelajaran bahasa mandarinnya sangat minim sekali. Sampai hari ini juga saya masih belum bisa baca dan nulis. Omongan Pak Tjandra juga Pu Chuo, tentang kalau keahlian itu tidak disyer keorang banyak juga sangat sayang sekali. Jadi Pak Tjandra betul, kalau bisa membantu penyiaran keahlian dari para Shiang Seng2 yang pakar ini, dimajalah anda , itu ada baiknya. Kami juga dari Indonesia media sudah melaksanakannya , dan yang terbaru ini adalah Tulisan dari Shiang Seng Ardian C . dari Bogor. yang bisa disimak disini. http://www.indonesiamedia.com/2010/02/03/selamat-tahun-baru-imlek-2561-atau-4707/ Semoga berkenan. Maap , kalo ada kata2 owe yang sala. salam, Dr.Irawan 2010/2/7 Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Dear member, Owe menjadi merasa bersalah gara gara tulisan owe yang terlalu vulgar, sampai sampai para sianseng berpolemik begitu hebat. Owe rasa yang disampaikan oleh sianseng Suma dan sianseng Zhoufy, dua dua ada benarnya. Tiap orang memang memiliki sudut pandang yang berbeda. Namun di balik itu owe gembira ternyata di antara member budaya tionghua punya semangat untuk membela pandangannya dan tak gampang menyerah. Tadinya owe kira di kalangan warga Tionghoa sudah pada lembek, tidak punya ini semangat perjuangan gara gara dibekap oleh rezim orba, selama 35 tahun. Tapi dengan adanya komplein dari sianseng Suma, sianseng Zhoufy, sianseng Dipo, sianseng David Kwa, dan lain lain yang tidak bisa disebut satu persatu, owe jadi bangga kalau warga Tionghoa ternyata tidak lembek. Owe juga bangga melihat di munas PSMTI dan INTI kalau mereka membela daerah dan argumennya dengan sungguh sungguh, malah mau adu jotos segala (jangan ah) - itu artinya warga Tionghoa bukanlah warga yang lembek. Owe lihat pengetahuan para sianseng begitu luas dan hebat, sayang kalau cuma diketahui oleh member milis ini. Owe kepikiran kalau suatu waktu kita bisa duduk semeja - owe berharap pengetahuan sianseng ini dijadikan buah kalam di majalah POST yang pasti berguna bagi warga Tionghoa. Yang satu ahli dalam sejarah Tionghoa, satu lagi ahli dalam bidang musik, satu lagi ahli dalam bidang budaya. Owe bermimpi para sianseng bersedia duduk sebagai jajaran redaksi. Tapi mohon maaf kalau ajakan owe ini dianggap kurang sopan - owe tidak punya maksud apa apa selain menginginkan terjaganya martabat warga kita. Baiklah owe tutup dengan soja Gong Xi Fat Cay waduh owe sampe lupa nih mestinya Sin Chun Kiong Hie Thiam Hok Siu semoga kesalahan kesalahan owe di tahun silam, sianseng maafkan. RGDS. Tjandra G PS: Sepertinya kurang lengkap kalau sianseng Ophung tidak bergabung, beliau ini ahli masakan jadul Tionghua. Juga para sianseng lainnya, pintu terbuka lebar buat anda semua yang hobi tulis menulis.
Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA. Boen Bio Li Thang GUS DUR
Bung(atau mbak?) srustan, sebelum anda susah2 mikirin ide serius yg mau disumbang, saya kira lebih baik diselidiki dulu bentuk kepanitiaan tbt tmii ini dulu. Dari situ kita akan lihat, ini proyek serius atau hura2, educative atau politis? Jika yg ngurusi isinya orang yg tak paham budaya semua, mau kita usul segala macam ya percuma, jika dilaksanakan sepotong2 juga akan tambal sulam, amburadul dan hasil akhirnya biikin kecewa. Lain halnya jika di dalamnya duduk para akademisi dan budayawan, omongannya baru bisa nyambung. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: srustan srus...@yahoo.com Date: Wed, 03 Feb 2010 05:24:47 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA. Boen Bio Li Thang GUS DUR Rekan-rekan milis, Posting saya ini sebenarnya menindak lanjuti posting dari rekan milis Pak Sugiri dibawah ini, yang saya kutip sebagian, karena kalau saya langsung reply maka posting yang sebelum-sebelumnya akan ikut terposting ulang. AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA. Boen Bio Li Thang GUS DUR Posted by: ibcindon ibcin...@rad.net.id ibcindon Mon Feb 1, 2010 7:36 pm (PST) … Dalam hal TMII bagaimana kalau kita gunakan untuk suatu lahan tempat performance, belajar dan mempelajari budaya. Mirip TIM Jakarta. Bangunan utama dapat diberi nama BUN BIO GUS DUR ( tempat budaya GUS DUR ) atau pun LI THANG GUS DUR ( Hall/aula pembelajaran GUS DUR ). Dilengkapi dengan perpustakaan, semacan CHINESE HERITAGE CENTER di SINGAPORE, yang sekarang dipimpin oleh Prof. LEO SURYADINATA . Management dapat mengelola program yang terarah yang tetap dan teratur dilokasi ini. Mungkin acara budaya TiongHoa, pameran, acara kesenian, diskusi, ceramah, seminar dst, dst. Income pemeliharaan dapat dengan menyewakan HALL / LITHANG untuk upacara dan pesta. Lahan parkir luas sudah pasti, pesta taman pun dapat diselengarakan disana. Dengan srana gtaman serba mirip HangChow atau Sihu. Melihat kecenderungan masyarakat klas the have di Jakarta yang suka show off , jika fasilitas yang disediakan serba luas dan nyaman rasanya sarana ini tidak akan pernah kekurangan peminat sepanjang tahun. Juga keinginan memperingati GUS DUR akan teringat sepanjang waktu. Pemeiliharaan dan penelitian budaya Tionghoa di Indonesia dapat terselengarakan secara berkesinambungan……….. Banyak tujuan dapat diperoleh pada waktu yang bersamaan….. MARI KITA BAHAS BAIK-BAIAK………. Kenapa tidak ?? Salam erat, Sugiri. Comment dari saya: Pak Sugiri dan rekan rekan milis Budaya Tionghoa, Setuju, kita bahas baik-baik dan juga dengan kepala dingin barangkali ya. Menurut saya ide anda sangat bagus untuk kita pikirkan bersama dan usulkan ke Pengurus Taman Budaya Tionghoa untuk dapat dipertimbangkan. Soal adanya beberapa bangunan atau bentuk arsitektur yang tidak mewakili arsitektur Tionghoa Indonesia saya rasa janganlah jadi sumber kebencian atau rasa permusuhan terhadap Taman Budaya Tionghoa ini. Walaupun secara jujur saya pribadi dan beberapa teman juga merasa kecewa akan hal itu, pada akhirnya kami mencoba menerimanya sebagai suatu cost yang memang mesti kita bayar. Sederhananya begini, mana yang kita akan pilih, suatu lahan yang cukup luas di tempat yang aman dan bisa diterima oleh lingkungan sekitarnya kalau diatasnya dibangun suatu tempat yang nantinya jelas bernuansa Tionghoa Indonesia atau pusat kebudayaan Tionghoa, namun diatas lahan tersebut terlanjur ada beberapa bangunan yang secara arsitektur tidak mewakili kebudayaan Tionghoa Indonesia, dengan pilihan lainnya yaitu lahan kosong namun terpencar-pencar, dengan kesulitan sosial politik yang harus dihadapi dalam bentuk penolakan dari masyarakat sekitarnya yang kita tahu sudah menjadi ciri yang makin mengemuka saat ini? Meskipun dana ada, tidak usah tanah satu hektar, untuk bisa dapatkan tanah beberapa ratus meter untuk sekolah atau rumah sakit atau apapun selama dianggap terkait dengan agama atau etnis tertentu yang dianggap mewakili agama tertentu yang berbeda dengan agama dari masyarakat sekitar, sebagian besar tidak akan bisa direalisasikan karena ditolak masyarakat sekitar lokasi tersebut. Karena itu kami berpendapat dari segi keamanan dan penerimaan masyarakat sekitar, lokasi dalam TMII ini sebenarnya merupakan suatu keunggulan yang sangat patut disyukuri dan dimanfaatkan dengan bijaksana oleh masyarakat Tionghoa Indonesia. Tapi tentunya jangan pula gara-gara itu kita jadi lupa untuk tetap melestarikan sejarah budaya dan arsitektur Tionghoa yang tersebar di seluruh Indonesia, selama masih ada dalam kontrol kita. Sebenarnya ada satu hal lagi yang mengecewakan kalau kita terpaku pada keadaan Taman Budaya Tionghoa saat ini . Kalau kita berkunjung kesana sekarang, maka yang terbayang adalah bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah orang Tionghoa yang kaya raya, tidak ada orang Tionghoa yang miskin dan sederhana. Mungkin ini yang membuat
Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Main buildingnya apa? Rumah abu? Atau klenteng? Atau ballroom? Jika dibangun semacam sacret place dimana masalah2 antara tionghoa bisa diselesaikan disana tentu sangat bagus, drpd sekedar objek wisata doank. -Original Message- From: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Date: Wed, 27 Jan 2010 23:22:22 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA Dear members, Saya percaya banyak member yang belum tahu kalau di Taman Mini Indonesia Indah ada anjungan Budaya Tionghoa Indonesia. Hebatnya anjungan ini luasnya 4,5 ha padahal anjungan lain paling besar 2 ha. Kita sebagai member millis ini patut bangga akan anjungan Budaya Tionghoa Indonesia. Sayangnya di atas tanah tersebut belum dibangun main building yang dibangun baru sub building yang kecil kecil (sumbangan beragam komunitas Tionghoa) mengelilingi main building yg belum dibangun. Seperti yang dikatakan oleh ketua umum PSMTI, pak Rachmat, semua itu terbentur biaya. Agak miris juga kalau di kalangan warga Tionghoa banyak yg jadi konglomerat, malah anjungannya melarat Oleh karena itu saya kepikiran untuk membantu pembangunan anjungan Tionghoa tersebut melalui dompet pedulli Anjungan Budaya Tionghoa Indonesia yang akan dimuat daftar penyumbangnya di majalah POST Media. Untuk dompet peduli, saya dan pak Tedy Yusuf sudah buka account bersama di Bank Mandiri.No. rekening 125-00-0997473-4 an Tedy Yusuf Tjandra Ghozalli. Diharapkan para member millis ini bersedia membantu pembangunan anjungan kita itu. Perlu diketahui bahwa anjungan tersebut bukan milik PSMTI tetapi milik warga Tionghoa yg diserahkan oleh pak Harto (alm) kepada pak Tedy Yusuf. RGDS.Tjandra G
Re: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Ini sedikit rancu: Tugas utama tokoh2 masyartakat bukanlah menyisihkan uang utk menyelamatkan bangunan tua, tugas mereka adalah mendesak pemerintah utk menerbitkan peraturan melindungi bangunan tua, dan mengawasi penyimpangan2 aparat pemerintah dlm praktek pembangunan! Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Date: Thu, 28 Jan 2010 22:32:25 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA Kepada Yth Sianseng David Kwa, Memang ada benernya sianseng punya pendapet untuk selametin itu bangunan tua. Cumah seperti sianseng Ophoeng bilang, selametin itu bangunan tua tida semudah membalik telapak tangan karena para ahli waris tentu mau itu kehwe jatuh di tangan mereka. Nah yang beli itu rumah kebanyakan para konglomerat yang punya pikiran ada beda sama kita orang pikir. Mereka mau uang yg ditanam sekarang, besok sudah berbuah. Sedangkan di kita punya perkumpulan budaya rata rata orang cuma cinta seni budaya setengah mati tapi kantong ada kempes. Kita juga susah menyalahkan pak Tedy, karena sebagai purnawirawan ABRI, kantong pak Tedy tida bisa gemuk. Para konglomerat juga tida mau nyumbang karena bangunan budaya bukan hal yg bisa dijadikan pahala bila menghadap Giam Koen. Mereka baru timbul sumanget menyumbang cuma untuk bangunan ibadah semacem vihara, kelenteng, gereja, dan masjid. Nah kalu bangunan ibadah mereka ada gesit sekali nyumbang. Mereka (juga kita) pengen hidup kaya raya di dunia dan hidup nyaman di akhirat. Makanya dari pada mikir yg susah susah dan nyalahin orang kiri-kanan, kalau kita punya duit cebantun, silahkan donatur ke Taman Budaya Tionghoa. Diperkirakan ada 20 juta jiwa Tionghoa peranakan di ini kepulauan. Kalu 1% nya aja nyumbang sudah jadi bangunan utamanya. Itu kira kira owe punya pendapet, kalau ada salah kata mohon sianseng maafken. Soja, Tjandra G